Wayang

Wayang jadi persembahan hati dan damai sejahtera bagi jiwa raga manusia.

Wayang Perang Bharatayudha antara Pandawa dan Kurawa

Pagelaran Gatot Kaca mancak di Sasana Langgeng Budoyo Taman Mini Indonesia Indah (TMII) harus dibatalkan karena Dalang tidak siap sedangkan pertunjukan harus jalan (the show must go on). Akhirnya dipilih judul Arjuna Wiwaha (yaitu perkawinan Arjuna dan Dewi Suprobo). Saya masih dalam perjalanan menuju ke lokasi pertunjukan. Sebetulnya kami berempat di atas mobil bukan pecinta wayang, tetapi karena wayang ini dipersembahkan dalam doa untuk keselamatan bangsa dan negara sehabis kerusuhan Mei 1998, kami ikut saja. Apa yang bernuansa ritual doa pasti baik, tapi kami jalan terus dan menonton. Wayang kulit ini hampir seluruh ceritanya bernuansa liturgis membuat kami terharu karena bahasa yang dibawakan dalam bahasa Indonesia. Kalau Bahasa Jawa mungkin saya pasti ngantuk karena tidak mengerti.
Seingat saya di suatu paroki di Jakarta ada yang setiap tahunnya menggelarkan wayang orang dan pelakonnya para pastor dan awam. Kalau tidak salah dikoordinasi Bapak Ir. Eddy Wikanta dari NRC. Biasanya untuk penggalangan dana buat paroki.
Di Paroki Santo Kristoforus pernah digelar wayang kulit dengan dalang Romo Untung Susanto, MSC (alm). Saya juga sempat menonton tapi cukup ngantuk jadi tiduran saja di bangku. Tapi saya suka sekali cerita wayang. Cerita wayang seri karangan R.A. Kosasih masih bisa dinikmati. Sayang generasi muda sudah hampir tidak mengenal wayang.
Kisah wayang dimulai dari Wayang Purwo (purba) sampai Ramayana dan Barata Yuda (Pandawa dan Kurawa) diselingi Punakawan, Semar, Gareng, Petruk, dan Togok yang juga menjadi cerita jenaka sebagai hiburan kalau kita stress menonton cerita yang cukup dalam maknanya. Seluruh kisah perwayangan tentu memiliki makna dan pelajaran baik secara teologis, teknologi, ilmu pengetahuan sampai kepada makna hidup kita sehari hari.
Kresna memiliki kaca ajaib yang bisa melihat kejadian di seluruh dunia (kini TV kalee). Putra Bratasena Gatot Kaca menguasai udara (lion air kalee). Antasena menguasai laut (perkapalan). Lalu, Antareja menguasai bawah tanah (MRT). Semua pengetahuan dalam wayang sudah kita nikmati walaupun kisah ini lebih kurang 1000 tahun Sebelum Masehi. Kisah Barata Yuda, perang saudara antara pandawa Putra Pandu dan Kurawa dari Destarata. Di sana sifat dan karakter menceritakan kepada kita bagaimana menghadapi dan memasuki hidup di dunia ini. Bagaimana peran Pendeta Durna (guru para Pandawa dan Kurawa) dalam perang saudara itu.
Yang menarik sehabis perang Barata Yuda yang menggetarkan surga dan bumi, yakni kisah Yudistira naik ke surga (satu-satunya orang yang layak masuk surga menurut versi wayang) tetap harus melalui penseleksian sampai masuk surga. Artinya tidak mudah buat seorang untuk masuk surga, karena dari ribuan orang masak yang layak cuma satu.
Seni Wayang sudah hampir punah di tanah air kita, tidak ada gereasi muda mau nonton atau baca cerita wayang. Padahal kisah kepahlawanan Srikandi dan kisah sulitnya Shinta menunjukkan kesucian dirinya agar dipercaya oleh Rama sangat mempesona dunia. Semua sudah nyaris hilang padahal keindahan cerita yang membangkitkan nilai spiritual sangat tinggi. Ada juga kisah cinta Bambang Permadi dengan seorang Dewi dengan mengorbankan adik tercinta Sukrosono seorang buto (raksasa) yang magis.
Saya sendiri tidak terlalu mengenal cerita wayang. Tetapi seandainya saja kita bisa sedikit mengenalnya, saya percaya kita akan lebih mudah mengenal Kitab Suci kita. Sebab, hampir semua kisah wayang punya nilai teologis yang tinggi sekali, sehingga menurut kepercayaan khususnya Orang Jawa, kalau kita ada kenduri, selamatan atau ada syukuran, perkawinan, kelahiran harus nanggap wayang, baik wayang orang, wayang kulit, wayang golek atau wayang lainnya (ada ala potehi). Tentu pertanyaan timbul, untuk apa? Mengapa? Dan bagaimana? Di sinilah kita perhatikan seorang Dalang akan selalu membawakan cerita dengan magis. Di mana dipercaya bahwa jalan cerita itu benar-benar hidup. Jadi, kalau ada Gatot Kaca ya benar-benar Roh Gatot Kaca hadir. Demikian karakter yang lain, sehingga tidak boleh seorang Dalang mengalihkan cerita sesuka-sukanya sebagian besar berisi nasehat dan makna kehidupan.
Dalam kehidupan rohani, kita bisa mengambil peran, memang wayang bisa saja digantikan oleh dalang tetapi dalang tidak bisa menghindari takdirnya. Kita hidup dalam roh dan daging. Kita adalah dalang yang bisa memasang peran apa saja, mau baik, mau jahat, mau jadi pastor, mau jadi suster, mau jadi umat semua dari kita dalangnya. Tetapi di dalam perjalanannya roh dan daging sering tidak sepakat, sehingga dalang tidak kuasa lagi mendalanginya. Mungkin lepas tangan sehingga badan dan jiwa tidak berjalan sesuai arahan takdir. Demikian pula saat mengarungi bahtera rumah tangga, kita juga dalangnya. Mengatur peran kita sebagai suami, istri dan anak cucu. Kita tentu semua sebagai dalang maunya baik, rumah tangga rukun, setia dan sejahtera, tetapi dalang lempar handuk saat rumah tangga pecah berantakan. Siapa yang bisa menolong, mungkinkah cari dalang lain? Tapi kalau kita kembali dalam konsep wayang, harusnya dalang dan wayang harus sehati-sejiwa menjalani peran dalam hidup ini. Nanti bisa dengar lagu Ahmad Albar, dunia ini panggung sandiwara. Itulah wayang. Sekali-kali bukan sandiwara, tetapi Tuhan memakai wayang untuk mengajari kita bagaimana kita hidup, dengan mengambil peran di mana kita mau. Terima Kasih Tuhan, kami tahu kebebasan yang Engkau berikan kepada kami untuk mengambil peran. Semoga kami pun setia dan jujur mengikuti cerita CINTA yang kami buat sampai kami menutup mata.

9 thoughts on “Wayang

  1. adeputra

    aritkel di atas sangat bagus , karena ada kata- kata yang saya sangat setuju yaitu ” Dalam kehidupan rohani, kita bisa mengambil peran, memang wayang bisa saja digantikan oleh dalang tetapi dalang tidak bisa menghindari takdirnya.” itu merupakan kenyataan dalam hidup ini.

    Reply
  2. cheri meriani

    artikel tentang wayang ini sangat menginspirasi. wayang dimainkan oleh dalangnya agar dapat menceritakan pesan yang ingin disampaikan dalang kepada para penonton. begitu juga dengan hidup kita, kita memiliki tuhan yang menciptakan kita di dunia ini, kita harus menyampaikan pesan yang sudah diberikan tuhan ke pada semua umat manusia akan kebaikan dan menjauhi segala perilaku kejahatan. tetapi tuhan sangat baik, walaupun kita memiliki ikatan dengan tuhan tetapi kita diberikan kebebasan untuk memilih.

    Reply
  3. Clara Alverina

    Wayang merupakan karakter didalam cerita rakyat. Wayang juga menggambarkan kehidupan masyarakat. Kita juga melestarikan wayang didalam kebudayaan kita. Kadang wayang juga dapat menyindir pemerintahan yang sedang berjalan.

    Reply
  4. Thalia

    Tuhan memang baik walaupun Ia mampu membuat semuanya di bumi ini bertekuk lutut bersujud kepada-Nya namun Tuhan memberikan manusia kebebasan untuk memilih bagaimana cara manusia untuk menjalankan hidupnya. Namun walaupun begitu Tuhan tetap meninggalkan arahan kepada manusia untuk bagaimana hidup menurut jalan-Nya. Wayang adalah salah satu cara Tuhan untuk menunjukkan sikap sikap manusia dan apa yang akan terjadi jika kita mengikuti kedagingan kita. Wayang juga memilik pesan moral agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama yang dilakukan oleh karakter yang ada pada perwayangan

    Reply
  5. Yosua Setiawan 04PAW

    Hidup kita memang seperti hubungan wayang dan dalang. Kita sebagai dalang dan sifat kita sebagai wayang. Wayang tersebut merupakan perwujudan sifat kita dan gambaran hidup kita yang dapat disaksikan orang lain. Kita dapat mengatur cerita wayang, baik dan buruknya cerita tersebut sesuai dengan keinginan kita sebagai dalang. Semua itu tergantung cara kita mengaturnya.

    Reply

Leave a Reply to Clara Alverina Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s