Saat pertemuan ada kesembuhan. Saat perpisahan ada inar harapan baik.
Akhir program Ikatan Orang Tua Asuh (IOTA) dan SSEAYP (the Ship for Sout East Asia Youth Program), saya menghantar anak angkat : Chen (dari Vietnam), Miyachi (dari Jepang), Adi (dari Brunei), dan Sam (dari Cambodia) menuju kapal MV Fuji Maru yang akan bertolak menuju Brunei terus ke Yokohama (End program).
Tadi malam setelah keliling Monas dan Taman Mini, kami menikmati Shabu-Shabu di Central Park dan sempat mencoba Durian Musang King (the best durian from Malaysia). Tadi pagi setelah sarapan Mie Acang, kami menuju Tanjung Priok, walaupun macet parah akhirnya sempat juga anak-anak sempat mendapat souvenir khusus berupa :
– Baju batik
– Sepede miniatur
– Becak Miniatur
– Catur khas Bali
– Patung burung bangau
– sabun susu khas Bali
– payung dan pin
Kami sendiri juga menerima banyak sekali souvenir dan kenang-kenangan dari anak-anak asuh ini dan itu akan menjadi koleksi kami sepanjang masa.
Mereka sangat menikmati pertemuan 3 hari ini sebagai ikatan kekeluargaan dan persahabatan. Kini tibalah acara perpisahan yang dirayakan dalam farewell party nan anggun di Tanjung Priok. Lebih dari 120 orang tua asuh, keluarga dan undangan hadir di bawah teriknya matahari Jakarta International Terminal Container.
Ada pertemuan, ada perpisahan. Saat pertemuan kita belum saling kenal, lalu meraba-raba dan akhirnya timbul cinta, sehingga walau hanya 3 hari air mata mengalir saat berpisah.
Tuhan mengirim anak-anak ini mengunjungi kami, bukan saja menghibur kami dalam canda ria, tetapi juga mengajari kami tentang cinta. Kita bisa bercerita tentang kebudayaan, tradisi, sopan santun, cara makan dan lain sebagainya.
Sebelumnya kita tidak tahu bagaimana seorang Jepang harus menawarkan makanan.
Pada malam pertama kami menikmati Sunset di Restoran Segara Ancol. Myachi bercerita bahwa tradisi Jepang tuan rumah selalu menemani tamu makan, tapi mereka hanya menyaksikan saja setengah jalan baru tuan rumah menikmati. Katanya kalau makanan kurang, maka tuan rumah mengalah tidak makan (itu dulu kalee). Padahal di restoran mereka belum makan aku sudah selesai santap.
Kapal MV Fuji Maru sumbangan Kaisar Jepang untuk anak muda Asia Tenggara (luar biasa) untuk menjalin persahabatan Jepang dan bangsa-bangsa Asia Tenggara. Sungguh luar biasa program ini. Program ini bukan saja mendidik anak-anak selama 60 hari, tetapi sebelum dan sesudahnya mereka juga dilatih agar kelak menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara, termasuk juga buat keluarganya. Kelak saat mereka menjadi pemimpin bangsa, mereka mengerti apa itu arti persahabatan (Saya menamakan program ini Sinar Harapan baik)
Kini, tiba waktunya perpisahan. Perpisahan dalam arti baik adalah Sinar Harapan baik. Di mana terjalinnya persahabatan ini akan abadi baik kami, anak-anakku, juga cucu cucuku.
Terima kasih khusus buat Ibu Lusia Soetanto, Ketua Umum IOTA yang telah bekerja keras bagi program ke-39 SSEAYP, yang memberi kesempatan mata hati dan jiwaku melihat CINTA dan menyaksikan terangnya KARYA Agung keselamatan bangsa-bangsa di Asia tenggara. Berkat bantuan Kaisar Jepang yang sangat baik hati dan mulia.
Semoga Tuhan memberkati kita semua dan juga mau memberikan kesempatan buat membuat masa depan bangsa dalam Sinar Harapan Baik.









