Kalau kamu dengar suaraku, kamu ke sini, aku mau melihat wajahmu!

Alexander Graham Bell. 1876.
Dilahirkan tanggal 3 Maret 1847, di Edinburgh, Scotland, Penemu telepon Alexander Graham Bell memang seorang jenius. Karena keberaniannya melakukan terobosan dalam hal komunikasi, Dia mendirikan BELL Company dengan mimpi suatu saat bisa merubah telegraph menjadi komunikasi suara, bahkan gambar dan transmisinya. Percakapan pertama melalui telepon pertama adalah antara Alexander Graham Bell dan asistennya Thomas A. Watson, yang menjadi kata-kata kenangan dan di rekam sepanjang masa :
Mr. Watson, come here. I want to see you.
Dalam pertemuan seminar untuk memperingati 40 tahun Sacrosanctum Consilium (Konstitusi Liturgi) di tahun 2003, yang diselenggarakan oleh Komisi Liturgi KWI di Aula Gereja Katedral Jakarta, saya menjadi pembicara utama dalam hal aplikasi teknologi komunikasi dalam Liturgi Gereja Katolik. Pembicaraan mengenai komunikasi, terutama melalui telepon selular memang masih controversial. Sebab sebagian biarawan dan biarawati masih terikat dengan kaul kemiskinan, sedangkan telepon genggam masih termasuk barang mewah. Sementara di lain sisi telepon sudah sangat diperlukan.
Telepon dan asesorisnya sangat diperlukan untuk kepentingan misi. Begitu pentingnya sehingga pihak Vatikan harus menyediakan dana yang sangat besar untuk membangun jaringan komunikasi secara maksimal. Dalam kesimpulan hasil pertemuan tersebut, penggunaan teknologi informasi merupakan suatau kemendesakan antara menggereja dan telekomunikasi.
Telepon ini perlu didiskusikan atau perlu juga diseminarkan secara terpisah. Sudah saatnya kita mendiskusikan dengan serius aplikasi teknologi dalam menggereja. Ada gereja sudah menggunakan pengacak signal agar telepon tidak ada signal dalam gereja. Bagaimana dengan para dokter yang diminta menghidupkan teleponnya dalam keadaan emergensi? Sekarang jujur saja kalau kita masuk gereja sebagian besar umat banyak bermain BB di dalam gereja, termasuk saya! Ada yang lebih heboh lagi dalam misa konselebran pernikahan di Bandung, salah seorang Pastor main BB sepanjang misa berjalan !!!!
Terlepas dari terganggunya prosesi misa, atau apa saja, memang penggunaan telepon atau BBM dalam gereja ibarat di atas pesawat udara. Selama take off sampai landing dilarang keras menghidupkan alat komunikasi termasuk BBM karena dapat mengganggu telekomunikasi dan navigasi pesawat sebab itu sangat berbahaya bagi keselamatan penerbangan (kecuali naik first class Singapore Airlines, Anda boleh menghidupkan Computer, BB dengan fasilitas WIFI)
Di Jakarta ada sebuah komunitas anak-anak muda, sejenis persekutuan doa, dengan memakai namanya “PING!!! PING!!! PING!!!”. Saya belum mengetahui di mana pusat dan sumbernya, tetapi dasar “PING!!!” di ambil dari format Blackberry messenger tetapi tidak tahu siapa yang di PING!!! Kemarin waktu kami berkunjung ke Lembaga Alkitab Indonesia, di toko buku ada jual kaos kelompok tersebut dengan tulisan di dada dan di punggung “PING!!! PING!!! PING!!!”
Di dalam komunikasi dengan BBM kalau lawan kita belum menjawab pesan kita, maka kita bisa PING agar mendapat perhatian. Konotasi saya, seakan-akan kita berdoa kepada Tuhan dan supaya mendapat perhatian kita “PING!!!”, tetapi mungkin juga saya salah mengintrepertasi permasalahan ini. Bahkan Tuhan memberikan perumpamaan bahwa permohonan doa itu ibarat seorang nenek miskin yang menghadapi seorang hakim! Atau bagai seorang sahabat yang meminta roti kepada tetangganya di tengah malam dengan menggedor pintu rumahnya berulang-ulang sampai diberi roti.
Kalau saya boleh bilang bahwa doa adalah telepon kita kepada Tuhan. Saya juga percaya kalau telepon tersambung Tuhan akan berkata : “Kalau kamu mendengar suara-Ku, kemarilah AKU ingin melihat wajahmu”! Kata-kata ini indah sekali didengar karena tertera unsur suka cita dalam berkomunikasi.
Suatu kerinduan dalam berkomunikasi dan suatu ungkapan bahagia bahwa Dia masih ada dihatiku! Artinya Tuhan masih mau berkomunikasi dengan kita tanpa henti-hentinya. Sebaliknya kita yang sering memutuskan hubungan komunikasi karena bosan, marah, dan benci atau kita ditutupi oleh keinginan duniawi sedemikian rupa sampai kita melupakan Tuhan yang sedang menanti hubungan telepon kita di kamar sebelah.
Telepon begitu penting buat kita dalam komunikasi untuk menghindari miskomunikasi untuk berbagai urusan seperti janji atau melepas rindu dengan istri, suami, anak, dan cucu. Saat ini kita bisa pakai GTalk, Skype, MTalk, dan masih banyak versi sampai ke Video Talk. Saya tidak berbicara sisi negatif telepon, tentu banyak sekali juga ya.
Telepon pasti menjadi bagian HIDUP kita. Siapa saja pasti memiliki telepon sebagai bagian dari komunikasinya. Alangkah indahnya kalau setiap telepon itu bisa juga menjadi bagian dari komunikasi rohani, pancaran cinta, damai dan sejahtera. Mari kita menggunakan telepon untuk memberikan pelayanan, penghiburan, bantuan rohani kepada orang lain.