Monthly Archives: September 2012

Manna, Manata, Manatas

Manna surgawi buat hidup duniawi

Jam menunjukkan pukul 7 pagi di suatu hari. Semua karyawan PT Aditya Aryaprawira, sudah berkumpul untuk mengadakan rapat dengar pendapat mengenai pencetusan simbol atas motto Manna, Manata, Manatas yang ditetapkan oleh Dewan Direksi,
Tiga kata ini diambil dari tiga bahasa, yaitu Hibrani, Yunani dan Kroasia tetapi tiga kata ini selalu melekat di hati setiap jiwa-jiwa yang berjuang mendapatkan kebenaran. Tiga kata ini diadopsi oleh perusahan logistik PT. Aditya Aryaprawira sebagai salah satu motivasi untuk berjuang.
Manna adalah berkat atau karunia yang diterima para pengungsi di padang gurun langsung dari surga dalam bentuk bunga-bunga es yang rasanya seperti Roti Cane atau martabak. Rasanya manis dan segar seperti Ice Cream. Manna menjadi simbol berkat bagi umat manusia. Selain itu kita bisa bernafas saja sudah merupakan Manna Surgawi,
sehingga kita perlu mensyukuri setiap pemberian Tuhan dan mau menikmatinya dan berbagi.
Manata adalah arti sebuah tanggung jawab. Saya rasa diadop dalam bahasa Indonesia menjadi menata, mengatur, memanage, dan menyusun dengan teratur. Demikianlah berkat yang kita terima haruslah kita atur. Talenta yang kita miliki juga harus diatur dengan baik, bukan disembunyikan di bawah bantal tapi harus dimanfaatkan.
Manatas, arti harafiah adalah tanggung jawab. Saya boleh memetik bahasa Indonesia menetas. Telur yang keluar dari seekor ayam betina tidak langsung ditinggal tetapi harus dierami selama beberapa minggu sampai menetas. Demikian juga setiap berkat yang kita terima kita manfaatkan sampai tuntas dengan penuh tanggung jawab sampai Tuhan berseru “selesailah sudah”.
Saya sungguh bersyukur bisa terlibat langsung dalam pengelolaan SDM di perusahaan kami. Walau ada yang mengatakan HRD singkatan dari Happy, Relax dan Daydreaming, tapi saya melihat bahwa HRD adalah awal dari segala awal hidupnya sebuah perusahaan, sehingga Direktur HRD memiliki tanggung jawab terbesar dalam perusahaan.
Ada kisah di tahun 1990. Di saat perusahaan dalam keadaan peak sekali terjadi pertengkaran bahkan perkelahian antara direktur utama dengan direktur HRD. Padahal kedua orang direktur ini adalah pemegang tampuk pimpinan. Saya sebagai CEO dan Chairman benar-benar shock karena keduanya adalah sahabat, kolega, dan teman kerja. Sungguh sulit mengambil sebuah keputusan. Namun akhirnya bisa terjadi rekonsiliasi dan mereka kembali bekerja seperti semula.
Di dalam rumah tangga, suami dan Istri adalah direktur utama dan direktur HRD. Sedangkan anak-anak adalah karyawan. Kita bisa bayangkan direktur utama dan direktur HRD berkelahi, apa kata karyawan! Simbol motto Manna, Manata, Manatas bisa menjadi salah satu untuk meretas segala ganjelan dan dapat menyambung tali silaturahmi, karena keluarga penting sekali. Keluarga adalah berkat, usaha dan tanggung jawab.
Doaku buat semua keluarga yang sedang mengalami masalah. Ingatlah berkat Tuhan harus dipertanggung jawabkan. Nilainya lebih tinggi dari sebuah pertengkaran sedalam dan sebesar apapun.

Tukang Pos

Surat yang sudah kuterima, itu berkat tukang pos (MLK)

Ada cerita tentang sepasang kekasih yang begitu rajin saling menulis surat? Bertahun-tahun pacaran lewat surat. Akhirnya sang gadis memutuskan kawin dengan tukang pos, karena mengikuti pepatah Jawa “Trisno Jalaran Kulino”. Cinta itu tumbuh karena sering ketemu. Ada pula sebuah film legendaris, The Postman, diperankan oleh Kevin Costner yang mengisahkan hal lain bahwa tukang post itu merupakan pahlawan. Suatu negara bisa merdeka karena tukang post. Saya teringat saya akan surat-surat RA Kartini, yang dikirim ke seorang sahabatnya di Belanda. Surat-surat itu dikumpulkan dan lalu dibukukan dengan judul “Habis Gelap terbitlah Terang”!
Surat-surat Bung Karno menjadi semangat revolusi dan akhirnya membuat Indonesia merdeka. Kita bisa membaca surat-suratnya dalam buku “Di Bawah Bendera Revolusi”!
Kekuatan surat bisa kita nikmati sampai hari ini, yaitu Surat-surat para rasul seperti Paulus, Yohanes, dan Petrus. Saat ini aneka surat gembala dari para Paus dan para uskup, yang memberikan kedamaian kepada kita. Paulus, misalnya, bukanlah penulis yang baik, tetapi Roh Kudus mendampinginya. Paulus pernah mengungkapkan bahwa saya tidak bisa menulis, tapi oleh karena Kristus dan Roh kudus maka saya menulis.
Kini, tukang post sudah hampir kehilangan pekerjaan karena adanya surel/email, BBM, YM dsb. Tapi, bagaimana pun juga menurut saya tukang post masih tetap pahlawan.
Kartu natal, kartu lebaran dan kartu ulang tahun memang sudah sirna, tetapi semoga kita masih menyimpan surat cinta yang pernah kita tulis 20 atau 30 tahun lalu. Kalau dibacakan ulang dihadapan anak dan cucu pasti suka cita besar menaungi kita semua.
Surat adalah ungkapan rasa, kemauan, keinginan, permohonan, dan kebahagiaan. Saya pernah mendapat kiriman/posting dengan judul Surat Bapa dari Surga. Isinya indah sekali. Saya beberapa kali mau menulis surat kepada Tuhan sebagai ungkapan doa, tapi selalu gagal. Saya berpikir mungkin karena belum merasa pantas, atau karena kata-katanya kurang bagus. Semoga suatu saat bisa kutemukan surat yang baik kepada Tuhan.
Saya rasa kita memang perlu sering menulis surat, terutama surat dalam hati. Kita ukir diatas kertas batin yang putih. Kita kirimkan kepada siapa saja dalam kata-kata cinta, misalnya, buat orang tua kita terutama yang sudah tiada, kekasih kita, suami istri kita, dan anak cucu kita. Kita tulis doa-doa kita dan kita kirim melalui tukang post. Tukang post yang paling hebat dalam diri kita adalah senyuman. Temanku seorang wanita pernah marah kepadaku karena aku suruh kirim surat pakai senyum. Dia bilang memang aku bunga maksudnya say it with flower, tetapi ketika ketemu dengan kekasihnya ternyata dia dapat hadiah kalung. Terus dia tanya kok kamu bisa tahu aku kepingin kalung. Kata kekasihnya, senyumanmu yang bicara! Sejak saat itu dia tidak marah lagi sama aku.
Kini aku mencoba selalu mengirim surat cintaku kepada semua sahabat melalui senyuman. Walaupun sekarang Anda sedang susah atau sedih, tapi percayalah surat-suratmu pasti terkirim dengan segera kalau dihantar oleh senyuman yang tulus dan bersahabat. Jangan sampai senyummu terpaksa karena tulisanmu akan telat dipahami orang lain.
Tuhan memberkati kita semua dengan Kasih karunia-Nya, agar surat-surat kita bisa didelivered oleh senyuman sebagai tanda cinta.

Tulisan ini kutulis saat perjalanan pulang dari pulau Nusa Kambangan menuju Pangandaran. Jalannya macet karena ada tabrakan. Hatiku sedih sekali melihatnya.

Masalah

Tidak ada satu masalah pun yang tidak ada jalan keluarnya, Anda sendiri kuncinya.

Sebuah buku karangan Fengky, judulnya Masalah adalah Berkat, mengulas banyak hal tentang masalah sebagai suatu kesempatan yang sungguh indah jika dipandang dari kaca mata iman kita. Masalah! Ada yang menyebut takdir. Ada yang menyebutnya nasib. Bahkan ada yang menyebutnya berkat, tetapi yang terang masalah adalah karunia, dimana melalui proses alami, masalah bisa merobah hidup seseorang.
Pada tahun 1984 saya masih kuliah, saya bertemu dengan Ir. Ciputra. Kami berdiskusi tentang masalah. Apakah itu tantangan atau peluang. Beliau mengatakan bahwa masalah adalah proses untuk merubah suatu tantangan menjadi peluang, kelak beliau menulisnya dalam bukunya.
Saya melihat ada benang merah antara masalah, kesulitan, kesuksesan sampai kedamaian. Saya sepaham dengan sahabat Bob Sadino. Beliau mengatakan kalau ingin damai harus masalah ada. Dengan teori Dinamic Equilibrium seakan beras baik harus ditapis. Di sini saya rasa kuncinya bahwa memang hubungan langsung antara masalah dan keberhasilan. Adapula yang bilang problems making money. Demikian istilah konsultan, katanya Kongkonane wong kesulitan (Suruhan orang bermasalah).
Buat saya masalah itu memang karunia Tuhan. Suatu pemberian begitu besar tetapi kita sering lupa. Coba kita lihat dari sebab akibatnya mengapa masalah itu terjadi dan saya memberi batasan beberapa dimensi :
1. Dimensi tanggung jawab. Kita tidak boleh lari dari masalah, melainkan kita harus mencari jalan keluarnya.
2. Dimensi waktu. Masalah memiliki rentang waktu yang harus bisa dibaca. Siapa bisa membaca waktu dia menang.
3. Dimensi perubahan. Di sini terlihat perlu adanya pergerakan. Otomatis memerlukan inersia. Momentum Pengambilan keputusan sangat besar artinya, misalnya keputusan merantau, TKW, dll. Kemauan dan kerja keras adalah tuntutannya. Di sini anak kunci sudah diberikan untuk membuka pintu.
4. Dimensi doa dan pengharapan. Ini menjadi kekuatan mental spiritual untuk mengatasi masalah dan tentu saja kepasrahan kembali ke tangan Tuhan menjadi terang buat kita.

Semoga Tuhan melindungi, mendampingi dan memberkati semua masalah yang kita alami dan merubahnya menjadi karunia bagi kehidupan kita.

Kolekte

Tuhan sudah tahu semua permintaan kita, tapi Dia lebih senang kalau kita meminta-Nya

Pada tahun 2002, Lingkungan Keluarga Kudus membuat sebuah Gerakan namanya Gerakan Sadar Kolekte (GSK). Program tersebut direnacanakan berjalan 3 tahun. Tahun pertama diisi dengan seminar-seminar dan penjelasan tentang manfaat kolekte :
• Tata cara melayani Misa (sekarang dipakai Tugas Tata Laksana)
• Kotak kolekte dan petugas
• Seminar tentang kolekte
• Survey tentang kolekte
• Menerbitkan buku GSK

Saat itu kolekte di Gereja Kristoforus kecil sekali (bisa baca buku GSK). Tahun kedua direncanakan pembuatan model tentang meningkatkan kolekte, memperbesar daya guna dan kemampuan kolekte sampai ke nilai ekonominya. Tahun ketiga termasuk penggunaan kolekte untuk membangun Gereja, membangun lingkungan dan membangun umat yang memiliki nilai strategis.
Sayangnya program yang bagus ini harus dibatalkan karena dianggap kurang etis dalam hal kolekte. Program setahun sebenarnya berjalan bagus dan bisa dinikmati umat sekarang ini.
Memang saat kita memberi dengan tangan kanan, usahakan tangan kiri tidak tahu, tetapi Tuhan tahu bahkan cepat atau lambat terang itu akan dilihat banyak orang. Kolekte buat kita adalah suatu hal yang berguna, bukan hanya sekedar persembahan, tetapi kolekte adalah bagian komunikasi kita dengan Tuhan melalui perantaraan Gereja. Bukan hal besar kecilnya, tapi kesadarannya. Demikian seorang janda memberi dari kekurangannya, tetapi kita memberi dari kelebihan.
Dalam rentang Ekaristi, boleh saya sebut kedekatan kita dengan Tuhan adalah pada saat kita berhadapan dengan kantong kolekte, karena di situ terjadi dialog langsung dari hati kita dan Tuhan. Berbeda dengan Komuni dimana kita menerima Tuhan, tetapi saat kolekte adalah kita memberi seluruh diri kita kepada Tuhan.
CINTA Tuhan dinyatakan kepada kita habis-habisanan melalui karya penciptaan-Nya. Tuhan menyayangi, melindungi dan memberkati kita semua. Sebaliknya kita “baru” mau berusaha bahkan ada yang belum memikirkan untuk menjawab kasih Tuhan itu. Kita diberi kesempatan melalui kolekte untuk menyatakan cinta kita. Jangan dilihat dari uangnya karena akan kecil artinya tapi dilihat dari semangatnya, maka CINTA akan berkarya.
Selamat berhari Minggu untu menjalankan Ekaristi Kudus. Mari kita terus berdoa jangan putus-putus agar kita selalu berada dalam lingkaran Cinta.

Pengharapan

Sungguh indah suatu pengharapan, ia bisa menghidupkan cinta. Karena cinta kami berbuat, bukan berbuat untuk mencari cinta.

Ada cerita tentang 4 buah lilin. Pertama, lilin besar sekali dan tinggi. Kedua, lilin besar dan gemuk. Ketiga, lilin sederhana. Keempat, lilin kecil sekali. Suatu ketika semua dinyalakan untuk menerangi. Semua lilin merasa bangga bisa menerangi sekitarnya, kecuali lilin paling kecil yang hanya bisa pasrah saja. Tiba-tiba datanglah angin besar meniup. Api lilin yang besar sekali langsung mati, disusul lilin besar dan lilin sederhana. Hanya lilin kecil yang apinya masih hidup karena berlindung di sela sela lilin besar sekali, lilin besar dan lilin sederhana. Apinya tetap menyala sampai angin berlalu dia masih tetap menyala. Lalu, api lilin kecil diambil untuk menyalakan lilin yang lainnya. Kini, semua lilin menyala lagi dan menerangi semua orang.
Lilin besar sekali adalah persahabatan di mana rentan sekali untuk mati dan putus karena urusan duniawi. Lilin besar adalah iman dan kepercayaan yang mudah goyah karena janji dunia lebih indah. Lilin sederhana adalah cinta yang kadang bisa dijual-belikan dan bisa disalahgunakan. Sedangkan lilin kecil adalah PENGHARAPAN yang hampir tidak pernah diperhatikan atau diperhitungkan dalam kehidupan bahkan praktis di lupakan.
Hari ini saya berkunjung dan melayani penjara SMS (Security Maximum Section), sebuah penjara yang isinya adalah narapidana yang dihukum mati dan tinggal tunggu waktunya saja. Di sana sudah tidak ada lagi sahabat, iman dan cinta. Hanya ada sedikit pengharapan berupa adanya pengasihan Tuhan agar bisa mendapat tempat yang layak. Kami dari KKT (Komunitas Kasih Tuhan) dan Lions Club Jakarta Mitra Mandala (anggotannya semua dari Paroki Santo Kristoforus) hanya mau mencoba menyalakan lilin-lilin Persahabatan, Cinta, Iman melalui lilin kecil, yaitu Pengharapan.
Tidak banyak yang bisa saya tulis, karena lebih banyak air mata daripada kata-kata. Karena cinta kami berbuat, bukan berbuat untuk mencari cinta.

Waspada

Jamane wis jaman edan tapi sing pasti kudu eling lan waspodo.

Dalam kunjungan kerja ke Jerman Barat yang pertama kalinya buat Presiden Soeharto dan Ibu Tien, mereka diserbu para demonstran mahasiswa Indonesia di Bonn. Bapak Presiden sangat marah, tetapi karena di samping Ibu Tien, beliau cuma keluar kata-kata kepada pers.
Jamane wis jaman edan tapi sing pasti kudu eling lan waspodo merupakan kalimat yang dikeluarkan oleh seorang pujangga kuno saat berjumpa dengan Jayabaya, yang terkenal dengan ramalannya. Jayabaya mengatakan nanti Pulau Jawa akan berkalung besi. Saat itu banyak maling lungguh wae (maling duduk saja). Tadinya saya juga bertanya-tanya kok Pulau Jawa dikalungi besi. Ternyata inilah rel jalan kereta api. Kalau dilihat memang Pulau Jawa pakai kalung besi. Lalu banyak maling lungguh atau duduk saja, ahaaaaa ini pasti para koruptor yang dimaksud, karena maling biasanya kelayapan setiap malam bukan duduk-duduk saja.
Apakah demikian maksudnya, saya sendiri ragu-ragu, tetapi yang pasti kita harus selalu iling (ingat) kepada Tuhan lan waspodo (hati-hati) untuk menjalankan hidup (Saya akan carikan bahasa aslinya)
Presiden Soeharto, selama masa kepemimpinannya selalu menasehati agar hati-hati dan ingat bahwa kita jangan melupakan Tuhan.
Teringat tanggal 10 April 1997, saya bersama Menteri PU Ir. Radinal Mochtar menghadap beliau mohon doa dan restu sekaligus kesediaan beliau meresmikan Jembatan Barito. Saat itu merupakan jembatan terpanjang di Indonesia 1280 meter.
Beliau hanya menyediakan waktu 5 menit saja, tetapi nasehatnya selalu hati-hati dan selalu ingat bahwa Tuhan yang mengatur segalanya, tetapi kita tetap berada dalam koridor kerja yang benar.
Saya sendiri selalu juga mengingatkan kepada anak-anak saya bahwa hidup harus selalu waspada, jangan ceroboh, hati-hati dan selalu ingat bahwa Tuhan berada di depan kita. Dia yang mengatur segalanya termasuk menuntun kita, tetapi kalau kita tidak waspada sama saja kita berkelana di malam hari tanpa cahaya.
Perlu Waspada bukan saja dengan kata-kata dan tindakan tetapi meletakkan segala usaha kita dalam rencana detail. Semoga kita semua selalu berada dalam jalan Tuhan dan mengikuti petunjuk petunjuk-Nya.

ICE CREAM

Nikmatnya ICE CREAM membuat kita lupa semua kepenatan.

Saya membuat janji dengan seorang sahabat di tempat cukup jauh, di Alam Sutera. Karena beliau tinggal di Cilegon, jadi kita cari jalan tengah bertemu di daerah dekat-dekat. Tempat yang paling strategis yang dipilih adalah Alam Sutera, Living World atau Flavour Bliss. Saya memilih duduk di Island Creamery, sebuah kedai Ice Cream milik seorang sahabat.
Memang suasana sore cukup ramai. Saya duduk dari jam 17.00, karena teman belum hadir saya memesan ice cappuccino ditambah float ice cream, ditambah sedikit kue-kue kecil. Sambil menunggu saya mencoba menulis beberapa buah surat ke teman dan client, tetapi aroma ice cream membuat saya berhenti bekerja dan menghirupnya. Rasanya sungguh nikmat dan semuat penat rasanya hilang. Ice cream adalah makanan sekaligus minuman kesenangan saya. Sejak anak-anak sampai dewasa tidak terlepas menyantapnya, walau dokter sedikit mengingatkan saya karena kadar glukosa dalam darah saya lumayan tinggi, tetapi untungnya ada glucopage, sejenis obat menurunkan glucose. Waktu 1 jam menanti sama sekali tidak terasa karena nikmatnya ice cream dicampur cappuccino dan beberapa potong kue.
Pertengahan tahun 2005, saya bertemu sahabat lama di SMA. Mereka pasangan suami istri dari teman sekelas saya. Mereka berencana membuka ICE CREAM Store di Kelapa Gading. Saya sampaikan bahwa saya penggemar ice cream, lalu mereka mempersilahkan saya mampir dalam trial out pembuatan ice cream. Sesampainya di sana ternyata sudah ada beberapa tamu. Ternyata mereka semua para ahli ice cream. Wadoooo seru juga pikir saya. Kami semua menikmati ice cream yang disuguhkan. Setelah makan dan minum kenyang kami disodori pertanyaan sejenis survey tentang taste dan kondisi ice cream baru ini. Saya penggemar makan tapi suruh kasih pendapat gagap juga nih, tetapi saya mencoba memberikan yang terbaik. Saya tulis bahwa ice cream ini rasanya kurang enak, tetapi memiliki rasa yang unik, artinya lain daripada yang lain. Setelah semua pulang keesokannya teman saya hadir di kantor saya. Ia membawa satu kotak ice cream. Beliau katakan bahwa semua yang hadir kemarin mengatakan perfect, enak dan baik, tapi kok cuma saya yang bilang kurang enak. Dalam hati saya merasa bersalah karena mengkritik makanan buatan orang, tetapi saya coba membela diri. Anehnya teman saya menjelaskan justru dia sangat terima kasih karena ternyata memang ada kesalahan resep yang dibuat lalu saya disuruh mencoba buatan mereka yang dibawa ke saya. Ternyata sekarang ice cream ini memang perfect, soft, tastenya excellent.
Ice cream memang selingan minuman yang sangat baik, bukan saja untuk melepaskan lelah pikiran, tapi juga kita bisa menikmati kreasi tangan yang membuatnya dan seni serta kreatifitas yang luar biasa.
Dalam kepenatan kehidupan rohani, kita juga membutuhkan “adonan” ice cream untuk menndinginkan hati kita, yang sehari-hari penuh dengan persoalan yang menekan batin kita. Ice cream yang kita butuhkan harus diolah dengan tangan-tangan yang penuh kebijaksanaan dan cinta. Itu bisa berupa kata-kata yang indah, nasehat-nasehat yang bijaksana, dan petuah-petuah yang diukir. Itu juga mungkin lagu-lagu rohani, puisi dan syair.
Untuk mendapatkan “ice cream” kebahagiaan dan kesejahteraan itu, maka kita tidak perlu jauh-jauh mencarinya karena kedainya ada dalam hati kita. Yang mengolah adalah hati kecil kita. Ice cream yang ternikmat yang di buat adalah senyuman yang dihiasi kesabaran, canda tawa keakraban, persahabatan dan pertemanan.
Saya sendiri selalu mencoba membuat kehidupan senikmat menikmati ICE CREAM. Sayangnya, dalam situasi tertentu rasanya hambar dan kurang halus, tetapi saya pasti mencobanya terutama berkat saran dan kritik dari teman-teman.
Dalam konvensi Logistik Asia Pasific, yang diselenggarakan oleh Gapeksi di tahun 2004, dalam sesi diskusi, terjadi perdebatan keras karena banyak perusahaan asing menguasai bisnis logistik di Indonesia. Kami mengusulkan agar pemerintah menyetop ijin-ijin untuk perusahaan asing atau harus bekerja sama dengan perusahaan lokal/domestik.
Perdebatan keras sekali karena memasuki era globalisasi masalah ini sudah keluar dari border pembicaraan, namun pada saat suasana panas, para pelayan menawarkan ice cream buatan woody. Ketua/pemimpin rapat bilang bagaimana kalau minum ice cream dulu supaya suasana dingin, dan ternyata suasana jadi penuh tawa dan canda karena benar-benar ice cream mendinginkan suasana. Saya yang mengikuti sidang akhirnya terpaksa ikut bicara. Saya bilang bagaimana ICE CREAM jadi anggota kita sehingga tradisi setiap sidang harus ada suguhan ice cream. Semua tertawa. Saat tertawa itulah saya mengutarakan pendapat saya bahwa kebersamaan tidak selalu harus diikuti dengan keberpihakan, sehingga menurut pandangan saya kita bersaing harus dengan kemampuan dan profesionalisme. Kita tidak harus diproteksi, tetapi saya mengusulkan sistim mitra atau partner. Audiens sangat menyetujui walaupun sidang ditutup tanpa hasil. Kenangan ICE CREAM saat peristiwa itu masih mengingatkan saya sampai hari ini.
Semoga kita juga bisa menjadi ICE CREAM bagi setiap masalah yang timbul terutama masalah dalam keluarga, yang dapat merusak hubungan yang manis.

M a u

Sadar, tahu dan mau, ketiganya memiliki kekuatan, tapi mau memberikan harapan.

Ada seorang anak kecil baru masuk Taman Kanak-Kanak dia menangis ketakutan. Keesokannya masih menangis. Hari ketiga sang ibu menunda membawanya ke sekolah, tetapi dia pun menangis karena “mau” ke sekolah. Akhirnya dibawa ke sekolah dan setelah bermain-main anak tersebut sudah lupa dengan kesedihannya. Kini, dia berloncat, berlari dan bermain penuh suka cita. Anak ini tidak sadar kalau harus sekolah baru bisa pintar. Ia juga tidak tahu bahwa perlu pembelajaran dan komunikasi. Dia hanya mau bermain bersama teman. Karena belum kenal, maka dia menangis terus menerus atau takut pada hari pertama dan keduanya di TKK.
Setiap perbuatan kita selalu didasari pada sadar – tahu – mau, tetapi selama tidak ada kemauan, maka usaha tidak bisa dijalankan. Walaupun demikian mau saja tidaklah cukup, kita perlu tahu melalui pembelajaran, pengalaman, asistensi, dan bantuan teman. Selain itu kita harus sadar dalam asas manfaat. Apa manfaat buat kita? Baik dan buruknya apa? Apakah perbuatan kita berkenan terutama di mata Tuhan. Sebuah pekerjaan yang dilakukan tanpa sadar ini namanya mimpi, tapi jika dikerjakan juga ini namanya sakit jiwa. Sebuah pekerjaan tanpa tahu apa yang di kerjakannya ini namanya nekad dan ceroboh. Sebuah pekerjaan yang dikerjakan dengan “mau”, maka berbahagialah orang tersebut karena sudah terwujud pengharapannya. Mau belajar, mau bertanya, mau rendah diri, mau sopan, mau membahagiakan orang lain, mau berusaha keras, mau berkorban, dan mau mencintai (dalam arti kata positif).
Sebuah rumah tangga pun demikian adanya. Ia membutuhkan asas sadar-tahu-mau bahwa kita melangkah masuk mahligai perkawinan. Dalam komunikasi iman perlu kita tekankan apakah suatu perkawinan didasari suatu kesadaran. Sadar tanpa tekanan, sadar tanpa emosi, dan sadar dari hati sanubari yang paling dalam. Kita pun tahu belul tugas dan tanggung jawab sebagai suami dan istri serta mau untuk saling menghormati, mencintai, menolong dan mau berbagi.
Yang saya maksud mau adalah suatu tindakan nyata berdasarkan sadar dan tahu serta memiliki suatu pengharapan dengan dasar iman dan kasih. Seperti halnya iman tanpa perbuatan adalah mati. Demikian pun perbuatan tanpa kemauan adalah tidur nyenyak, karena tanpa kemauan semuanya sirna tak berguna.
Kalau saja kita sadar akan apa yang terjadi dalam diri kita dan tahu apa yang menjadi hidup bagi kita, maka kemauan kita akan menjadi langkah pertama untuk berjalan 1000 mil ke depan.
Demikian dalam sebuah pengadilan, yang mengadili tersangka pasti ditanya apakah kamu “sadar” dan “tahu”? Kalau salah satunya dijawab ”tidak” terhadap konteks kasusnya maka pengadilan tidak dapat dilanjutkan, melainkan dipindahkan ke rumah sakit jiwa. Tetapi jika kesalahan itu dilakukan dengan kemauan, maka ini masuk dalam kesalahan yang telah direncanakan, sehingga hukum bisa menguasainya.
Semoga pagi ini menyadarkan kita betapa besar Tuhan mencintai kita dan tahu apa yang harus kita perbuat, mau belajar mencintai, berbagi dan membahagiakan sesama.

Pajak

Berilah kepada negara apa yang menjadi hak negara, berilah kepada Tuhan apa yang menjadi hak Tuhan.

Pembicaraan soal pajak selalu menjadi bagian dari kehidupan manusia. Kemarin di Cirebon dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konfrensi Besar Nadlatul Ulama masih menyoroti masalah penanggulangan korupsi dan masalah pajak.
Rekomendasi yang diberikan bahwa pemerintah sangat lemah menangani masalah korupsi. Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU) Marsudi Syuhud. Rekomendasi tersebut diterima langsung oleh Presiden RI SBYyang hadir bersama Ibu Ani Yudoyono.
Sejak awal terbentuknya suatu pemerintahan, maka pajak merupakan pondasi utama, tetapi buat rakyat tukang pajak dianggap pekerjaan yang hina, kejam dan tidak manusiawi. Di jaman modern pihak pajak sudah lebih baik penanganannya dan rakyat atau pembayar pajak juga sudah menyadari kewajibannya. Tinggal sekarang adalah bagaimana pengelolaan pajak agar tepat sasaran dan bebas penyelewengan alokasinya.
Saya pernah mengikuti seminar tentang pembayaran pajak. Waktu itu pembicaranya Menteri Keuangan dan beberapa tokoh keuangan, tetapi disisipi AA Gim dan seorang pendeta (kalau ada pastor lebih seru). Bapak menteri mengatakan mengapa erat hubungan antara bayar pajak dan kehidupan rohani, karena keduanya tidak bisa dipisahkan dan saling mendukung. Demikian juga bapak pendeta mengatakan bahwa kebesaran jiwa seseorang akan diuji dengan kepatuhan membayar pajak, sebab siapa melanggarnya, dia juga sudah tidak jujur terhadap Tuhannya. Jadi, percuma seorang masuk gereja tapi pulang dia ngemplang pajak. AA Gim juga tidak mau kalah dia mengutip ayat Al-Quran dan pandangan hidup bahwa apakah seorang dibenarkan membayar pajak? Untuk siapa sebenarnya hasil pajak? Semua untuk kita juga. Coba kalau jalan tidak diaspal, coba kalau rumah tidak aman, coba kita tidak bisa menikmati hidup damai sejahtera. Siapa yang akan menolong orang miskin? Dan banyak pertanyaan lainnya. Semua itu dibiayai oleh pajak yang kita bayar.
Saya sendiri tertarik sekali membahas masalah pembayar pajak. Banyak negara maju begitu antusiasnya membayar pajak sampai caranya pun dibuat macam-macam. Ada hadiah, ada lomba dan ada suka cita dalam game untuk membayar pajak. Di negara kita tercinta masih saja menjadi suatu beban untuk membayar pajak, bahkan kalau bisa itu tidak usah dibayar.
Dalam gereja istilah pajak agak kurang enak jadi kita sebut kolekte saja. Sebenarnya teorinya sama. Dengan memberi kolekte kita membangun manusia. Perpuluhan mungkin sudah tidak terlalu populer, tetapi kerelaan lebih penting. Jadi, kalau kita bandingkan dengan membayar pajak kurang lebih sama.
Sekarang tinggal cara penggunaannya yang tepat sasaran. Gereja milik orang miskin makanya disebut PGDP (Pengurus Gereja dan Dana Papa), tapi apa benar? Kita pro orang miskin?
Dalam diri saya juga bertanya seberapa besar kontribusi saya terhadap gereja dan seberapa besar terhadap pajak yang harus dibayar? Sungguh jujur saya malu karena kalau benar-benar diperhatikan maka masih sangat jauh dari yang seharusnya. Kesadaran akan gap atau kelemahan itu masih saya tutupi dengan pemberian waktu dan tenaga serta sumber daya untuk membantu sesama.
Mari kita membangun negara kita dengan taat membayar pajak dan hiduplah dalam kebahagiaan.

Mahal

Kata orang “uang” tidak bisa bohong!

Roman Abranovich menguras rekeningnya 50 juta poundsterling atau 770 milyard untuk membayar akuisisi Fernando Torres yang sampai sekarang hanya menyumbangkan 9 gol Premiere League buat Chelsea. Di Kiev, ada seorang pemuda membeli gaun untuk pacarnya senilai 3.5 juta poundsterling atau 54 milyard rupiah, untuk sebuah gaun malam yang mungkin hanya dipakai sekali (kalau gaun murah bisa dipakai berkali-kali wong ga ada yang tanya)
Sepintas kita bisa berbicara tentang uang, maka semakin besar uang itu dipakai kita sebut “Mahal” atau semakin sedikit kita sebut “Murah” tergantung seberapa besar kita menilainya. Menempati sebuah kamar di hotel bintang 5 di Jakarta kita harus membayar 250 USD atau 2.3 juta rupiah. Harga jadi sangat murah jika dibandingkan kelas yang sama di Singappura dengan membayar 1000 USD semalam atau di Ramena Bali dengan 5000 USD semalam.
Tetapi hotel bisa dengan 20 USD menginap di Tune Hotel (iklan nee) tinggal sesuaikan dengan budget kita. Demikian kita makan malam di Grill dengan 5 juta per orang untuk 1 menu atau makan di Steak Factory (iklan) dengan 50 ribu rupiah untuk menu yang sama. Coca Cola di Alfamart dibeli dengan harga 3000 rupiah, tapi di Mulia Hotel jadi 70 ribu rupiah per botol. Aqua 500ml seharga 1500 rupiah di tepi jalan, bisa dibeli 35.000 rupiah di lapangan golf. Banyak sekali perbandingan nilai uang dimana kita menyebut mahal dan dimana kita sebut murah.
Ada beberapa ketergantungan soal alasan mahal dan murah sesuatu, yakni : Pertama, jumlah uang tersisa di kantong kita, kalau kita punya uang 1 juta maka membeli barang 1000 rupiah adalah murah. Kedua, kebutuhan dimana semakin kita membutuhkan sesuatu semakin murah nilainya walau semakin besar nilai uangnya. Misalnya, kita masuk universitas ternama di Jakarta dengan 100 juta rupiah adalah murah. Ketiga, gengsi, misalnya memakai fulpen Montblank senilai 5000 USD, atau Handphone Vertu senilai 35,000 USD atau gaun malam 54 milyard rupiah.
Masih banyak alasan mengapa kita katakan mahal atau murah itu karena uang. Bagaimana dengan uang Rohani? Dengan apa kita harus membayar? Bagaimana tawar menawar? Sebagai contoh seorang suami atau ayah akan membayar sebuah kebahagiaan rumah tangganya. Berapa besar yang harus dibayarnya?
Kalau saja kebahagiaan itu diibarat kan gaun malam yang mahal, atau kamar Hotel di Remana, atau makan di Grill, ataukah sebuah kebahagiaan hanya diibaratkan makan di pinggir jalan. Kebahagiaan harus dibayar mahal. Harga termahal adalah dengan pengorbanan sebuah nyawa, harga diri dan masa depan seperti diatas kayu salib. Mari kita hargai berapa besar nilai pengorbanan di atas kayu salib, yang semuanya untuk kita.
Bisa dibayangkan kita dibayar senilai Fernando Tores 770 milyard. Bagaimana kita dibayar dengan darah dan air dari lambungnya?
Nilai kehidupan termahal dalam hidup kita adalah kebahagiaan, tetapi akan menjadi sangat murah kalau kita berkelebihan dalam berkat, berkelebihan dalam suka cita, berkelebihan dalam damai sejahtera.
Bisa dibayangkan kalau sedang lapar dan haus kasih sayang atau miskin akan cinta, melarat akan damai, maka kebahagiaan akan sangat mahal, seperti ibarat kita mau membeli gaun 54 milyard.
Mari kita memperkaya diri kita terutama dalam cinta dan hidup dalam damai dengan berbagi kasih dan perhatian. Nicaya kebahagiaan itu bisa dinilai gratis!