Monthly Archives: January 2013

Bersih-Bersih

Hampir sebagian besar hidup kita untuk bersih-bersih dan ini adalah bagian dari iman kita.

SampahMenjaga kebersihan merupakan bagian dari menjaga kesucian dalam kehidupan kita terlepas dari kebiasaan atau kewajiban, yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Oleh sebab itu, orang yang tidak menjaga kebersihan dan kesucian sama dengan telah mengabaikan sebagian dari nilai-nilai keimanannya.
Gubernur DKI Jakarta Jokowi dalam 100 hari tugasnya selalu mengharapkan kita semua untuk membudayakan kebersihan, terutama di mulai dari lingkungan kita sendiri. Sampah dan kotoran limbah masih semrawut. Berbeda dengan negara-negara maju. Masalah sampah sudah bukan tanggung jawab pemerintah, tetapi tanggung jawab individual.
Kembali ke beberapa puluh tahun lalu saya masih ingat kalau menggosok gigi pakai arang atau batu bata. Kalau kramas pakai jeruk purut. Kalau cuci baju pakai klerek. Kalau mandi gak pakai sabun. Semua unsur kebersihan sudah diperhatikan. (Maaf) Kalau karena belum ada softex atau pembalut jadi pakai kain saja. Sekarang semua sudah siap dengan peralatan dan bahan pembersih. Kita mau hidup bersih dan mau secara aklamasi ingin lingkungan kita bersih.
Budaya “BERSIH” memang sangat diperlukan dan harus dimulai sekarang juga. Kita bisa mulai dari yang kecil-kecil dulu dari diri kita. Mulai dari bangun pagi sampai kita tidur kembali. Apa langkah-langkah bersih kita ambil terutama dalam lingkungan rumah lalu di jalan. Saya akan bersuka cita kalau kita umat serentak memiliki dua tong sampah depan rumah warna kuning untuk recycle dan warna biru untuk organik. Saya lihat truck sampah yang ambil masih memilah-milah jenis sampahnya.
Kalau cuma 1 tong sampah atau bak sampah mari kita ramai-ramai buat bak sampah yang bagus dan indah dipandang, lalu dicat kuning atau orange supaya menarik. Jangan lupa ajak tetangga-tetangga buat program Bersih-Bersih.
Mari kita semua secara serempak mulai membudayakan kebersihan sebagai bagian dari IMAN kita. Artinya kita percaya bahwa Bersih di luar bisa juga Bersih di dalam. Kalau kita membersihakan di luar otomatis kita akan membersihkan di dalam, yakni hati dan kehidupan rohani kita. Tuhan melindungi, menjaga dan memberkati kita semua

Pengalaman

Pengalaman adalah guru yang baik dan nilainya mahal.

leaderDevLGPada saat recruitment atau pendaftaran menjadi karyawan baru, baik lisan maupun tulisan, pertanyaan pertama adalah apa pengalamannya, baru disusul dengan pendididkan dan keadaan atau kondisi lainnya. Siapa yang tidak memerlukan pengalaman karena memang itu mahal sekali. Kalau mendidik orang sampai jadi bisa kerja biayanya mahal, sehingga dalam bekerja kita harus membuka mata dan telinga kita agar betul-betul meresapi, mendalam dan mengerti apa yang kita kerjakan. Sekecil apapun yang kita kerjakan pasti memiliki nilai yang tinggi sekali.
Ah Kuet, seorang tukang kunci, nongkrongnya di Superindo. Saya mengenal baik beliau dan suka bercanda kalau kebetulan saya berbelanja di Superindo Daan Mogot. Saya pasti mengajaknya ngobrol. Beliau sudah 20 tahun lebih menjadi tukang kunci. Kunci apa saja bisa dibukanya atau bahkan dibuat duplikatnya, sampai menurutnya brankas juga bisa dibukanya.
Bagaimana semua ini bisa kamu lakukan dengan baik? Sekolah di mana?. Dia tertawa. Mana ada Universitas Kunci. Yang ada hanya belajar dari pengalaman. Tanpa guru dan pembimbing. Dia sukses menjadi wiraswasta yang penuh tanggung jawab. Apakah anda pernah gagal membuka atau membuat duplikat kunci? Semua kehidupan pasti ada hasil pasti ada gagal. Saya hanya berdoa kalau mengalami kesulitan!
Wah hebat Ah Kuet. Nomor hapenya 081317951250 jika suatu saat anda perlu.
Memang pengalaman tidak bisa dipisahkan dari ilmu pengetahuan. Sedalam apapun ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang tidaklah ada artinya. Demikian disebut sedalam apapun iman seseorang tanpa perbuatan sama dengan mati. Pengalaman berasal dari kata Peng-ALAM-an. Ia merupakan hasil sentuhan ALAM dengan Panca Indra Manusia, sehingga memungkinkan manusia menjadi tahu. Inilah yang disebut pengetahuan.
Dalam dunia kerja atau usaha istilah pengalaman juga digunakan untuk merujuk pada pengetahuan dan ketrampilan tentang sesuatu yang diperoleh lewat keterlibatan atau berkaitan dengannya selama periode tertentu. Secara umum, pengalaman menunjuk kepada mengetahui bagaimana atau pengetahuan prosedural daripada pengetahuan proposisional.
Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman juga diketahui sebagai pengetahuan empirikal atau pengetahuan posteriori. Seorang dengan cukup banyak pengalaman di bidang tertentu dipanggil Ahli atau Pakar di bidangnya
Semoga pembelajaran kita sehar-hari memberikan kita pengalaman berharga, terutama pengalaman iman kita agar bisa menumbuhkan pengharapan kita. Kasih Tuhan melindungi anda semua.

Kompak

Kekompakan dalam suatu organisasi berbuah kebahagiaan bersama (Adh)

Apa sebenarnya yang kita cari dalam suatu kelompok, komunitas atau organisasi atau perusahaan. Saya rasa semua kita tahu jawabannya, yaitu “Kebahagiaan”, karena makna kebahagiaan itu mencakup materi, psikologis, lingkungan dan komunikasi dan tidak ketinggalan “kompak”. Kompak itu artinya melepas egoisme lalu mendahulukan persahabatan atau pertemanan. Kompak tidak tergantung balasan materi dan semuanya menghasilkan suka cita besar.
(Kisah nyata) : Anita, seorang sekretaris di sebuah perusahaan pengeboran minyak, baru saja ditinggal suaminya, yang menikahi perempuan lain. Anita harus menjaga dan merawat dua anaknya sendiri. Kehidupan ekonomi pas-pasan dan dicukupi oleh gaji saja. Suatu siang dalam perjalanan tugas, Anita mendapat musibah dirampok. Dia membawa uang perusahaan juga uang pribadinya, juga ada titipan uang kawan-kawan untuk arisan kantor. Sungguh nasib malang sudah jatuh ketiban tangga. Tapi sungguh di luar dugaan, baik perusahaan maupun teman-teman bahkan mengumpulkan dana buat dirinya, sehingga bukan kerugian malah dia mendapat uang lebih karena kekompakan teman-temannya. Kekompakan itu menimbulkan solidaritas. Semua teman-teman rela membantu dan mereka bahagia karena bisa menolong temannya yang susah. Anita menemukan kebahagiaan tersendiri dalam kekompakan bersama teman-temannya.
Kekompakan (dalam arti positif) pasti dirindukan setiap insan manusia, baik dalam rumah tangga antara suami istri, anak-anak, dan orang tua. Sungguh suatu keindahan dan kebahagiaan besar kalau semuanya kompak sehati sejiwa dalam segala hal. Interaksi manusiawi juga jika berada dalam lingkungan di RT/ RW dan di kantor. Semua organisasi pasti menginginkan kekompakan karena di sanalah letak kekuatan dan kebersamaannya.
Dalam kesempatan kali ini saya ingin menawarkan beberapa langkah dalam upaya membina kekompakan anggota dalam suatu organisasi.

Visi dan Misi
Dalam organisasi sangatlah diperlukan adanya visi dan misi yang jelas, sehingga anggota dengan sendirinya akan dipersatukan oleh visi dan misi itu sendiri. Bagaimana pun juga visi dan misi dalam sebuah organisasi adalah pondasi utama yang sangat menentukan kelanggengan organisasi di masa yang akan datang. Jika dalam individu anggota sudah memilki visi misi yang sama, maka akan sangat mudah untuk dipersatukannya.

Saling percaya, saling dukung dan saling silang rasa.
Sebuah kesalahpahaman antaranggota sering terjadi dalam perjalanan suatu organisasi. Hal ini dapat diatasi jika terlahir sebuah proses keterbukaan dan saling mempercayai sesama anggota sehingga akan membentuk suatu hubungan kekompakan anggota.

Kerjasama, komunikasi dan konflik
Keharmonisan dalam berorganisasi tentunya sangat erat ketergantungannya dengan jiwa kerjasama, komunikasi dan menghindari konflik. Segalanya memang perlu pembiasaan. Jika ingin memiliki anggota yang kompak, maka asas kerja sama harus terus dibakar dalam tiap individu anggota. Jangan pernah melihat kadar berat ringannya perbuatan tersebut. Bagaimana pun juga dalam kehidupan berorganisasi segalanya harus dipikul bersama. Meskipun sejatinya perkara tersebut bisa dilaksanakan sendiri.
Begitu pula dalam komunikasi sesama anggota juga sangat dibutuhkan. Jiwa kebersaaan akan tumbuh subur dalam individu anggota jika komunikasai terus berjalan. Lain halnya dalam memandang konflik biasanya semua orang selalu memakai kacamata negatif. Seolah-olah dalam konflik itu tidak akan menghasilkan sisi positif. Padahal jika para anggota terlebih lagi pemimpinnya mampu mengemas konfik itu dengan kemasan yang baik, maka konflik tersebut bukan akan mendatangkan keretakan, namun sebaliknya justru mempererat persatuan dan membina kekompakan.
Semoga kita semua bisa membangun kekompakan yang mendasari kehidupan Iman dan Pengharapan kita.

Idola

Memiliki idola sama dengan memiliki pengharapan (Adh).

Pertandingan tenis Australian Open 2013 sudah selesai dengan Novak Djkovic sebagai juara tunggal putra mengalahkan Andy Murray dari iInggris. Tentu Djokovic menjadi idola banyak orang apalagi sekarang dia berada dalam rangking nomor satu dunia. Kalau dahulu banyak ibu-ibu hamil sudah mengidamkan agar bisa dipakai untuk nama anaknya.
Memang pemberian nama tidak terlepas dari idola orang tua. Bagaimana mengartikan nama tersebut juga penuh pengharapan agar kelak anak tersebut bisa seperti apa yang diharapkan orang tua. Karena hal tersebut saya suka sekali memperhatikan nama orang, karena setiap nama memberikan arti, walau Shakespeare mengatakan “apalah arti sebuah nama” tapi nama tetap nama yang pasti memiliki sebuah arti.
Berpijak dari pengertian Idola, kita khususnya orang Katolik memiliki tiga nama sekaligus. Pertama adalah nama pemberian. Kedua nama baptis atau permandian. Ketiga adalah nama penguatan. Sekilas nama-nama itu mungkin sudah kita lupakan, tetapi nama yang melekat pada diri kita tidak pernah melupakan kita.
Ini sebuah kisah nyata di Jerman. Seorang ayah memberikan nama anaknya Lukas. Suatu hari anak itu sakit keras sekali dan hampir tidak tertolong karena mereka hidup di desa yang jauh dari kota. Saat-saat kritis itu lewatlah serombongan tim Palang Merah yang menolong korban perang. Alkisah Lukas si kecil mendapat pertolongan seorang dokter yang juga bernama Lukas.
Setelah dewasa Lukas menjadi seorang admiral terkenal dari Jerman karena lobi perdamaiannya. Pada suatu saat beliau bertemu dengan Bapa Suci Paus dan kisah pertama diceritakan. Beliau mendapat pertolonngan Santo Lukas. Lalu, Bapa Suci mengatakan bahwa nama itu adalah idola setiap Manusia, terutama pengharapannya dan hidup. Seperti kita meletakkan nama Yesus Kristus, sebagai idola kita, maka dia akan hidup dan memberikan pertolongan kepada kita. Kisah ini diangkat saat penanda tanganan perdamaian di mana Jerman dibagi dua dan selalu menjadi ingatan bahwa nama memang penuh arti.
Mari saya ajak semua sahabat untuk menulis namanya di atas sebuah kertas putih. Lalu coba kita tulis dibawahnya apa arti nama kita. Kalau tidak ada arti apa pengharapan di balik pemberian nama itu, setelah itu gulung kertas tersebut dan kita tunggu 2 hari. Kemudian kita buka gulungan kertas itu lalu kita tulis dibawahnya lagi apa yang kita peroleh dari nama kita dan setelah itu kita simpan. Seminggu kemudian kita coba buka kertas itu lagi dan kita resapi makna nama itu. Anda akan terpesona dengan permainan ini dan luar biasa. Apa lagi selama menulis letakkan dalam doa dan pengharapan.
Saya mengidolakan nama seorang pujangga besar William Shakespeare karena banyak tulisan-tulisan dan kisah-kisah yang bagus, terutama kisah kisah cinta yang bagus bagus. Saya juga mengidolakan para pahlawa terkenal seperti Mc Arthur. Juga pahlawan di dalam negeri seperti Jendral Sudirman yang berjuang melawan penjajah sekaligus berjuang melawan kanker paru-paru dan harus wafat di usia 30 tahun tapi sudah menjadi Jendral besar.
Idola memang memberikan semangat. Nama Permandian saya Fransiskus Xaverius dan nama penguatan saya Antonius yang memberikan pengharapan saya akan pertolongan mereka dalam diri saya sehari-hari. Nama saya Adharta (yang punya Google Tranlate bisa lihat dari nama Irish) yang artinya Ibadah. Nama ini hasil pemberian seorang Pastor Irlandia (namanya sudah lupa) saat saya masih SD, karena saya masih pakai nama China, Ong KoK I yang tentu punya makna sendiri dari pengharapan papa mama saya.
Semoga idola-idola yang hidup dalam hati kita bisa menjadi hidup lebih hidup terutama nama Yesus Kristus sebagai idola utama kita.

Mental

Suatu kemenangan lebih besar dikuasai oleh ketahanan mental.

Suatu pandangan mata sangat indah dan penuh pesona dan banyak ketegangan dalam pertandingan final tenis Australian Open 2013 di Melbourne antara Li Na (China) dan Victoria Azarenka (Bilarus). Yang saya maksud indah karena mereka berdua menunjukan sportifitas yang sangat tinggi dan keakraban. Li Na dua kali jatuh dan harus mendapatkan perawatan medis, namun dia tetap meneruskan pertandingan. Dokter menyarankan ia berhenti saja karena kejatuhan kedua bisa lebih fatal, ternyata Li Na jatuh juga dan kepalanya benjol terbentur lantai.
Cedera tidak menyebabkan dia takut apalagi pantang menyerah dan yang sungguh menarik adalah di saat cedera sakit luar biasa Li Na tetap memberikan senyum.
Tiga kalimat disampaikan oleh Li Na kepada asisten pelatih dan dokter serta penasehat kesehatan (medical advisor). Pertama, saya tahu saya cedera dan semua mengharap saya mundur. Kedua, saya tidak mau Azarenka kecewa karena mundurnya saya. Ketiga, saya milik dunia dan saya pasti bisa menyelesaikan pertandingan. Semuanya disampaikan sambil senyum cantik sekali.
Sebaliknya Vika (panggilan akrab Azarenka) begitu kuat mentalnya karena mendapat tekanan penonton dan supporter yang 100 persen mendukung Li Na. Vika menunjukkan mental yang sungguh luar biasa dan ia memenangkan pertandingan ini.
Saya menyaksikan pertandingan final tunggal putri tenis Australian Open 2013 lewat layar kaca cukup menegangkan dan menjadi hiburan. Kalimat per kalimat wawancara buat kedua juara tersebut setelah pertandingan selesai memberikan wawasan kita bahwa memang dalam kehidupan kita mental ( bisa diartikan spiritual ) sangat menentukan langkah-langkah kita, seperti yang saya tulis di profile BB saya pekan lalu : Menjadi TUA itu sudah PASTI, Menjadi DEWASA itu belajar, Menjadi BIJAKSANA itu harus memenangkan pertandingan, dan untuk memenangkan pertandingan juga memerlukan MENTAL yang kuat.
Negara kita sekarang sedang membangun mental masyarakat, sebagai bagian dari gerakan memberantas korupsi, karena korupsi sudah dianggap sebagai penyakit. Seberapa pun penghasilannya kalau tidak memiliki MENTAL yang baik dia akan korupsi juga (SBY).
Bagaimana dengan Gereja kita? Apakah ada peletakan program memperbaiki MENTAL umat? Menurut saya awal terbentuknya mental yang baik adalah melalui spiritual atau gereja.
Sekarang bagaimana menyikapi kehidupan kita, misalnya apakah kita dan diri kita siap setiap minggu ke gereja? Apakah ke Gereja hanya kewajiban belaka? Apakah suami, istri dan anak dilibatkan dalam kegiatan gereja. Bagaimana Gereja sendiri dalam menyikapi perbaikan mental umat? Apakah para tokoh-tokoh Gereja terutama Pastor, Suster dan Para Uskup dan Dewan Paroki, siap menunjukkan sikap mental yang baik dan bijaksana, untuk menyelesaikan setiap persoalan dan memenangkan PERTANDINGAN kualitas hidup (dengan bijaksana)? Setiap gerakan dan kebijakan para tokoj Gereja akan menjadi tontonan umat untuk belajar menjadi DEWASA dalam hidup bersama.
Kalau di perusahaan, para direksi dan manager adalah sebagai pemain yang sedang bertanding melawan segala macam permasalahan dan HARUS memenangkan pertandingan dalam arti mengatasi masalah dengan BIJAKSANA.
Saya juga bertanya kepada diri saya, bagaimana saya melawan diri saya sendiri, mulai berkata-kata bijaksana, berpikiran positif selalu, menerima segala yang terjadi (bhs.jawa nrimo) dan mengalahkan kesombongan saya dan berani menjadikan orang lain dalam diri saya, sehingga siapapun yang tinggal di hatiku akan merasa nyaman, damai sejahtera dan penuh suka cita. Semoga Tuhan melindungiku dan semua sahabat dan Tuhan tetap menjaga dan memberkati kita semua.
Pujilah Tuhan, Pujilah Dia karena menjadi pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

Transparansi

Transparansi hanya dan hanya bisa berjalan kalau manajemen pengelolanya baik.

Ketika menghadiri simposium Forum Transparansi Indonesia, di Kotel Mulia Jakarta awal tahun 2009, saya sebenarnya hanya sebagai tamu, namun nasib kurang baik. Tiba-tiba saya diminta menjadi salah satu nara sumber, tetapi saya menolak karena tidak siap. Tetapi, saya ditodong oleh kawan saya dan saya mengiakan dengan satu kondisi bahwa saya sampaikan bahwa 10 menit saja saya akan berbicara secara teknis singkat karena di podium sudah ada nara sumber lain.
Saat itu ada hadir juga beberapa tokoh Katolik seperti J. Kristiadi, Romo Magnis Suseno, dan Cosmas Batubara. Saya bingung juga ya karena masalah transparansi ini saya tidak begitu menguasai secara total, hanya kulit saja. Cuma karena saya terlibat dalam beberapa organisasi, maka saya dicantumkan untuk ikut berbicara.
(Copy) : Transparansi, sebenarnya bukan hal baru, tetapi sejak adanya reformasi di segala bidang, akhirnya masalah ini menjadi pembicaraan (belum pengetrapan apa lagi pelaksanaan). Jadi, sebenarnya transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap ORANG untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan atau penyelenggaraan suatu kegiatan termasuk pemerintahan suatu negara. Informasi itu meliputi kebijakan proses pembuatannya dan pelaksanaannya serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan, sedangkan informasi yang dimaksud adalah informasi mengenai setiap aspek kebijakan yang dapat dijangkau. Transparansi sangat sulit dilaksanakan suatu organisasi kalau TIDAK memiliki manajemen dan kinerja yang baik, sebab ini adalah titik awal berjalannya transparansi. Keterbukaan akan menimbulaakan konsekuensi kontrol yang berlebihan. Oleh karena itu, kita perlu diimbangi dengan nilai pembatasan yang mencakup kriteria yang jelas.
Beberapa mekanisme (menurut saya) perlu digaris bawahi, seperti standarisasi, fasilitasi (pertanyaan-pertanyaan perlu difasilitasi dengan baik tidak boleh didiamkan) dan mekanisme pelaporan. Saya setuju dengan ulasan Dra. Loina Lalolo (Sekretaris Good Governance Bappenas mengenai ulasan transparansi).
Bagaimana kita sekarang menanggapi masalah transparansi, karena semakin kita menutup-nutupi informasi kita akan mengalami kontra-transparansi dan mengakibatkan kehilangan kepercayaan. Bagi kita orang beragama, saat berdoa adalah saat yang paling transparan. Kita tidak pernah berbohong kepada Tuhan, tetapi selepas doa kita sering melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang kita doakan.
Mari kita belajar, bagaimana menjadikan transparansi sebagai landasan kehidupan kita, terutama dalam keluarga, persahabatan, dan masyarakat dengan harapan kita juga bisa transparan dalam komunitas apa pun. Percayalah bahwa transparansi adalah sumber kebahagiaan bukan bencana.

Biarawati

Sebenarnya, tiada pelayanan yang setulus para biarawati. (Adh)

Pada Hari Raya Maulud Nabi Muhammad SAW 1434H yang lalu, saya seharian penuh bersama relawan Lingkungan Keluarga Kudus keliling ke beberapa keluarga dan beberapa paroki di Jakarta Barat untuk membagi kasih. Perjalanan ditutup di Komunitas Susteran PBHK Grogol. Kami diterima oleh Suster Ludo, PBHK dkk dengan penuh suka cita. Hari yang sungguh indah karena peluk cium mesra karena bertepatan hari ini adalah hari ulang Tahun ke-51 Suster Ludo, PBHK. Sebelum doa dan berkat oleh Romo Melki, MSC dilantunkan lagu Happy Birthday, Panjang umurnya dan Ave Maria melalui alunan merdu Saxophone yang ditiup sendiri oleh Romo Melky, MSC. Tuhan sungguh besar Kasih-Mu. Memang motto “Ametur Ubique Terarum Cor Jesu Sacratisimum” yang dipakai para suster sangat mengena sampai di hatiku. Tiada terasa airmataku menetes melihat keagungan Tuhan melalui karya para Suster. Selamat Ulang Tahun Suster Ludo, PBHK

BIARAWATI
Mari kita mengenal sedikit apa itu Biarawati (berdasarkan kata biara dengan akhiran -wati)
adalah seorang perempuan yang secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara atau tempat ibadah. Istilah ini dapat ditemui di berbagai agama seperti Katolik Roma, Kristen Timur (Kristen Ortodoks, Ortodoks Oriental, dll), Anglikan, Jain, Lutheran, dan Buddhisme. Biarawati dalam agama Katolik adalah perempuan yang tergabung dalam suatu tarekat atau ordo religius. Di Indonesia para biarawati biasanya dipanggil suster (bahasa Belanda: zuster, artinya saudara perempuan).
Para suster biasanya bekerja di bidang pendidikan (formal dan nonformal), kesehatan, dan pelayanan sosial di lingkungan gereja atau masyarakat umum seperti suster-suster PBHK, CB, SSPS, JMJ, SMSJ, SND, PRR, dsb. Ini singkatan saya lupa tepatnya kalau suster bisa bantu menulis. Kalau PBHK adalah Putri Bunda Hati Kudus maaf kalau salah sebut). Ada juga pada beberapa tarekat religius biarawati yang mengkhususkan kepada pelayanan religius melalui doa (dalam gereja Katolik dikenal dengan biara suster kontemplatif) seperti suster-suster Ordo Karmel Tak Berkasut (OCD) dan Suster SSPS Adorasi Abadi.
Seperti halnya pastor, biarawati tidak menikah karena telah mengucapkan atau mendeklarasikan 3 kaul yakni : Kaul Kemurnian, Kaul Ketaatan, dan Kaul Kemiskinan di dalam suatu komunitas religius.
Semoga sedikit ulasan ini bisa membuka mata kita melihat lukisan tangan Tuhan yang begitu indah melalui karya para suster dan kebahagiaan besar bila kita bisa memberikan kasih kita juga buat para suster. Doa saya dan kita semua semoga ada kekuatan Tuhan melindungi para suster sekaligus memberikan kebahagiaan, ketenangan dan kedamaian. Sukses dalam pelayanan dan membawa misi agar Hati Tuhan Yesus semakin banyak dikenal orang.

Roaming

Komunikasi dengan roaming lebih efektif tapi mahal.

Membahas masalah komunikasi memang sangat menarik, bukan saja memberikan kemudahan tetapi juga suatu kesempatan untuk mengembangkan komunikasi itu sendiri. Dahulu kala sebelum ada telepon, komunikasi dilakukan dengan surat atau radiogram, telegram, telex dan butuh waktu lama sekali. Apalagi kalau keadaan tidak aman. Ada surat yang tiba setelah satu tahun dikirim.Sekarang segalanya sudah berubah. Teknologi begitu maju melintas batas dan yang lebih lagi masuk dalam wilayah roaming. Pengertian roaming itu adalah komunikasi lintas batas dengan posisi menempatkan lokasi kita sendiri di manapun kita pergi, jadi tidak perlu ganti provider atau handheld.
Dengan menggunakan teknologi pendekatan humanity, system roaming menjadi begitu bermanfaat dan sangat mudah, namun belum didapat alih sistem sehingga kondisinya akan mahal sekali. Apalagi komunikasi data. Jadi kalau pakai blackberry dari Jakarta mau ke Australia, maka matikan data roamingnya kalau tidak sehari bisa bayar 2 juta lebih. Sebagai contoh kalau saya dari Jakarta menuju ke Sydney, maka saya cukup pakai kartu Satelindo. Orang di Jakarta akan telpon saya dengan biaya lokal, tetapi saya harus menanggung biaya international call (idd) dan biaya ekstra roaming di Australia.
Sekarang kita kembali ke komunikasi hidup kita. Sementara kita lihat masih banyak antara suami istri menggunakan sistim komunikasi kuno. Walau hidup satu atap tapi tidak bisa berkomunikasi. Bahkan tidak bisa mengerti dan kadang-kadang putus komunikasi.
Bilang saja Sonya, yang sudah menikah 10 tahun dan dikaruniai 2 anak. Seorang anak laki Mike usia 8 tahun dan Lany usia 6 tahun. Anak-anak yang sangat lucu. Suami Dony kerja sebagai salesmen mobil, sedang Sonya sebagai agen asuransi. Hampir setiap hari terjadi pertengkaran, ribut mulut dan pertikaian. Sebagai contoh hari ini ulang tahun Lany, Sonya sudah sedia makan malam, tetapi sampai malam Dony tidak pulang, baru menjelang pagi pulang dan alasan ketinggalan kereta dari Cirebon. Pertikaiaan bisa berlanjut sampai berhari-hari. Hal kecil lainnya adalah bayar listrik. Suatu hari PLN memutus listrik karena sudah 2 bulan lebih tidak dibayar, bukan karena tidak ada uang tapi tidak tahu siapa yang harus bayar! Saya sendiri tidak tahu, komunikasi apa yang dipakai mereka, tapi ini terjadi pada banyak keluarga.
Bandingkan dengan Angel, gadis usia 30-an tahun dan mantan pacarnya bernama Robby sudah menikah dengan 1 anak laki-laki usia 3 tahun. Cinta yang dibangun Angel dan Robby lebih 5 tahun harus kandas karena tidak disetujui oleh kedua orang tua. Angel memutuskan hidup sendiri dan Robby menikah dengan orang lain. Pada awalnya kehidupan komunikasi sangat sulit karena akibat pemutusan hubungan ini dua keluarga jadi tidak harmonis, tetapi komunikasi yang dibangun Angel dan Robby sungguh indah. Akhirnya kedua belah pihak menjadi sangat akrab dan hidup saling mengerti. Biasanya istri akan jelous atau cemburu kalau mantan pacar hadir di rumah, tapi Angel bisa berkomunikasi dengan baik sehingga salah pengertian bisa dihindarkan. Saya juga tidak mengerti komunikasi apa yang dipakai, mungkin kalau saya sendiri belum mampu.
Tetapi saya memperhatikan komunikasi telepon secara roaming ini. Istilah saya lintas batas mungkin kita bisa terapkan dalam hubungan suami istri, bukan hanya telepon biasa tapi suami bisa berkomunikasi dengan bahasa istri dan istri juga bisa berkomunikasi dengan bahasa suami. Bagaimana mengembangkan sistim komunikasi roaming ini tentu harus dibayar mahal. Istri bisa hidup dalam diri suami. Sebaliknya, suami bisa hidup dalam diri istri. Komunikasi ini bukan komunikasi biasa, tapi ada pemindahan atau relokasi penempatan diri. Tentu saja dengan bahasa sama dan dilokalisir. Artinya sejauh apapun keberadaannya, suami istri serasa dekat.
Semoga kita bisa memanfaatkan teknologi komunikasi, menjadi komunikasi batin dan rohani, sehingga hidup lebih selaras. Jangan seperti slogan Blackberry “Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat”. Tuhan memberkati dan melindungi kita semua.

Catatan : Saya menulis ini dalam pesawat Qantas QF41 Sydney ke Jakarta.

Legitimasi

Bergerak dalam suatu tindakan memerlukan legitimasi penuh.

Suatu legitimasi dapat diperoleh dengan berbagai cara yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yakni secara simbolis, prosedural atau material. Max Weber mendefinisikan tiga sumber untuk memperoleh legitimasi, yaitu adalah tradisional, kharisma dan legal/rasional.
Kalau memimpin suatu organisasi, maka mutlak sang pemimpin harus mendapatkan legitimasi, karena tanpa itu dia susah bergerak. Demikian juga dalam usaha, maka semua legitimasi diperlukan terutama prosedural dan legal. Apalagi kalau kita mengerjakan proyek besar.
Ada beberapa tipe legitimasi, yaitu: legitimasi tradisional, legitimasi ideologi, legitimasi kualitas pribadi, legitimasi prosedural dan legitimasi instrumental. Bagaimana kita mengerti hal tersebut di atas, jika kita tidak berusaha mendapatkannya? Oleh karena itu, kita harus berusaha mendapatkannya dengan cara dan gaya masing masing.
Kepemimpinan itu dimulai dari diri sendiri dan harus dilahirkan. Untuk memimpin diri sendiri diperlukan legitimasi. Seperti ada tradisi dalam masyarakat yang mengatakan “Memimpin diri sendiri saja tidak bisa bagaimana mau memimpin orang lain?”. Sebenarnya begitu kita lahir kita sudah mendapatkan legitimasi memimpin diri sendiri. Demikian bayi menangis, sebenarnya dia sudah memimpin kita untuk mengganti popoknya. Tetapi sayangnya kelak legitimasi diri kita hilang karena kemalasan, kebodohan, kecerobohan dan kesombongan diri.
Siapa yang menyuruh kita bersih, rapi dandan (make up), rajin, suka berdoa, sering ke gereja? Apakah semua karena istri? Atau karena dipaksa suami? Mungkin kita sendiri yang menjawabnya lalu kita mengenal legitimasi lebih jauh. Sungguh indah kalau kita bisa mendapatkan legitimasi diri kita dan menuju ke legitimasi diri secara eksternal seperti di kantor, lingkungan dan masyarakat apalagi dengan adanya kharisma dan kepercayaan. Semoga Tuhan membantu, melindungi dan menjaga kita.

Charity

Charity activity untuk menolong sesama yang membutuhkan bantuan sangat diperlukan.

Pertandingan tenis Australian Open di Melbourne menarik perhatian dunia. Bintang-bintang tennis dunia kumpul di Melbourne, Australia. Ada Novak Djokovic, Roger Federer, Bredich, Andi Murray Ferer. Pertandingan yang bernilai jutaan dollar menarik penonton dari seluruh dunia. Melbourne memang luar biasa. Ada 30 lapangan stadion dalam sebuah kompleks. Yang terbesar adalah Rod Laver Arena. Semua stadion siap menampung penonton dari seluruh dunia. Yang menarik di sisi pertandingan adalah banyak sekali kegiatan Charity. Mulai dari menyumbang orang cacat, korban kebakaran dan kebutuhan lainnya, yang diperoleh dari mulai ticket sampai sedikit kearah tarohan atau judi. Di Jakarta, kegiatan charity membantu korban banjir juga dilaksanakan oleh relawan-relawan. Klub sosial seperti Lions Clubs, Rotary Club dan kelompok-kelompok Gereja serta keagamaan lainnya. Pengelolaan kegiatan charity memang tidak mudah karena selain menggerakkan tenaga orang banyak tanpa dibayar (volunteer), dana dan keperluan lainnya seperti obat-obatan dan makanan serta pakaian. Saya bersama teman-teman di Lions Clubs Indonesia ada Komite Alert (tanggap cepat), yang setiap saat bergerak saat dibutuhkan. Kami tidak terlalu sulit untuk berkumpul, tetapi buat kelompok tertentu sangat repot. Sebuah komunitas mudah terbentuk, tetapi bergerak di charity tunggu dulu karena membutuhkan pengorbanan tenaga, waktu, pikiran dan uang. Di sana juga butuh kerelaan hati untuk mau membantu sesama. Mereka siap menerima segala kritikan, cercaan sampai penolakan. Saya ingin sekali mengajak sahabat-sahabat kita agar siap untuk melakukan kegiatan charity atau sosial. Barangkali ada pertanyaan apa yang kita peroleh kalau kita berbuat baik untuk menolong orang susah. Memang hasil materi atau imbalan uang pasti tidak ada. Sedikit pujian mungkin ada. Yang terang kita akan mendapat kebahagiaan lahir batin. Tuhan pasti membalas segala kebesaran hati para relawan. Memang kata yang tepat adalah upahmu besar di surga. Ada beberapa tips agar bisa menggerakkan para sukarelawan. Pertama, mungkin dibutuhkan cerita-cerita heroik dari para relawan untuk membangkitkan sentimen berkorban. Misalnya setiap misa lingkungan diceritakan oleh pastor. Bagaimana melayani para korban banjir. Kita membentuk beberapa kelompok kecil antara. 5 sd 10 orang yang akan menjadi motor penggerak. Kita mengajak diskusi singkat, bercerita dan melakukan kegiatan kecil-kecilan, seperti basar barang bekas, jualan kue dll. Latihan ini sangat baik bagi kelompok-kelompok bantuan. Kita juga ingat kegiatan cari dana, karena tanpa dana aktivitas charity lumpuh. Semoga Tuhan memberi petunjuk, membuka hati kita, berwelas asih, ringan tangan murah hati, dan siap bekerja sosial.