Bagaimana merubah tantangan menjadi peluang (Ciputra)
Pagi sekali saya bagun waktu masih menunjukkan pukul 3 pagi. Saya harus jalan menuju bukit pelangi untuk bermain golf jam 06.00. Perjalanan akan ditempuh satu setengah jam kalau tidak macet. Rasa kantuk harus dilawan. Masih untung saya tidak mengendarai sendiri tapi ada sopir. Kebiasaan saya jarang tidur di mobil karena hobi membaca susah dihilangkan. Jadi, di mobil pasti ada buku untuk dibaca apalagi kalau buku itu menarik.
Saya membuka buku karangan Ir. Ciputra soal bagaimana merubah tantangan menjadi peluang sangat menarik. Karena kita hampir setiap hari mendapat tantangan. Setelah membaca beberapa saat saya tidak bisa melanjutkan karena mengantuk. Jadi saya tidur-tidur ayam, tetapi dalam lamunan saya jadi berpikir juga bagaimana merubah tantangan menjadi peluang. Saya punya sahabat karib beliau orang Aceh, dan saya selalu ingat apa yang beliau katakan : “Peluang buat tantangan tetapi tantangan buat uang “. Saya rasa kedua statement yang dibuat oleh teman saya Bapak Wahab dan Ir. Ciputra ada hubungannya.
Sekarang saya dalam perjalanan menuju Surabaya. Saya terbang sore hari. Saya teringat masalah buku Pak Ciputra yang belum saya ceritakan habis saat di Lapangan Golf Bukit Pelangi cuma sebagai referensi.
Tantangan bisa bermacam-macam. Ada tantangan yang datang dengan sendirinya. Ada tantangan yang dibuat dan ada tantangan yang muncul saat kita ingin melakukan sesuatu, tetapi ada dasar tantangan yang berdasarkan probability atau kemungkinan seperti halnya berjudi.
Waktu main golf juga demikian, kalau golf tanpa tantangan bukan namanya golf jadi saat saya main golf saya selalu teringat teori bagaimana mengubah tantangan menjadi peluang. Suatu sore, seorang sahabat wanita saya mengirim bbm. Singkat saja bahwa beliau ingin mencari tantangan, saya sungguh terkejut karena sebagian besar orang terutama yang bukan entrepreneur, lebih suka menghindar atau tidak mau mencari masalah apalagi tantangan, tetapi secara jujur saya suka dengan pribadi orang yang ingin mencari tantangan.
Sebenarnya secara alamiah Tantangan itu berbanding lurus dengan talenta. Semakin besar talenta yang kita terima semakin besar tantangan yang akan kita hadapi. Sebaliknya semakin besar tantangan yang kita hadapi artinya sebenarnya kita juga semakin diberkati. Jadi kalau ada dorongan hati ingin membuka suatu tantangan, maka otomatis terbuka juga peluang untuk dirinya.
Ada kisah seorang penjual sapu lidi di sebuah desa. Setiap hari dia memotong daun kelapa dan membuat sapu lidi. Dari hari ke hari kerja itu saja, sampai sampah daun kelapa di belakang rumahnya menggunung, dan dia ingin membersihkan sampah dan membuangnya, tetapi karena cukup berat terpaksa dia mengupah orang untuk membuang sampah, tetapi tidak ada seorangpun yang mau dengan upah yang murah. Akhirnya si tukang sapu berpikir bahwa tidak jalan lain dia harus kerjakan sendiri, supaya muatan sepedanya banyak dia mengikatnya, menyusunnya lalu menaruh di sepedanya dan mengayuhnya ke luar desa untuk dibuang. Saat mendekati batas desa banyak orang datang mengerumuninya dan ingin membeli daun kelapanya. Para gembala yang ingin membangun kandang-kandangnya. Para nelayan ingin membuat gubug. Para petani buat rumah sawah. Mereka semua berebutan. Tukang sapu lidi kewalahan untuk menjual daun kelapa sampai lupa jual sapu lidi. Ia pun menjadi orang kaya di desa itu, tetapi dalam hati dia berpikir, mengapa saya bisa menjadi orang kaya, tetapi saya tidak berani menerima tantangan. Dia mulai merekrut orang upahan untuk bekerja. Ada yang bikin sapu lidi, ada yang bikin lidi sate dan ada yang bikin atap rumah. Dia pun membeli kebun kelapa dan juga menjual buah kelapa, sampai akhirnya si tukang sapu lidi yang masih muda menjadi pengekspor kopra dan minyak goreng terbesar bukan hanya di desanya tapi di seluruh negeri.
Ternyata tantangan membuka peluang. Keterpaksaan dalam suatu kondisi, kepepet, terpojok harus memaksa kerja keras ternyata tantangan ini membuka peluang seseorang untuk menjadi orang besar.
Saya bertanya apakah saya mau membuka peluang atau saya mau menerima tantangan, ataukah saya mau mencoba merubah tantangan menjadi peluang, seperti tulisan Bapak Ir. Ciputra?
Saya juga berpikir bahwa sebenarnya tantangan itu sendiri bagian dari peluang. Siapa berani melewatinya dia akan mendapatkannya. Sebaliknya seberapa besar pun talenta seseorang atau sepintar apapun atau serajin apapun, tetapi kalau tidak berani melewati suatu tantangan sama halnya dia berjalan di tempat dan tidak akan maju.
Mari kita berdoa agar Tuhan selain memberi talenta kepada kita juga memberikan keberanian buat kita untuk mendayagunakan talenta yang kita terima terutama mengatasi tantangan yang kita hadapi. Salam dan doa.