Saya sendiri mengisahkan bahwa setia kawan tidak datang sendiri atau jatuh begitu saja dari langit, tetapi dia tumbuh ibarat buah yang nanti musim panen dimakan bersama (Adh)
Mempunyai teman itu sama dengan memiliki permata, indah untaiannya dan tak ternilai harganya. Boleh tanya siapa saja, apakah ada yang berani mengatakan berapa harga sebuah persahabatan? Sekecil, secepat, atau selama apapun sahabat tetap sahabat, diapakan saja tetap sahabat, bagi yang menganggap sahabat, jadi kalau ada orang mengorbankan persahabatan, tidak tahulah mau disebut apa. Ada 4 nilai persahabatan yang sungguh tiada bandingnya :
Pertama, KESETIAAN, kita sebut setia kawan atau kawan setia walau memiliki dua arti berbeda, tetapi memiliki dasar yang sama, ini bak berlian yang beratnya ribuan karat.
Kedua, LINTAS BATAS, tua muda, hitam putih, semua bisa bersahabat dalam satu bahasa, yakni bahasa cinta.
Ketiga, MENEMBUS WAKTU, artinya persahabatan itu kekal adanya, baik di dunia maupun di dunia lain, sekali persahabatan diikat tetap persahabatan, tidak bisa diputus oleh nyawa sekalipun.
Keempat, DAMPAK PERSAHABATAN, dimana ada persahabatan disana damai sejahtera akan mengikutinya, sebagai keluarga bahkan antar negara.
Dua kepala negara yang bersahabat 100 persen negaranya bersahabat, juga dua keluarga bersahabat anak-cucu jadi suka cita.
Setia kawan, saya anggap sebagai sebuah jalan menuju sorga, percaya tidak kalau ada keselamatan dalam persahabatan, bahkan iman para sahabat lebih dahsyat dari iman kita sendiri. Sering saya memberi ilustrasi orang lumpuh yang diturunkan dari atas atap dan disembuhkan Yesus. Iman siapa yang menyelamatkannya adalah setia kawan.
Negara kita menganggap setia kawan sebagai roh sebuah bangsa yang kuat sehingga dijadikanlah hari kesetiakawanan sosial, yang mengajak seluruh komponen bangsa agar memperhatikan sahabat-sahabatnya, memberikan perhatian kepada teman temannya yang berkekurangan. Dan sungguh menjadi penuh arti kalau kita tahu bahwa setia kawan adalah bagian dari iman itu sendiri. Iman mengajak kita percaya kepada Tuhan, sebagai sahabat kita bagaimana kita berkhianat kepada teman kita dan mau bersahabat dengan Tuhan. Itu sama saja kita juga sudah berkhianat kepada Tuhan sendiri.
Kembali kepada setia kawan, saya sendiri mengisahkan bahwa setia kawan tidak datang sendiri atau jatuh begitu saja, tetapi dia TUMBUH ibarat buah yang nanti musim panen dimakan bersama. Buah persahabatan itu manis sekali, tetapi saya tidak mengerti lebih banyak orang memilih buah asam daripada buah manis, lebih memilih buah pahit daripada buah sedap, tetapi sungguh bersyukurlah kita, sebab persahabatan selain berbuah manis juga memberikan tunas-tunas yang begitu cepat tumbuh besar, indah, cantik tidak kalah dengan induknya.
Ada satu lagi buah persahabatan, coba terka? Kalau ada yang bisa, tentu mengisahkan anda tentang indahnya persahabatan. Tulislah dan diantara nama kita dicatat sebagai sahabat, lalu ceritakanlah kepada sahabat semua!Damai dan sejahterah mebaungi kita semua.


