Sadar, tahu dan mau, ketiganya memiliki kekuatan, tapi mau memberikan harapan.
Ada seorang anak kecil baru masuk Taman Kanak-Kanak dia menangis ketakutan. Keesokannya masih menangis. Hari ketiga sang ibu menunda membawanya ke sekolah, tetapi dia pun menangis karena “mau” ke sekolah. Akhirnya dibawa ke sekolah dan setelah bermain-main anak tersebut sudah lupa dengan kesedihannya. Kini, dia berloncat, berlari dan bermain penuh suka cita. Anak ini tidak sadar kalau harus sekolah baru bisa pintar. Ia juga tidak tahu bahwa perlu pembelajaran dan komunikasi. Dia hanya mau bermain bersama teman. Karena belum kenal, maka dia menangis terus menerus atau takut pada hari pertama dan keduanya di TKK.
Setiap perbuatan kita selalu didasari pada sadar – tahu – mau, tetapi selama tidak ada kemauan, maka usaha tidak bisa dijalankan. Walaupun demikian mau saja tidaklah cukup, kita perlu tahu melalui pembelajaran, pengalaman, asistensi, dan bantuan teman. Selain itu kita harus sadar dalam asas manfaat. Apa manfaat buat kita? Baik dan buruknya apa? Apakah perbuatan kita berkenan terutama di mata Tuhan. Sebuah pekerjaan yang dilakukan tanpa sadar ini namanya mimpi, tapi jika dikerjakan juga ini namanya sakit jiwa. Sebuah pekerjaan tanpa tahu apa yang di kerjakannya ini namanya nekad dan ceroboh. Sebuah pekerjaan yang dikerjakan dengan “mau”, maka berbahagialah orang tersebut karena sudah terwujud pengharapannya. Mau belajar, mau bertanya, mau rendah diri, mau sopan, mau membahagiakan orang lain, mau berusaha keras, mau berkorban, dan mau mencintai (dalam arti kata positif).
Sebuah rumah tangga pun demikian adanya. Ia membutuhkan asas sadar-tahu-mau bahwa kita melangkah masuk mahligai perkawinan. Dalam komunikasi iman perlu kita tekankan apakah suatu perkawinan didasari suatu kesadaran. Sadar tanpa tekanan, sadar tanpa emosi, dan sadar dari hati sanubari yang paling dalam. Kita pun tahu belul tugas dan tanggung jawab sebagai suami dan istri serta mau untuk saling menghormati, mencintai, menolong dan mau berbagi.
Yang saya maksud mau adalah suatu tindakan nyata berdasarkan sadar dan tahu serta memiliki suatu pengharapan dengan dasar iman dan kasih. Seperti halnya iman tanpa perbuatan adalah mati. Demikian pun perbuatan tanpa kemauan adalah tidur nyenyak, karena tanpa kemauan semuanya sirna tak berguna.
Kalau saja kita sadar akan apa yang terjadi dalam diri kita dan tahu apa yang menjadi hidup bagi kita, maka kemauan kita akan menjadi langkah pertama untuk berjalan 1000 mil ke depan.
Demikian dalam sebuah pengadilan, yang mengadili tersangka pasti ditanya apakah kamu “sadar” dan “tahu”? Kalau salah satunya dijawab ”tidak” terhadap konteks kasusnya maka pengadilan tidak dapat dilanjutkan, melainkan dipindahkan ke rumah sakit jiwa. Tetapi jika kesalahan itu dilakukan dengan kemauan, maka ini masuk dalam kesalahan yang telah direncanakan, sehingga hukum bisa menguasainya.
Semoga pagi ini menyadarkan kita betapa besar Tuhan mencintai kita dan tahu apa yang harus kita perbuat, mau belajar mencintai, berbagi dan membahagiakan sesama.