Monthly Archives: October 2012

Sumpah

Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoewa
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
(Naskah asli Sumpah Pemuda)

Baru saja kita memperingati Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2012. Semangat pemuda begitu besar sehingga kebangkitan Bangsa Indonesia sangat dirasakan. Melalui Sumpah Pemuda sebagai bukti otentik bahwa tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia sudah merencanakan pembangunan Negara yang kuat bersatu padu. Proses kelahiran bangsa yang telah beratus tahun ini menjadi nyata dengan buah Sumpah Pemuda setelah beratus tahun dijajah oleh bangsa asing.
Sedikit sejarah. Konsep Sumpah Pemuda ditulis oleh Mohammad Yamin dan dibuat oleh Soegondo. Pada Kongres Pemuda itu semua setuju menanda tangani sumpah ini, lalu Mohammad Yamin menjelaskan panjang lebar tentang Makna Sumpah Pemuda ini. Kongres Pemuda II dipelopori oleh PPPI pada hari Minggu, 28 Oktober 1928 (Ke-84 tgl 28 Oktober 2012 jatuh hari Minggu juga, kami rayakan di Kramat Raya 106 Jakarta) menjadi tonggak sejarah Bangsa Indonesia.
Pada acara penutup di Jalan Kramat Raya 106, Mr. Soenaryo sebagai Ketua Sidang menjelaskan betapa pentingnya rasa nasionalisme untuk merebut kemerdekaan. Acara lalu diisi denga Wage Rudolf Soepratman yang membawakan lagu Indonesia Raya dengan biola tanpa syair. Lagu ini yang kelak menjadi Lagu Kebangsaan Indonesia (Putri tunggal tercinta WR Soepratman, Ibu Pomiati WR Soepratman adalah sahabat karib saya)
Sumpah menjadi bagian hidup kita manusia. Ia adalah komitmen kita untuk memastikan bahwa kita konsekuen dengan apa yang kita ucapkan. Sumpah. Sekaligus mengajak Tuhan menjadi saksi agar memberikan restu dan berkat kepada kita supaya kuat dan memiliki kemampuan menjalankan hidup dengan sempurna.
Sudah sekian lama Sumpah Pemuda diucapkan. Saya tidak tahu persis bagaimana makna dalam hati pemuda sekarang. Yang pasti setiap saya tanya kepada pemuda-pemuda kita. Semua jawabannya tidak tahu! Apa?

Egoisme

Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah, itulah egoisme.

Saya sibuk sekali dari pagi sampai sore pada kamis lalu. Harapan besoknya libur Jumat Idul Adha. Saya rencananya mau tidur leha-leha, ternyata cita-cita saya tidak berhasil karena pekerjaan tidak mau diajak bersahabat untuk libur. Apalagi Panitia ATT (Alkitab Tulis Tangan) sangat membutuhkan konsentrasi tinggi dalam Run Programnya.
Sore harinya sampai di rumah di TV MAX ada film “The Clash of Titans”. Cerita tentang putra Zeus, Poseus. Ia adalah manusia setengah dewa (mengingatkan saya akan Anak Manusia, yang lahir di bumi sebagai manusia, tetapi sekaligus sebagai Tuhan).
Film itu sangat menarik sekali. Ia menceritakan kisah para Dewa dan manusia. Dialog-dialognya memiliki nilai rohani sangat tinggi. Egoisme adalah bagian terlemah manusia sekaligus menjadi suka cita di Neraka. Andromeda, seorang putri cantik harus dikorbankan untuk Krakan, putra Neraka, untuk menghindari amarahnya.
Saudara-saudari kita baru saja menjalankan perayaan Kurban yang memperingati Pengorbanan Nabi Ibrahim (Abraham) untuk menyembelih anaknya Ismail. Tapi kerelaan hati Ibrahim, diganti oleh kambing besar yang tertambat, untuk di korbankan.
Tiga hal utama dalam kisah ini : Pertama, ketaatan terhadap Tuhan.
Kedua, kerelaan dan rendah hati.
Ketiga, mau berkorban. Ketiganya memiliki suatu tujuan, yaitu mematahkan egoisme.
Mengapa egoisme demikian kuat menguasai manusia dan merusak tatanan kehidupan dan aturan hidup manusia? Apakah memang kita tidak boleh memiliki egoisme? Kembali Ibrahim memberi contoh bagaimana anaknya yang begitu dicintai harus dikorbankan. Bayangkan saja apa yang kita cintai harus hilang! Demikiaan juga harta yang kita miliki,
semua akan mengikatkan kita dengan egoisme dan tindakan-tindakan yang bukan menuju ke arah Cinta.
Kisah Pengorbanan Ibrahim bisa merontokkan egoisme. Ada sebuah korban yang paling besar, yaitu mengorbankan diri sendiri. Dialah Yesus Kristus, yang dikorbankan bukan orang lain tetapi diri-Nya sendiri. Ini penghancuran egoisme total.
Mari kita belajar berkorban, waktu, tenaga, dan pikiran kita untuk sesama, keluarga dan Tuhan. Secara perlahan Tuhan akan mengajarkan kita bagaimana menurunkan tingkat egoisme kita.
Salah satu pengorbanan kecil sahabat yang perlu saya hargai adalah mereka sudah membaca email ini.

Prasmanan

Pesta prasmanan lebih akrab.

Sebentar lagi perusahaan kami akan merayakan ulang tahun atau anniversary ke-28. Sudah cukup lama juga ya? Buat sebuah perusahaan dengan usia segitu rasanya sudah cukup dewasa. Ada perusahaan yang berusia 5 tahun saja sudah dianggap mature atau matang. Tetapi, merayakan ulang tahun perusahaan mirip merayakan ulang tahun kita sendiri. Lalu, kita memikirkan agenda perayaan. Yang pasti kita makan makan. Tinggal pilih restoran atau tempat yang indah untuk bersama anjangsana, curhat dan berbagi kasih.
Kalau bicara makan-makan, maka masing-masing daerah berbeda style. Kalau di Surabaya senangnya makan meja. Kalau di Jakarta lebih praktis dengan prasmanan. Lagian prasmanan lebih akrab bisa ngobrol sana sini dan bertemu teman dan berbagi cerita.
Prasmanan kisah awalnya dari tradisi Amerika latin karena daerah dan kulturnya akrab. Kalau ada pesta, tuan rumah hanya menyiapkan tempat saja, lalu makanan di bawa masing-masing keluarga dan diatur di meja. Kemudian makan bersama. Tentu saja ramai karena saling memuji kenikmatan makanan masing-masing. Di kampung saya di Surabaya, menjelang 17 Agustus atau Maulud biasa digelar prasmanan. Masing-masing keluarga bawa makanan lalu kita kumpul makan bersama.
Pesta secara prasmanan memang asyik karena bisa memilih makanan sesuka hati. Ada yang mencoba semua, tetapi ada yang cuma ambil satu macam saja. Ada yang ambil banyak. Ada juga yang ambil sedikit. Berbeda dengan makan meja. Kita hanya bisa berbincang-bincang dengan sesama yang ada di meja. Kalau prasmanan, kita bisa berlanglang buana. Makannya bisa lebih banyak lo !!
Pesta ini menginspirasi Gereja. Setiap minggu kita pesta Ekaristi. Suatu pesta untuk memberikan suka cita besar. Kebahagiaan bersama anjang pertemuan dan sekaligus membuat keakraban.
Tradisi semasa SMA saya di Surabaya. Kami seangkatan (masih berlangsung sampai sekarang sudah 36 tahun), yaitu janji bersama di misa jam 8 pagi, lalu lanjut makan pagi bersama di pinggir jalan. Lalu, masing-masing punya gelar panggilan. Mulai dari koko, cici, meme, ncek, ncim, om, tante, susuk, kakek, dan nenek. Aku dapat gelar OPA karena cucunya paling banyak.
Pesta di gereja adalah pesta kita bersama bukan pribadi. Jadi, alangkah sedihnya kalau datang ke gereja untuk berdoa dan terima komuni terus pulang. Rasanya hambar sekali. Tetapi suasana kota Jakarta dengan kesibukan justru memaksa kita melakukan hal demikian.
Justru bertemu di gereja kalau banyak cerita dan gosip, maka rasanya menyebalkan. Apa lagi sehabis pesta pastornya hilang. Tidak ada suasana akrab sama sekali. Bahkan cenderung bahwa yang keluar gereja mukanya masam, kecut dan seperti habis mengalami kesusahan. Apa lagi terjerat waktu di mana harus giliran karena orang yang mau gereja berikutnya sudah menunggu. Alasannya parkir tidak cukup jadi semua harus buru-buru meninggalkan gereja kalau tidak akan buat macet.
Semua sudah melupakan tujuan utama gereja, yaitu Pesta Prasmanan. Setiap pribadi membawa makanan rohani masing-masing dalam bentuk suka cita dan kebahagiaan lalu kita sharing. Kita menikmati prasmanan rohani bersama-sama. Tapi tidak apalah memang kondisi memaksa demikian. Gereja cuma sebagai kewajiban rutinitas dan tempat berdoa biasa. Sesama bukan urusan kita.
Tapi, kenangan Prasmanan Rohani membuat saya bahagia. Cobalah nikmati keselamatan dan kebahagiaan yang ditawarkan, misalnya, masing-masing kelompok dan lingkungan kecil janjian seminggu sekali bertemu di gereja dalam kelompok kecil. Sehabis misa cuma minum Aqua gelas lalu bagilah senyuman kepada sesama. Niscaya! Semoga Tuhan memberkati kita semua dengan kasih-Nya. Doaku buat semua sahabat di kantor!

Polusi

Jakarta sudah menjadi kota paling polusi di dunia.

Radio Australia, Kamis 18 Oktober 2012 menyiarkan daftar kota-kota terpolusi di dunia. Jakarta masuk dalam daftar kota terkotor di dunia. Berita mengenai kota terpolusi di dunia bukan saja di release oleh ABC, tapi juga media gambar dan media cetak lainnya. Juga ditampilkan di siaran resmi WHO. Kita yang hidup di Jakarta yang berhadapan dengan kotornya kota Jakarta seperti tidak berdaya. Kita lumpuh dan pasrah. Tidak ada kemauan untuk merobah kebiasaan kita yang merusak bumi kita sendiri.
Perusahaan kami mencoba berpartisipasi dengan target terus melakukan tanaman pohon. Kalau masuk kota Jakarta dari Timur, kami telah menanam pohon Matoa. Kami terus menerus tanpa henti mempromosikan Indonesia green.
Kata Kong Fu Tse bahwa kalau kita tidak bisa merubah dunia menjadi baik, paling tidak kita bisa merubah diri kita sendiri agar menjadi baik. Tahun 1995 saya mensponsori pemasangan polution detector di Lapangan Monas. Tahun 2002 pemasangan di Jalan Gajah mada. Di Jakarta sudah ada lebih 30 detector yang dipasang sebagai indikator perhitungan CO, N, F dan tingkat polusi dalam kadar udara.
Deteksi menunjukkan bahwa kadar polusi kota Jakarta sudah parah. Apalagi daerah Kelapa Gading (lihat perbandingan foto dengan jarak 300 meter gedung di Kelapa Gading sudah tidak terlihat (diambil jam 10 pagi bandingkan dengan jarak 100 meter). Artinya jarak pandang kita sudah dipenuhi polusi sehingga sulit menembus pandang lebih dari 300 meter.
Berbicara tentang kontaminasi polusi di laut, darat, dan udara kita, maka marilah mulai menjaga agar diri kita dulu jangan terkontaminasi oleh kotoran udara, kotoran pemikiran dan kotoran hati.
Saya sungguh bersyukur bahwa Gereja berjuang untuk mengatasi polusi rohani dengan harapan kita bisa mengatasinya sekaligus bisa mengatasi polusi udara.

Lift

Lift me up or I am staying

Semalam saya menghabiskan waktu di kantor dengan rapat seharian non stop. Apa lagi diisi dengan urusan tamu. Rasanya sungguh melelahkan, namun malamnya saya menyempatkan diri menonton film di Premiere Emporium bersama sahabat-sahabat dan seorang pastor. Filmnya End of Watch. Kisah kehidupan keras para polisi jalanan namun diselingi kisah cinta dan kehidupan rohani polisi asal Mexico yang keluarganya fanatik Katolik.
Saya sangat tertarik dialog dalam keluarga juga dialog sepasang partner polisi tentang kehidupan keluarga dan janji-janji sepasang sahabat : ”Saat engkau mati, aku pasti akan memelihara anak-istrimu”! Sebaliknya, sahabatnya bilang : ”Jangan kuatir aku siap mengangkat semua bebanmu”! (dieja dengan bahasa sangat kasar tapi penuh makna). Dialog yang penuh dengan canda, tetapi menunjukkan sifat kerohanian yang sangat baik. Kisah kesetiaan dan penuh perhatian kehidupan keluarga Katolik dalam situasi pekerjaan berisiko.
Saya bekerja di perusahaan dengan spesialisasi di bidang heavy lifting dan transportasi alat-alat berat dan project logistic. Amat menarik soal dinamika tentang urusan lifting karena semua pekerjaan hampir tidak mungkin dikerjakan oleh alat, tetapi harus dibantu dengan alam pula. Pemikiran tentang tenaga potensial seperti halnya Queen Tower Chandra Asri yang beratnya 660 ton harus diberdirikan. Kalau mau pakai Crane hampir tidak mungkin, tetapi akhirnya tower tersebut berdiri juga. Selain lifting dan sliding juga menggunakan sistim engsel putar dan hydraulic system.
Ada kalanya harus mengangkat mesin 300 ton ditaruh di atas pondasi dengan ketinggian 3 sampai 4 meter. Semakinn berat bebannya, semakin menarik usahanya, tentu saja biayanya semakin mahal. Beberapa proyek kami juga menghadapi kendala cuaca, offroad, remote area sampai pedalaman yang masih penuh hutan belantara. Di sini, faktor ketelitian, pengalaman dan kerja keras serta koordinasi tim sangat diperlukan.
Pembangunan Jembatan Barito tahun 1994-1997, yang saat itu menjadi jembatan terpanjang di Indonesia mengunakan semua faktor di atas tadi. Semua proses pembangunan hampir menggunakan lifting service. Perhitungan akurasi karena sungai. Selain pasang surut ada arus keras pula.
Pembangunannya memakan waktu 4 tahun oleh tenaga ahli. Semua adalah putra Indonesia. Mereka berhasil dengan sukses dan Jembatan Barito itu diresmikan President Soeharto pada 27 April 1997.
Kenangan indah terukir di sana. Kesulitan banyak menambah pengalaman dan pengetahuan tentang alam.
Hidup juga sama halnya dengan urusan angkat-mengangkat. Sejak pagi tadi saya sudah memikirkan ingin mengangkat semua masalah yang saya hadapi, tetapi belum menemukan alat angkut yang cukup kuat mengangkat masalah-masalah itu. Oleh karena itu, kita memerlukan trik alam agar semua masalah bisa diangkat atau semuanya akan diam saja.
Cara mengangkat masalah ini yang perlu di bahas. Kalau masalah ringan atau rutin angkat dengan kedua tangan cukup, artinya bisa diselesaikan tanpa bantuan. Lalu, masalah cukup berat mungkin bisa minta bantuan istri, suami, anak, orang tua atau sahabat. Bagaimana dengan masalah yang mungkin tidak bisa diangkat oleh kemampuan manusia? Apakah ditinggal diam atau harus diangkat?
Ada kata menyebutkan : “Tuhan tidak akan memberikan beban lebih dari kemampuan kita”! Nah, pertanyaannya sampai dimana kemampuan kita? Apakah dengan tangan, bantuan atau alat Bantu?
Saya memberikan beberapa solusi jika kita harus mengangkat beban berat melebihi kemampuan kita.
Pertama, bersahabatlah dengan alam. Jaman dahulu orang sakti menyelesaikan masalah dengan bertapa. Kalau kita sekarang boleh berpuasa saja ya. Banyak berdoa dan siap lahir batin menghadapi segala risiko terberat. Jujur dengan hati sanubari. Melalui alam kita banyak melihat. Bagaimana air mengalir. Lihat Terusan Panama, di mana air bisa mengalir ke atas. Kita juga bisa menyaksikan bagaimana air mengalir menimbulkan listrik yang di kirim sampai ke tangan Anda. Bagaimana angin meniup kapal layar. Let’s nature solve your problem!
Kedua
, bersahabat dengan masalah dan beban itu sendiri. Jika punya beban jangan kita lari. Mari kita hadapi kalau bisa bernegosiasilah dengan beban. Seorang sahabat saya mencari hutang kiri kanan karena kehidupannya memerlukan biaya. Dia lupa bahwa solusinya cuma penghematan. Hidup sederhana menjadi solusi terbaik.
Ketiga, menggali akar permasalahan. Jika beban berat sekali kita harus mencari akar permasalahan (core problem). Seperti halnya rayap, jika mau mengatasinya harus membunuh ratunya dengan sendirinya semua musnah. Menggali akar permasalahan memerlukan keahlian sendiri. Kalau tidak mampu bisa minta bantuan psikiater atau psikolog yang bisa lebih mudah menemukan akar permasalahan dengan melakukan konsultasi.
Ria dan Andre (nama samaran) sudah dipastikan cerai dengan satu anak perempuan. Segala usaha mempersatukan sudah tidak bisa. Jalan buntu. Andre sangat stres, karena dia sudah berusaha mengatasinya. Permasalahan utama karena kedua keluarga tidak sepaham. Campur tangan orang tua memicu permasalahan ekonomi menjadi overloaded. Andre masih dalam suasana berbeban berat dan sedang berjuang mencari jalan keluar dan berusaha mengangkat bebannya.
Saya memberikan solusi pendekatan alamiah. Andre setuju dan sedang berusaha. Semoga berhasil!
Kita semua pasti memiliki beban permasalahan. Tuhan memberikan alat-alat dan kemampuan buat kita untuk mengangkatnya. Pakailah!

Karier

One friend without hope of career is too many.

Iklan di Kompas untuk lowongan pekerjaan atau untuk menawarkan diri bekerja cukup besar bisa sampai dua halaman penuh. Juga media lain yang menawarkan Career Opportunities. Tetapi di lain sisi, banyak sekali orang yang tidak ada pekerjaan alias pengangguran. Mereka tidak bisa melamar pekerjaan karena constrain usia atau pengetahuan yang dimilikinya.
Misa hari Minggu di gereja-gereja Katolik di Australia, khususnya kota-kota besar, pasti ada doa khusus untuk orang yang jobless. Saya pernah ikut misa khusus buat orang yang tidak dapat kerja atau buat orang yang akan melamar pekerjaan. Saya sendiri tidak tahu mengapa gereja-gereja di Australia, baik Protestan maupun Katolik, sangat memperhatikan masalah karier dan pekerjaan umatnya. Padahal rata-rata semua umat bekerja. Cuma sejumlah kecil orang saja yang jobless, tapi perhatian yang diberikan sangat luar biasa.
Sebaliknya di Jakarta. Ada begitu banyak pengangguran dan orang yang susah cari kerja, tetapi sampai kini belum pernah ada doa khusus buat pengangguran apalagi misa khusus untuk orang Pengangguran.
Menyoroti masalah pengangguran oleh pihak Gereja sebenarnya meletakkan arah dasar pastoral utama. Alasannya adalah bahwa tanpa dukungan spiritual yang kokoh, maka kita akan mengalami sumber daya manusia (SDM) yang sangat lemah dalam menjalankan kariernya. Ini sumber dan cikal bakal korupsi dimulai.
Sepeninggalnya Presiden Soeharto saat turun jabatan beliau di wawancara eksklusif oleh News Strait Times. Temanya menyoroti masalah apa yang terjadi dengan negara kita tercinta. Beliau mengatakan bahwa Indonesia akan mengalami masa sulit yang berkepanjangan, terutama masalah tenaga kerja. Hal ini muncul karena kurangnya penghargaan terhadap SDM. Kita semua perlu berdoa semoga Bangsa Indonesia bisa selamat dan segera keluar dari krisis berkepanjangan.
Saya masih ingat kata beliau yang mengutip primbon Djoyoboyo : ”Jamane saiki Jaman edan, sing penting iling lan waspodo sampune persiapan pekerja sing ulet tanpo lelah” (Sekarang jaman memang gila tetapi yang penting kita harus sadar dan waspada, terutama siap bekerja keras tanpa lelah)
Saya bekerja untuk UN terutama bidang logistik buat UNHCR. Semboyan yang dipakai oleh UN adalah : “One refugee without hope is too many”! Sedangkan ada semboyan lain yang saya copy : “Bekerja sebagai petugas pengungsiaan sama dengan lampu dengan minyak terbatas”!
“Karier ibarat lampu dengan minyak terbatas”! Sebenarnya kita sungguh membutuhkan kekuatan spiritual untuk membangun karier kita. Jadi, perhatian khusus kepada para buruh, pekerja dan karyawan dimaksudkan untuk memberikan semangat. Istilahnya memberi bekal minyak untuk lampu yang dimilikinya, sehingga tidak habis di tengah jalan.
Tingkat pengangguran berjalan paralel dengan kekuatan ekonomi negara dan bertolak belakang dengan GDP (Gross Domestic Product). Saya rasa kita semua sadar akan hal ini.
Mari kita bangkit untuk memberikan perhatian khusus kepada pekerja dan para pencari upah dengan kekuatan Roh Kudus. Itu bertujuan untuk membangun tenaga kerja. Karier yang bagus bagi setiap insan, khususnya yang mengenal Dia.

Benteng (2)

Seorang yang tidak menggunakan pikiran positifnya sama dengan benteng yang tidak dijaga.

Tembok Besar China

Web Benteng Indonesia menulis bahwa Indonesia adalah suatu negara sangat unik dengan beraneka kekayaan alam. Terdapat 275 bekas benteng pertahanan, baik bekas Belanda maupun Jepang. Salah satu benteng besar seperti Kastil Batavia, yang dihancurkan pada abad ke-19. Banyak benteng yang perlu dipugar demi masa depan sekaligus melestarikan budaya bangsa. Anda bisa kunjungi http://www.benteng indonesia.org
Menarik sekali pentingnya benteng sebagai warisan budaya. Salah satu benteng tertua di Indonesia adalah Benteng Pendem di Cilacap (Kusbatterij Od de Lantong te Cilacap) yang dibuat tahun 1861, tapi baru ditemukan 1946, lalu digali dan diperbaiki dan akhirnya digunakan tentara Indonesia untuk bertahan melawan penjajah.
Aku pernah mengunjungi Benteng Pendem, Fort de Kock. Di Palembang ada Benteng Besak. Banyak benteng yang sudah aku kunjungi. Tembok Besar di Cina (Wan li Chan Zhen) yang paling aku kagumi karena arsitek pembuatnya tentu tak kuliah arsitek, lalu konstruktornya pasti bukan insinyur sipil. Tembok Besar dibangun ribuan tahun lalu untuk membenndung pasukan Mongolia masuk ke Cina.
Saya sekolah Teknik Sipil Trisakti, tapi belum pernah menghitung konstruksi gedung atau jembatan, tapi terlibat aktif dalam banyak pembangunan. Bahkan para ahli jembatan di Indonesia selalu mengajak diskusi sama saya, termasuk saat Jembatan Kutai Kartanegara roboh.
Kalau kita main catur, maka benteng kiri kanan paling kuat saat semua prajurit dan perwira lainnya lumpuh. Sisa benteng yang menjaga Raja dan Ratu. Mengapa benteng perlu dibangun? Untuk jaman modern, benteng sudah tidak memerlukan bangunan karena senjata sudah sangat tangguh. Saat ini membangun benteng sama dengan kekuatan Strategi dan senjata, baik di darat, di laut dan di udara.
Demikian juga kehidupan kita. Perlu dibangun sebuah benteng untuk mempertahankan roh dan jiwa kita. Pertahanan utama atau benteng kekuatan kita adalah pikiran positif.
Semoga kita bisa membangun ”benteng” kita dengan kekuatan senjata berupa spiritualitas Katolik.

Salib

Simbol kehinaan itu telah menjadi lambang kemenangan.

Sepanjang jalan dari Bandung ke Jakarta, jalan Tol macet total. Perjalanan yang biasanya satu setengah jam akhirnya ditempuh 5 jam. Dalam hati sungguh mengesalkan dan dalam hati janji tidak mau ke Bandung lagi. Dua bulan kemudian ada acara di Bandung, agenda kampanye Gubernur. Acara jam 7 malam. Saya dan istri dari Jakarta jam 4 sore, dengan harapan bisa tiba paling telat jam 7 malam. Apa yang terjadi jam 7 malam kita masih di Slipi, Semanggi. Akhirnya saya dan istri putuskan kita menikmati makan malam di Lana Thai di belakang Hotel Mandarin. Setelah makan kenyang kita pulang.
Sebulan kemudian saya pulang dari Cilacap via Bandung. Keadaan yang sama terjadi, yaitu 5 jam perjalanan Bandung menuju Jakarta lewat Tol Cikampek karena ada demo buruh. Aku mengeluh karena kesel. Mana ada janji di Jakarta, tapi kata Sopir saya: ”Terima kasih saja Pak anggap ini memikul salib”
Kita bertiga di atas mobil tidak jadi marah dan kesel malah suasana berubah jadi penuh tawa dan canda. Dalam hati saya heran juga. Kata salib luar biasa sekali. Kata itu bisa bikin kita berubah hanya dalam hitungan detik dari susah menjadi sukacita.
Tahun 1980, saya menghadiri acara keluarga di Surabaya. Kita biasa kumpul-kumpul keluarga di akhir tahun. Dalam suasana ceria keadaan di kejutkan oleh seorang pembantu kami. Tiba-tiba mulutnya keluar busa seperti kesurupan. Saya coba mendekatinya, tapi dia mengerang seperti suara serigala dan giginya dikeluarkan menakuti saya. Akhirnya kita putuskan dibawa ke rumah sakit dengan memanggil ambulance. Tetapi, 8 orang laki-laki tidak sanggup dan tidak kuat mengangkatnya. Berbagai usaha dilakukan tapi gagal. Saya mengusulkan mau pakai forklift, tetapi tidak ada yang setuju. Sepintas saya memikirkan agar coba pakai salib, air, dan garam. Saya lalu mencoba memimpin ritual pengusiran setan nih. Usaha ini juga gagal, tapi tiba-tiba dia bangun dan menarik tanganku sampai saya hampir jatuh. Tanpa sengaja salib yang cukup besar ini mengetok kepala pembantu itu dan kayaknya dia pingsan. Lalu, buru-buru ia diangkat. Ternyata cukup dua orang saja bisa naik ke ambulance. Sejak saat itu di keluarga saya dikenal ahli usir setan pakai salib. Mungkin ada benarnya juga setan takut salib, tapi yang terang setan takut sama saya.
Salib memang punya cerita sendiri. Dahulu kala salib memang lambang hukuman sampai hukuman mati di kayu salib. Siapa pun yang mati di kayu salib adalah kehinaan. Mati di salib diperuntukan bagi penjahat dan orang yang sangat tidak ada harganya. Tetapi, sejak kematian Yesus di kayu salib, semuanya berubah total. Salib justru di pajang-pajang. Salib juga ditaruh di altar. Salib jadi hiasan di kamar tidur, ruang tamu, dan ruang keluarga. Salib diyakini sebagai simbol perlundungan bagi keselamatan jiwa dan raga kita.
Pengalaman saya saat tahun 1988, di mana suasana negara kita sedang sulit. Saya pun sulit sekali dana. Saya penuh stres. Suatu pagi saya ke bank untuk negosiasi minta bantuan dengan hati penuh gelisah. Saya masih sempat ajak anak saya Aditya yang usianya baru 5 tahun. Aditya duduk di depan di samping saya dalam mobil.
Mungkin karena mengantuk, saya menabrak mobil di depan saya sampai rusak parah. Pengemudinya turun menuju saya. Dalam hati saya pikir dia pasti akan marah besar. Tetapi ternyata sebaliknya, dia menuntun saya dengan sangat sopan untuk keluar dari mobil saya. Sungguh aneh karena ia menanyakan apakah saya sakit atau mengantuk? Apakah saya bisa melanjutkan perjalanan? Saya bilang semua baik lalu saya mohon maaf dan menawarkan ganti rugi. Beliau menolak dan bertanya ke saya : ”Bapak pendeta ya”? Saya jawab bukan dan dia tersenyum lalu terus pergi.
Saya pun melanjutkan perjalanan. Saya baru sadar kalau di dashboad mobil ada salib dan di atas spion ada rosario dan salib. Sungguh suatu kejadian yang bukan kebetulan kalau saya dilindungi dalam perjalanan.
“Salib membuatku baik”! ini tema yang diambil UBS di Kuala Lumpur. Dalam sidang tahunan mereka pada tahun 2008, saya menyempatkan diri hadir dan mengikuti prosesi pembicaraan tentang salib. Di sana juga di pamerkan replika kain kafan Yesus.
Salib menjadi sangat istimewa. Bagi mereka yang tidak mengenalnya terlihat biasa saja. Tetapi kalau sudah biasa dan akrab maka akan lain perasaannya. Dalam kehidupan rohani kita, salib menjadi bagian penting karena sadar atau tidak sadar memberikan suatu energi positif dalam setiap langkah kita, termasuk pemikiran kita dan pengambilan keputusan kita.
Semoga kita bisa menjadikan salib sebagai kekuatan kita bukan karena salibnya tapi karena seorang yang pernah disalib, yaitu Sahabat dan Tuhan kita Yesus Kristus.

Robot

Lebih baik jadi robot daripada hidup seperti robot (Obama)

Dalam penerbangan pulang dari New York ke Jakarta, kami mampir di Tai Pei. Begitu sampai di Airport, aku dan istri langsung menuju Excecutive Lounge. Kami mencari bubur Taiwan. Enaknya bikin ngangenin. Belum ada bubur yang seenak itu di Jakarta. Demikian pula setiap kali makan di rumah makan Surabaya, saya selalu order Lontong Cap Gomeh.
Pak Jokowi, kalau naik Garuda nomor seatnya selalu 27A. Semua kegiatan kita, sepertinya maunya tetap saja, tetapi ada kalanya ingin mencoba sesuatu yang baru dan yang kita alami kadang menjadi baik kadang menjadi lebih buruk.
Pada suatu Sidang Kongres Presiden Obama menyampaikan bahwa Amerika harus berubah. Obama lupa bahwa pemilihan dirinya adalah sebuah terobosan yang berani dari rakyat Amerika. Sama halnya pemilihan Gubernur Jokowi di DKI Jakarta. Karena hidup seperti robot kurang baik atau lebih baik sekalian jadi robot saja. Karena hidup jadi robot lebih pasti, sedangkan hidup seperti robot itu tidak berpendirian sebab sangat situasional dan kondisional dan tidak mampu bekerja sendiri.
Sesungguhnya kita ini unik dan luar biasa karena Tuhan menciptakan kita dengan memberikan kebebasan luar biasa tanpa batas. Apakah mau jadi baik atau jadi buruk. Apakah jadi Pastor, Suster atau jadi penjahat kelas ringan sampai kelas berat. Siapa pun tak ada yang bisa melarang. Tapi, Tuhan tidak pernah bahkan tidak kuasa berhenti mencintai kita anak-anak-Nya.
Beberapa hari lalu, jam 4 subuh, saya sudah menuju ke Padang Golf Damai Indah, di Pantai Indah Golf. Warga Usia Lanjut (Wulan) dari Yayasan Darma Wulan Pusat akan mengadakan turnamen Piala Radius Prawiro XV. Saya jadi ketua umum turnamen ini. Kegiatan rutinnya sudah 15 tahun.
Dalam sambutan saya katakan kalau anak-anak susah itu biasa karena masih ada masa depan yang terbentang dan terbuka luas, tapi kalau orang tua susah, maka tidak ada lagi masa depan. Oleh karena itu, Wulan menawarkan suatu solusi perubahan nasib orang tua agar menjadi bahagia, berguna/bermanfaat dan bermartabat.
Di Injil dikatakan kalau masih muda kamu akan seperti burung bisa terbang ke mana-mana, tapi kalau sudah tua kamu akan diikat pinggangmu dan ditarik ke mana-mana sesuai yang narik. Ada kesempatan di Wulan untuk membuka kembali suasana hidup hari tua agar penuh persahabatan dan saling-menolong.
Hidup kita harus bisa berubah dari ketidakpastian menjadi pasti. Yesus menawarkan “Akulah Jalan Kebenaran dan hidup”. Karena kalau kita mengikuti kata Setan dan Iblis, maka kita akan hidup seperti robot. Suatu saat kita akan diatur dan ke mana kita harus pergi dan tentunya neraka menanti. Tetapi, kalau kita berani melawan segala iming-iming setan, maka kita keluar dari kehidupan seperti robot lalu menjadi hidup dan pasrah kepada Tuhan. Kita akan menjadi robot yang hanya menurut perintah Tuhan. Hidup dalam kasih-Nya dan surga menanti. Cinta kasih Tuhan menyertai kita semua.

Seragam

Seragam membuat kita merasa sehati sejiwa (Cor unum et anima una)

Tanda Salib

Sejak tahun 1986, perusahaan saya sudah menggunakan seragam. Entah siapa yang mulai, tapi kompak banget. Coba saja kunjungi gedung kantor kami. Di gedung kantor ada 90-an perusahaan, tapi hanya beberapa perusahaan saja yang menggunakan seragam, seperti BNI 46, Pertamina, dll. Saya sendiri suka sekali memakai seragam sebagai suatu kebanggaan tersendiri. Lagian hemat karena tidak perlu banyak baju. Senang juga setiap pagi karena tidak bingung memilih baju, tetapi juga senang kalau jumpa yang seragamnya sama karena rasanya seperti saudara.
Di Surabaya, suatu sore hari saya melewati Jalan Tunjungan, saya jumpa seorang ibu. Dia bersama putranya berseragam SMA Frateran Surabaya. Saya mantan dari sana. Mereka ada di tepi jalan sepertinya sedang ada masalah. Karena sedang bersitegang dan kelihatan cenderung mau berantem, maka gara gara itu seragam, terpaksa saya minta sopir agar berhenti. Sayangnya, di jalan itu tidak ada fasilitas parkir, sehingga saya yang turun, sedangkan sopir saya suruh putar-putar.
Cerita berlanjut, kata orang Cina tua dahulu, kalau menyebutnya terlalu Kee Poo (suka mencampuri urusan orang lain). Saya bertanya ada masalah apa? Ternyata ibu ini berdagang kue. Dia ambil kue lalu jual, tapi karena sudah dua hari tidak nyetor, sang empunya kue datang nagih. Saya tanya berapa hutangnya? Sudah dua hari sama hari ini jadi tiga hari sebanyak 300 ribu rupiah. Lalu, saya katakan ok saya kasih 200 ribu, sisanya nanti ibu ini yang bereskan, empunya kue setuju terus langsung jalan.
Nah, kini cerita yang membuat aku jadi malu. Setelah selesai sang ibu berterima kasih, lalu saya tanya anaknya sekolah di Frateran ya? (Sok tau!!!). Lalu jawab ibu tersebut : “Bukan!”. Lho kok bisa pakai sseragam sekolah saya?
“Beli di loakan,” kata ibu tadi.
Kebetulan sopir saya sudah muter saya langsung ngacir. Naik mobil sambil senyum malu, kesel, jengkel sama diri sendiri gara-gara seragam dan gara-gara Kee Poo.
Pengalaman di atas selalu teringat di hati saya, tapi sudah hampir 8 tahun atau 10 tahun lalu. Saya sendiri tidak terlalu ingat, tapi pengalaman lucu ini kutulis buat sahabat semua lantaran ingin membuktikan saya cinta alma mater juga cinta adik-adik yang masih sekolah. Walaupun saya kecele karena orang pakai baju bekas sekolah saya.
Tetapi yang membuat saya bersuka cita adalah saya bahagia karena saya sudah menolong orang. Memang alasan pertama karena seragam, tetapi ada sesuatu energi yang menggerakkan hati saya untuk menolong orang tersebut. Meskipun, kemudian saya malu dalam hati.
Seragam memang memiliki suatu energi yang kuat. Bagaimana dengan seragam rohani kita sebagai pengikut Kristus?
Maukah kita menolong sesama pemakai seragam rohani? Atau kita merasa sehati-sejiwa dalam hidup berlingkungan? Di sana kita merasa bersatu dan bersekutu.
Tapi ada satu seragam kita yang saya paling suka lihat di TV, yang dipakai oleh Maradona, Susi Susanti, Pele, para atlit, dan bintang film. Itu seragam yang indah sekali dan tidak dimiliki orang lain, yaitu Atas nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus, Amin.
(Tanda Salib, dan khusus Katolik)
Semoga Tuhan memberkati dengan kasih karunia-Nya dan rahmat setia-Nya buat semua sahabatku.