Mulai yang Tersulit

Bukan kesulitan yang membuat kita takut, melainkan ketakutan yang membuat kita sulit.

Sejak mulai sekolah dari TKK, SD, SMP dan SMA, kita semua diajarkan untuk mengerjakan soal ujian, pekerjaan rumah atau tugas apa saja mulai dari mudah. Kalau kita kerjakan yang sulit dulu, maka kita akan kehabisan waktu. Bahkan kita tidak selesai menyelesaikan tugas atau soal ujian. Saya sungguh beruntung karena sejak kecil sampai lulus sarjana dan pascasarjana tidak pernah mengalami kesulitan. Sampai akhir sekolah saya selalu mendapat nilai terbaik.
Kini, kalau kita kerjakan demikian maka justru kita akan kehabisan waktu. Justru kita terbalik. Dalam kehidupan kita harus prioritaskan menyelesaikan pekerjaan tersulit dahulu. Biarlah pekerjaan yang mudah diselesaikan kemudian saja! Padahal masing masing pekerjaan punya nilai. Mengapa harus ada skala prioritas untuk bekerja dan mengapa harus dipisah-pisah.
Mari saya mengajak sahabat semua memasuki sebuah rumah tangga yang mengalami masalah. Suami istri tiap hari bertengkar. Masalah apa saja diributkan. Anak-anak sudah jenuh dan tidak betah tinggal di rumah. Sang suami sangat egois. Sang istri terlalu mau mudah saja, terlalu gampang dan suka santai-santai dan bersenang-senang saja. Suatu hari puncak pertengkaran soal rumah tinggal yang akan dijual. Suami mau pindah ke rumah yang kecilan. Pertengkaran ini berakhir dengan keputusan bercerai! Kasus ini akan menjadi menarik kalau sahabat-sahabat bisa kirim sedikit pendapat! Karena mungkin pendapat Anda berguna buat sesama kita. Pendapat sahabat bukan untuk didebatkan melainkan untuk dihayati.
Saya pribadi ingin mengangkat kasus ini mulai dari yang tersulit. Komunikasi, ini sulit sekali dilakukan, baik oleh istri maupun suami. Pertama, mereka tidak melibatkan anak-anak atau orang luar (pihak ketiga). Kedua, buatlah rencana terjelek atas keputusan dengan segala resikonya. Ketiga, cobalah terus membuat persoalaan menjadi lebih rumit dengan memasukan masalah demi masalah (saya masih ingat ide Bob Sadino dengan teorinya Dynamic Equilibrium). Setelah itu baru kita mulai berbicara sebab-akibat. Di sini punya dua kemungkinan, yaitu suasana makin rumit dan masalah selesai dengan damai.
Saya pemain golf. Dalam pukulan putar menuju lubang ada istilah No pass No chance. Artinya sebagus apapun pukulan kita kalau tidak sampai artinya tidak akan berhasil masuk lobang. Sebaliknya kalau pukulan kita lewat lobang, sejelek apapun pukulan, kita masih punya chance atau kesempatan untuk masuk lobang atau lewat.
Kristus sendiri memulai dengan yang paling sulit untuk menyelamatkan umat manusia. Ia mati di kayu salib.
Kehidupan kita demikian juga. Jangan takut dengan kesulitan bahkan harus dahulukan. semuanya akan menjadi mudah. Semoga Tuhan menjadikan kita berani menghadapi segala kesulitan dan menjadikan baik dalam hidup kita.

56 thoughts on “Mulai yang Tersulit

  1. Sylvia

    saya setuju dengan artikel ini, bahwa dalam kehidupan kita harus prioritaskan menyelesaikan pekerjaan tersulit dahulu dan jangan jadikan ketakutan yang membuat kita sulit. dalam berumah tangga komunikasi, saling terbuka, dan tidak ego sangat penting untuk dilakukan sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam suatu pasangan dan tidak menjadikan perceraian sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah yang di hadapi.

    Reply
  2. richard rioyanto

    menyelesaikan yang tersulit memang menghabiskan waktu, tetapi ingatlah apabila yang tersulit telah terselesaikan maka beban terhadap diri kita akan berkurang dan kita dapat menyelesaikan yang lainya dengan lebih santai dan menikmati semua yang kita kerjakan. walaupun masalah yang kita hadapi sangatlah sulit ingatlah jangan anda takut akan itu semua itu pasti akan ada jalan keluarnya.

    Reply
  3. dwiandra annas putra

    Sebagai kepala rumah tangga seharusnya sang suami harus bisa berfikir dewasa. Dan sang istri harus sabar menghadapi sang suami. Makanya sebelum menikah kita harus benar-benar yakin bahawa dialah pasangan hidup saya. Dengan seiman hubungan kita dengan pasangan kita akan menjadi lebih baik. Dan hubungan komunikasi harus menjadi no satu yang harus dilakukan dalam berumah tangga. Dalam hubungan rumah tangga bukan 2 melainkan 1. Jadi harus ada yang berkorban demi kebaikan kedua belah pihak (tapi berkorban dalam hal positif). Sehingga tidak ada permasalahn dalam rumah tangga

    Reply
  4. nindyastyan

    Sama halnya dengan mengerjakan soal ujian. Terkadang saya sering mengerjakan dari soal yang tersulit dan yang membutuhkan waktu lama dahulu, barulah setelah itu mengerjakan yang mudah. Karna setelah yang tersulit dapat di pecahkan. Itu akan sangat melegakan saya, dan jadi semangat mengerjakan yang mudahnya.

    Reply

Leave a Reply to nindyastyan Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s