Mencatat perjalanan sejarah indah adanya, tapi napak tilas sejarah itu sebuah kenangan manis (Silk Road)
Pagi jam 6 saya dan istri sudah tiba di Airpot El Tari Kupang. Kami akan melanjutkan dengan Merpati Airlines menuju Kalabahi, ibu kota Pulau Alor di Nusa Tenggara Timur. Kami mendarat di Mali, Bandar Udara Kalabahi, jam 08.00 pagi. Dari sana kami langsung menuju ke kuburan Kakek dan Nenek serta keluarga-keluarga lainnya. Satu kompleks kuburan keluarga lebih kurang 1 Ha tanah yang sudah hampir penuh kubur, apalagi lahannya sudah tidak bisa di perluas.
Setelah dari kuburan, kami mengunjungi beberapa keluarga. Siang hari kami menuju Alor Kecil, sebuah kota lama awal dan cikal balar berdirinya Kota Kalabahi. Kami mengunjungi rumah kakek dan nenek saya, yang dijadikan Cagar Budaya, karena kakek saya sebagai Pendiri Kota Kalabahi, yang dan dicatat dalam sejarah berdirinya kota yang indah dan cantik ini.
Rumah susun tempat kakek saya dibangun sekitar 180 tahun lalu hasil pemberian kepala suku atau Raja Alor saat itu. Walau kurang terawat tapi kenangan masih ada seperti furniture, lemari dan tempat tidur serta beberapa senjata untuk keamanan.
Kakek saya juga menikahi seorang putri raja, sehingga beberapa keturunannya banyak menjadi pejabat penting dalam pemerintahan di
Republik Indonesia. Kami juga mengunjungi kuburan nenek saya di lingkungan kuburan keluarga raja. Kakak saya sudah menyediakan sebotol parfume ditaruh di kuburan, karena menurut kisah nenek saya suka parfume.
Setelah mengunjungi lokasi-lokasi bersejarah kami mengunjungi beberapa tempat wisata yang indah. Tradisi Ceng Beng kumpul seluruh keluarga dan masing-masing bawa makanan, lalu rebutan karena makanan yang didapat dipercaya mendapat banyak rejeki.
Keluarga saya cukup besar, tetapi kerukunan keluarga baik sekali. Saya pun tidak kenal atau lupa pada beberapa keluarga karena sudah cukup lama saya tidak mengunjungi Pulau Alor, namun kenangan semasa aku masih kecil tetap teringat dengan apik.
Napak tilas selama 3 hari memberikan pencerahan tersendiri. Apalagi hal ini makin membuat saya dan istri merasa bahwa kami memiliki saudara. Setiap kali pertemuan selalu diisi dengan doa karena doalah yang membuat semakin dekat ikatan keluarga. Jadi, demikian pula semakin sering kita berdoa, artinya semakin dekat hubungan keluarga sebagai suami, istri, anak cucu, dan orang tua. Apabila kita berdoa maka di sana kita membuat statement bahwa kita berkeluarga dan bersaudara. Apabila kita berdoa, tetapi masih ada ganjelan dengan saudara kita maka doa kita sia-sia bagai membuang garam di air laut.
Tidak ada doa yang lebih indah dan berharga, selain doa kepada ibu dan ayah juga buat anak cucu dan keluarga kita. Semoga Tuhan menjadikan kita memiliki hati untuk semakin dekat dengan keluarga. Di sana kita akan semakin mau saling membantu juga buat orang yang membutuhkan perhatian. Salam dan doa.