Nikmatnya ICE CREAM membuat kita lupa semua kepenatan.
Saya membuat janji dengan seorang sahabat di tempat cukup jauh, di Alam Sutera. Karena beliau tinggal di Cilegon, jadi kita cari jalan tengah bertemu di daerah dekat-dekat. Tempat yang paling strategis yang dipilih adalah Alam Sutera, Living World atau Flavour Bliss. Saya memilih duduk di Island Creamery, sebuah kedai Ice Cream milik seorang sahabat.
Memang suasana sore cukup ramai. Saya duduk dari jam 17.00, karena teman belum hadir saya memesan ice cappuccino ditambah float ice cream, ditambah sedikit kue-kue kecil. Sambil menunggu saya mencoba menulis beberapa buah surat ke teman dan client, tetapi aroma ice cream membuat saya berhenti bekerja dan menghirupnya. Rasanya sungguh nikmat dan semuat penat rasanya hilang. Ice cream adalah makanan sekaligus minuman kesenangan saya. Sejak anak-anak sampai dewasa tidak terlepas menyantapnya, walau dokter sedikit mengingatkan saya karena kadar glukosa dalam darah saya lumayan tinggi, tetapi untungnya ada glucopage, sejenis obat menurunkan glucose. Waktu 1 jam menanti sama sekali tidak terasa karena nikmatnya ice cream dicampur cappuccino dan beberapa potong kue.
Pertengahan tahun 2005, saya bertemu sahabat lama di SMA. Mereka pasangan suami istri dari teman sekelas saya. Mereka berencana membuka ICE CREAM Store di Kelapa Gading. Saya sampaikan bahwa saya penggemar ice cream, lalu mereka mempersilahkan saya mampir dalam trial out pembuatan ice cream. Sesampainya di sana ternyata sudah ada beberapa tamu. Ternyata mereka semua para ahli ice cream. Wadoooo seru juga pikir saya. Kami semua menikmati ice cream yang disuguhkan. Setelah makan dan minum kenyang kami disodori pertanyaan sejenis survey tentang taste dan kondisi ice cream baru ini. Saya penggemar makan tapi suruh kasih pendapat gagap juga nih, tetapi saya mencoba memberikan yang terbaik. Saya tulis bahwa ice cream ini rasanya kurang enak, tetapi memiliki rasa yang unik, artinya lain daripada yang lain. Setelah semua pulang keesokannya teman saya hadir di kantor saya. Ia membawa satu kotak ice cream. Beliau katakan bahwa semua yang hadir kemarin mengatakan perfect, enak dan baik, tapi kok cuma saya yang bilang kurang enak. Dalam hati saya merasa bersalah karena mengkritik makanan buatan orang, tetapi saya coba membela diri. Anehnya teman saya menjelaskan justru dia sangat terima kasih karena ternyata memang ada kesalahan resep yang dibuat lalu saya disuruh mencoba buatan mereka yang dibawa ke saya. Ternyata sekarang ice cream ini memang perfect, soft, tastenya excellent.
Ice cream memang selingan minuman yang sangat baik, bukan saja untuk melepaskan lelah pikiran, tapi juga kita bisa menikmati kreasi tangan yang membuatnya dan seni serta kreatifitas yang luar biasa.
Dalam kepenatan kehidupan rohani, kita juga membutuhkan “adonan” ice cream untuk menndinginkan hati kita, yang sehari-hari penuh dengan persoalan yang menekan batin kita. Ice cream yang kita butuhkan harus diolah dengan tangan-tangan yang penuh kebijaksanaan dan cinta. Itu bisa berupa kata-kata yang indah, nasehat-nasehat yang bijaksana, dan petuah-petuah yang diukir. Itu juga mungkin lagu-lagu rohani, puisi dan syair.
Untuk mendapatkan “ice cream” kebahagiaan dan kesejahteraan itu, maka kita tidak perlu jauh-jauh mencarinya karena kedainya ada dalam hati kita. Yang mengolah adalah hati kecil kita. Ice cream yang ternikmat yang di buat adalah senyuman yang dihiasi kesabaran, canda tawa keakraban, persahabatan dan pertemanan.
Saya sendiri selalu mencoba membuat kehidupan senikmat menikmati ICE CREAM. Sayangnya, dalam situasi tertentu rasanya hambar dan kurang halus, tetapi saya pasti mencobanya terutama berkat saran dan kritik dari teman-teman.
Dalam konvensi Logistik Asia Pasific, yang diselenggarakan oleh Gapeksi di tahun 2004, dalam sesi diskusi, terjadi perdebatan keras karena banyak perusahaan asing menguasai bisnis logistik di Indonesia. Kami mengusulkan agar pemerintah menyetop ijin-ijin untuk perusahaan asing atau harus bekerja sama dengan perusahaan lokal/domestik.
Perdebatan keras sekali karena memasuki era globalisasi masalah ini sudah keluar dari border pembicaraan, namun pada saat suasana panas, para pelayan menawarkan ice cream buatan woody. Ketua/pemimpin rapat bilang bagaimana kalau minum ice cream dulu supaya suasana dingin, dan ternyata suasana jadi penuh tawa dan canda karena benar-benar ice cream mendinginkan suasana. Saya yang mengikuti sidang akhirnya terpaksa ikut bicara. Saya bilang bagaimana ICE CREAM jadi anggota kita sehingga tradisi setiap sidang harus ada suguhan ice cream. Semua tertawa. Saat tertawa itulah saya mengutarakan pendapat saya bahwa kebersamaan tidak selalu harus diikuti dengan keberpihakan, sehingga menurut pandangan saya kita bersaing harus dengan kemampuan dan profesionalisme. Kita tidak harus diproteksi, tetapi saya mengusulkan sistim mitra atau partner. Audiens sangat menyetujui walaupun sidang ditutup tanpa hasil. Kenangan ICE CREAM saat peristiwa itu masih mengingatkan saya sampai hari ini.
Semoga kita juga bisa menjadi ICE CREAM bagi setiap masalah yang timbul terutama masalah dalam keluarga, yang dapat merusak hubungan yang manis.