Menuju Charity Diner
Penggalangan Dana
Angke Heritage PIK 2
26 Nopember 2025
Oleh : Adharta
Penasihat PPG
Ketua Umum
KRIS
Jakarta
18 Nopember 2025
“Ibadah yang paling murni dan tidak bercacat di hadapan Allah ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka.”
Ayat sederhana ini bukan sekadar pengingat, tetapi sebuah panggilan.
Panggilan agar kita bergerak, melangkah, dan mengulurkan tangan bagi mereka yang sedang berjuang dalam kesunyian.
Siang tadi, saya menikmati makan siang di Prince House Kelapa Gading, ditemani Sekretaris Panitia Debby, Ketua Umum Panitia Penggalangan Dana Pembangunan Gereja Santo Vincentius a Paulo
Bapak Fandy, serta Ketua Tim Undangan Bapak Lendy.
Ditemani pula keluarga pemilik restoran, sahabat saya Bapak Annin Hudaya bersama Ibu Linda dan putrinya Jesica.
Makanan yang disajikan sungguh lezat, dan saya sangat merekomendasikan tempat itu kepada siapa pun untuk di kunjungi.
Namun makan siang itu bukan sekadar perjamuan.
Ada beban yang kami bawa, ada pergumulan yang kami diskusikan, ada harapan yang kami titipkan kepada Tuhan.
Kami sedang mencari jalan keluar, karena penggalangan dana pembangunan Gereja Katolik Santo Vincentius a Paulo masih sangat tersendat.
Target 400 tamu di acara Charity Dinner di Angke Heritage PIK 2 terasa semakin berat ketika kami menyadari bahwa hingga hari ini baru 7 meja terjual
hanya sekitar 70 orang padahal waktu tinggal 8 hari lagi.
Sumbangan yang masuk dari dari proposal pun masih sangat minim.
Momen hening pun tercipta di sela diskusi. Kami sadar, perjuangan ini belum selesai. Masih panjang. Tapi sama panjangnya dengan iman kami bahwa Tuhan mampu menggerakkan hati manusia. Mujizat terjadi bukan karena kita pantas, tetapi karena kasih Allah yang memampukan.
Tentang Gereja, Janda-Janda, dan Kasih yang Tak Pernah Usai
Dalam diskusi hari ini, muncul pembahasan menarik tentang hubungan khusus antara gereja dan para janda.
Gereja pertama dalam sejarah Kristen tumbuh kuat karena perhatian mereka kepada janda-janda
mereka yang kehilangan pendamping hidup, kehilangan tulang punggung ekonomi, namun tidak kehilangan kasih Allah.
Kita butuh
Gereja hadir bagi mereka, karena gereja adalah rumah bagi yang paling rapuh dan paling terluka.
Ketika kita membangun gereja, yang kita bangun bukan hanya gedung fisik.
Kita membangun rumah bagi para janda, bagi yatim piatu, bagi mereka yang datang dengan air mata, bagi mereka yang berlutut tanpa kata, bagi mereka yang membutuhkan pelukan rohani.
Maka pembangunan gereja ini, sesungguhnya bukan proyek biasa.
Ini adalah pelayanan.
Ini adalah ibadah.
Ini adalah kasih yang diwujudkan dalam bangunan yang kelak menaungi banyak jiwa.
Pada kesempatan bahagia ini saya menyampaikan bahwa ada beberapa
Doa-Doa yang Didengar Langsung oleh Allah
Saya juga menyampaikan satu pengingat penting dalam pertemuan kami tadi bahwa ada lima jenis doa yang langsung diterima Allah Bapa tanpa perantara.
Doa orang miskin dan susah.
Ketika mereka berseru, Tuhan mendengarnya sebelum kata itu selesai diucapkan.
Doa orang yang kehilangan kebebasan, seperti narapidana di penjara.
Tembok penjara tak mampu membatasi suara hati yang tulus.
Doa orang tertindas dan menderita.
Tuhan adalah pembela bagi mereka yang tak dapat membela diri.
Doa orang yang kelaparan.
Itulah sebabnya puasa membuat doa kita semakin murni, karena kelaparan membawa hati kita mendekati kerinduan terdalam pada Allah.
Doa orang-orang yang hidup dekat dengan Tuhan para suster, bruder, pastor, pendeta, ustadz, kiai, biksu, para pertapa.
Hidup mereka adalah persembahan, sehingga doa mereka menjadi harum di hadapan Allah.
Kelima doa ini adalah gambaran betapa pedulinya Tuhan kepada mereka yang lemah dan sederhana.
Dan gereja adalah tempat di mana doa-doa seperti ini dipanjatkan setiap hari
tempat yang sedang kita bangun bersama.
Kisah-Kisah yang Menggetarkan Hati
Beberapa waktu lalu, seorang ibu janda datang ke salah satu panitia.
Ia tidak membawa amplop besar, tidak membawa nama perusahaan, bukan pengusaha besar.
Ia hanya berkata pelan
“Saya tidak punya banyak. Tapi gereja ini tempat saya sembuh.
Tempat saya bertahan hidup. Tolong terimalah sedikit ini.”
Ia memberi dari kekurangannya. Dari hidup yang sudah berat tetapi tetap ingin menjadi berkat.
Ada pula seorang pemuda yang bekerja serabutan. Gajinya pas-pasan, bahkan sering kurang.
Namun ketika ia mendengar bahwa gereja yang selama ini memberinya kekuatan sedang dibangun, ia berkata:
“Saya ingin gereja ini berdiri. Kalau bukan kita, siapa lagi?”
Ia menyumbang sederhana
tetapi dari hati yang penuh cinta.
Kisah-kisah kecil seperti ini membuat kami yakin
Jika mereka yang hidupnya berat saja mau memberi, bagaimana mungkin kita yang diberkati lebih tidak tergerak?
Seruan untuk Para Donatur dan Sahabat Gereja
Hari ini, kami datang kepada Anda bukan sekadar meminta sumbangan.
Kami datang sebagai saudara seiman.
Kami datang membawa harapan ribuan jiwa yang kelak akan berdoa, memuji, menangis, menikah, dibaptis, dan mengucap syukur di gereja itu.
Kami datang untuk mengajak Anda menjadi bagian dari sejarah suci ini.
Setiap meja yang Anda beli, setiap rupiah yang Anda sumbangkan, setiap doa yang Anda panjatkan, semuanya akan menjadi fondasi rohani bagi generasi yang akan datang.
Bantulah kami membangun rumah Tuhan.
Bantulah kami menolong para janda, yatim piatu, dan mereka yang membutuhkan.
Bersama-sama, mari kita membuka jalan bagi mujizat terjadi.
Semoga hati Anda disentuh, dan tangan Anda menjadi saluran berkat bagi banyak jiwa.
Tuhan memberkati setiap kemurahan hati Anda.
Adharta
Www.kris.or.id
Www.adharta.com
