Siapa yang ditraktir, memiliki hutang, tetapi siapa yang mentraktir memiliki tabungan (Adh)
Perjalanan selalu memberikan kisah tersendiri. Saya suka sekali dengan almarhum ayah saya. Katanya kalau kamu lagi sedih terbanglah, tetapi kalau kamu lagi sial beruntun sebranglah lautan. Kalau ingn bertambah rejeki merantaulah. Apa yang saya dengar sebenarnya sudah sering didengar dari buku, cerita atau kisah-kisah secara lisan, tetapi karena itu disampaikan langsung oleh almarhum ayahanda saya, maka tentu saja selalu terngiang dan teringat selalu.
Hari ini saya terbang dari Surabaya ke Jakarta menikmati dinner bersama di atas pesawat baru dengan hiburan music. Waktu terbang dibuat panjang agar kita santai tidak buru- buru. Saya teringat beberapa bulan lalu saya juga mendapat undangan yang sama menikmati dinner di atas pesawat juga dari jurusan Surabaya ke Jakarta. Saat itu pemilik pesawat bercerita bahwa dahulu dia sering ditraktir orang karena bertugas sebagai pelayan jasa, tetapi kalau saya urus dokumen beres. Klien saya senang, lalu saya ditraktir. Akhirnya waktu berjalan terus dan saya berhutang banyak. Sekarang tiba saatnya saya yang traktir, karena sebenarnya kalau kita ditraktir artinya kita hutang, tapi kalau kita mentraktir kita punya tabungan. Seluruh tamu tertawa dan saya tersenyum karena ungkapan itu baru saya sampaikan ke beliau beberapa waktu yang lalu.
Ditraktir artinya kita menikmati sesuatu secara cuma cuma atau gratis, misalnya makan, minum, entertainment, nonton apa saja. Sampai teman-teman saya bilang makanan yang paling enak itu makanan “gratis”. Lucu juga, tapi saya bilang ada yang lebih enak makanannya. Apakah itu? Itu makanan sudah gratis masih bungkus bawa pulang pula. Sekarang tinggal kita sehari-hari membuka mata kita.
Siapa yang menjaga saat kita tidur? Apakah kita bayar? Setiap hari kita bernafas. Semuanya apakah bayar? Tidak semuanya gratis pakai bungkus lagi. Coba saja anda rasakan bagaimana produksi vitamin, anti body, dan daya tahan tubuh kita? Semuanya kita dikasih gratis. Artinya kita ditraktir dan sebenarnya kita berhutang, tetapi kepada siapa?
Di sini ada suatu benang merah antara traktir-mentraktir dan hutang. Sebenarnya agak aneh juga kalau ditraktir terus berhutang, tapi kenyataannya begitu. Kalau kita buat pesta kawin atau pesta apa saja, maka jangan lupa setiap pemberian kepada kita harus kita catat sebab suatu saat juga kita harus membalasnya.
Semoga kita tetap ingat akan pemberian Tuhan, maka kita ingat kita memiliki kewajiban membalas kebaikkan-Nya. Tuhan memberkati. Salam dan doa.

Traktir, disaat teman kita mengatakan hal tsb, pasti kita akan langsung terkejut dan gembira. Saya setuju dengan artikel diatas dimana bahwa kita selalu ditraktir oleh YME, semua seperti bernafas dan kehidupan didapatkan dengan gratis olehNya
Banyak orang mengatakan “Tidak ada yang gratis di bumi ini, bahkan mau buang air saja harus bayar”. Memang jika kita lihat kenyataannnya memang seperti itu. Namun, kalau kita mau merenung sejenak sebenarnya ada banyak sekali hal gratis yang diberikan pada kita, bahkan sejak kita lahir. Bernafas, tubuh kita memproduksi antibody, vitamin, dan daya tahan tubuh.Semuanya itu diberikan kepada kita oleh Tuhan secara gratis. Jadi sudah kewajiban kita untuk selalu bersyukur kepada-Nya bahkan ketika kita dalam keadaan yang paling susah sekalipun.
1701293351_Andre Jonathan : wah, saya suka sekali dengan pernyataan “Siapa yang ditraktir, memiliki hutang, tetapi siapa yang mentraktir memiliki tabungan” menurut saya pernyataan itu tepat sekali. karena ketika seseorang mentraktir orang lain artinya dia menabung kebaikan terhadap orang lain yang membuat orang yang ditraktirpun merasa dirinya berhutang budi dan ingin memberikan balasan jasa kepada orang yang mentraktir. sehingga, pada akhirnya akan sama saja. saling menabung kebaikan.
Kita akan ditraktirin ketika kita membuat sesuatu kerjaan dengan baik. Seperti bos mengasih imbalan kepada karyawannya dengan mentraktirin makan-makan, dan sebaliknya kita mentraktir dengan kesemangatan bekerja.
Dari ini saya berkaca bahwa apa yang diberikan Tuhan kepada kita adalah traktir. Kita “ditraktir” udara oleh-Nya, lalu air, lalu masih banyak lagi. Sesungguhnya kita berhutang banyak kepada Tuhan YME yang telah menciptakan kita. Bagaimana kita membayar hutang kita kepada-Nya ? traktirlah Tuhanmu dengan ibadah, untuk bersyukur kepada-Nya atas apa yang Dia berikan di muka bumi ini, dan ibadah juga “menabung” kita untuk di akhirat nanti
Benar.. Memang apa yang Tuhan berikan bagi kita itu gratis. Nafas, antibody dalam tubuh dan sebagainya itu memang gratis Tuhan berikan bagi kita. Ibaratnya seperti Tuhan mennraktir kita. Namun kita sendiri juga tidak boleh diam saja. Memang sampai kapanpun kita berusaha kita tidak akan dapat membayar hutang kepada Tuhan, namun kita dapat meringankan “hutang” kita pada Tuhan dengan cara berbagi dengan sesama. Berkontribusi dalam menjaga kesehatan lingkungan, memberikan sumbangan bagi yang berkekurangan dsb
Tepat sekali apa yang saudara sampaikan “siapa yang mentraktir memiliki tabungan”. Mereka memiliki tabungan kebaikan atas kebahagiaan yang mereka miliki.. Mereka tidak serakah menikmati kebahagiaan sendiri, tetapi juga turut serta membagi kebahagiaan itu bersama orang-orang.. Super sekali..
Tuhan memang maha pengasih,semua yang ia berikan pada kita nafas kehidupan,akal budi, kesehatan ia berikan secara cuma-cuma,gratis,bahkan Ia tidak meminta balasan.saya sangat menyukai kalimat “Semoga kita tetap ingat akan pemberian Tuhan, maka kita ingat kita memiliki kewajiban membalas kebaikkan-Nya.” kita memang sudah sewajibnya membalas kebaikanNya,traktiran Tuhan yaitu dengan hidup sesuai dengan jalanNya
Memang benar tidak semua yang kita nikmati harus dibayar, udara,produksi antibodi yang menjaga agar kita tidak sakit yang ada didalam tubuh kita diberikan secara gratis oleh Tuhan sendiri. Oleh karena itu kita harus mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas segala-Nya yang telah diberikan kepada kita
Menurut saya dalam dunia ini mungkin ada benarnya bahwa setiap pemberian kepada kita harus kita catat sebab suatu saat juga kita harus membalasnya. Namun berbeda dengan Tuhan, semua yang Ia berikan kepada kita itu adalah gratis. Kita bernapas di bumi ini pun gratis diberikan oleh-Nya. Oleh sebab itu bersyukur lah.
Memang benar apa yang orang biasa bilang hukum tabur tuai,apa yang kita tabur itulah yang akan kita tuai.Dengan kita memberi dan bersyukur apa yang kita miliki saya yakin pasti Tuhan akan memberi kita lebih.
sebuah topik dan judul yang menarik. ketika kita mentraktir seseorang kita harus ikhlas tanpa mengharapkan imbalan.dan akan lebih baik lagi bila kita mentraktir orang-orang yang sangat membutuhkan. begitu juga saat kita ditraktir, janganlah berharap bila kita akan ditraktir terus oleh seseorang. mendapat rezeki boleh-boleh saja, akan tetapi kita juga harus tahu diri.
Setuju sekali… Hukum timbal balik akan tetap berlaku dimana dan kapan pun anda berada.. Orang yg ditraktir akan berhutang kepada yg menraktir.. Mungkin belum tentu dalam bentuk uang, tetapi bisa juga dalam bentuk budi…
FATHUBILLAH 1701360601- menarik sekali tulisan diatas. memang jika apa pun yang gratis pasti banyak yang berminat dan enak untuk dinikmati. tapi itu semua kembali juga pada diri kita masing-masing. apakah kita ingin terus-terusan menikmati pemberian orang secara cuma-cuma? sama saja pada rasa syukur kita terhadap YME.tidak selalu kita hanya menikmati saja. kita juga harus berterimakasih dan bersyukur
Tangan diatas lebih baik dari pada dibawah , itulah kata yang pas bagi judul ini , kita perlu memberi kepada yang kurang karena berbagi itu indah dan mengajarkan kita untuk tidak egois dan dengan itu kita bisa mendapatkan banyak keuntungan dan pahala yang tentunya berguna bagi kita .
Tidak ada yang tidak bayar, apalagi hidup di Jakarta. Manusia menjadi begitu keras mencari uang dengan susah payah demi bertahan hidup. Tetapi manusia seringkali berpikir bahwa keberhasilan itu karena usahanya, padahal kemampuan dan kekuatan kita datang dari Tuhan. Nafas, Dia punya. Kesehatan, Dia punya. Kita hanya berpikir 1 cara untuk sembuh adalah minum obat/vitamin. Padahal kita bisa datang secara gratis pada Tuhan, “Dokter Manjur” itu. Sesungguhnya kita tidak memiliki apa-apa, karena semua datang dari Sang Pencipta. Jadi, kita bisa membayar segala kebaikanNya dengan hidup yang berkenan dihadapanNya serta berguna bagi sesama.
‘Sebenarnya kalau kita ditraktir artinya kita hutang’. Tuhan ‘mentraktir’ kita kesehatan, kepandaian dan lain-lain yg tidak dimiliki makhluk hidup lain. Untuk membayar hutang ‘traktir’ tersebut kita cukup beribadah dan menjauhkan diri dari apa yg dilarang olehnya, tapi kadang banyak juga manusia yg belum sadar bahwa apa yg mereka miliki di dunia ini adalah kehendak Tuhan.
Tuhan memang begitu baik karena telahh mentraktir kita dengan memberi kehidupan dengan gratis bahkan dengan begitu banyak bonus yaitu kebbaikan orang lain kepada kita. Sebagai manusia yang tentu kalah segala galanya dari Tuhan, tentu kita tidak bisa membalasnya dengan mentraktir Tuhan. Maka ada baiknya kita menysukuri traktiran Tuhan dengan tak lupa berdoa dan tentunya mentraktir orang-orang disekitar kita dengan kebaikan-kebaikan.
sutan hekhmatyar defasan 1701350121
lebih meneraktir orang dari pada ditraktir, karena kita pasti akan mendapatkan balasannya, sama seperti bersedekah, sama2 mendapatkan balasan.
Memberi tanpa mengharapkan imbalan memang hal yang baik, karena kita kalo menolong atau mentraktir karena mengharapkan sesuatu itu disebut menyogok.
Siapa yang tidak senang bila ditraktir, semua orang pasti akan menerima dengan lapang dada. Namun benar adanya, bahwa kita sebagai manusia, telah diberikan segala sesuatu secara cuma-cuma oleh Tuhan. Dari mulai tubuh, otak dan sebagainya Tuhan telah menyempurnakan hidup kita. Tinggal bagaimana kita membalas budi Tuhan yang walaupun kita belum dapat mengganti kebaikannya yang tak ternilai itu, setidaknya kita wajib berbuat baik terhadap sesama manusia, ciptaan Tuhan.
Tuhan telah memberi kita jauh melebihi segala permintaan kita, tapi terkadang kita tidak menyadarinya, sehingga kita marah-marah dan menuntut lebih dari Tuhan. Oleh sebab itu, janganlah pernah hitung-hitungan dengan Tuhan, karena kita masih bisa hidup pun semua karena kasih karunia-Nya 🙂
siapa yang tidak suka gratis?apalagi gratis makan,mentraktir atau membeli mkanan atau minuman untuk orang lain memiliki maksud maksud tertentu,mungkin ia(si peneraktir) baik,ingin bersedekah atau amal,menginginkan balasan,ada maunya,atau mungkin ia terlalu kaya dan ingin menyombongkan diri(mungkin),tetapi kita yg menerima traktiran akan berpendapat,inilah rezeki saya,dan berfikir baik pada si peneraktir.
Saya sendiri sudah sering mendengar istilah mentraktir. Sebagian orang apalagi pelajar terutama anak kos senang sekali apabila ia di traktir oleh temennya, karena mendapatkan makanan gratis tanpa perlu mengeluarkan duit. Seharusnya mereka menyadari bahwa mereka sedang ‘menerima’ hal dari seseorang. Karena sebenernya orang bijak akan banyak memberi dari pada menerima. Semestinya kita ngerasa malu apabila ada salah satu teman kita yang mentraktir, berarti menandakan kita hanya menerima saja tanpa memberi.
siapa yang mentraktir mempunyai tabungan, siapa yang ditraktir mempunyai utang. itu saya setuju apa bila maksutnya terhadap kita dengan tuhan.
Menurut saya tidak ada salahnya jika kita memiliiki berkat berlebih untuk saling berbagii,tanpa ada pikiran untuk dibalas suatu saat nanti.karna lebih baik tangan diatas dari lada tangan dibawah.
saya setuju dengan pendapat “Siapa yang ditraktir, memiliki hutang, tetapi siapa yang mentraktir memiliki tabungan” -Adh , karena apabila kita di traktir maka otomatis diri kita pun senang dan apabila perasaan kita cukup peka pasti akan mentraktir orang lain apabila ada rezeki demi menyenangkan perasaan orang lain.
Teat
saya setuju dengan artikel ini karena tanpa adanya hal-hal seperti udara dan vitamin, kita tak mungkin bisa hidup seperti sekarang, dan kita harus mengembalikan kebaikan yg diberikan Tuhan kepada kita, bukan harus kembali kepada Tuhan lagi, tetapi juga kepada sesama kita supaya semua org bahagia
Postingan ini membuat saya terhenyuh. Kita harus banyak bersyukur kepada Tuhan karena kita masih bisa menikmati hidup walau hanya sementara saja di dunia ini. Jangan pernah mengabaikan rahmat Tuhan YME dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Yang terpenting adalah ikhlas ketika mentraktir seseorang. Karena kebaikan kita jika kita ikhlas, maka Tuhan akan memberikan pahala yang setimpal. (Dian Yuni W – 04PAW)
saya sangat setuju dengan artikel ini. “lebih baik memberi dari pada meminta” itulah yang selalu orang tua saya ajarkan kepada saya. Orang yang memberi sesuatu (mentraktir) orang lain dengan tulus tanpa memikirkan imbalan yang akan dia dapat sangat mengesankan dan mulia. Ia ingin berbagi kebahagiaan dengan sesama memberikan nilai plus dalam sifat kepribadian dan sosialnya.
Traktir bukanlah hutang,itu ada wujud terima kasih terhadap sesama.Sering kali traktir digunakan ketika ada seseorang atau teman yang sedang berbahagia,lalu kawan lainnya minta traktiran.Saya dan kawan sering mentraktir satu dengan lainnya,karena itu wujud dari solidnya pertemanan kami.
Saya rasa ungkapan itu memang benar “siapa yang ditraktir memiliki hutan, siapa yang mentraktir memiliki tabungan” selama ini saya sering ditraktir dan mentraktir juga tentunya, tetapi baru sadar setelah membaca artikel ini kalau hal itu ternyata bermakna. Biasanya saya hanya mentraktir saat ada suatu perayaan misalnya ulang tahun atau kelulusan sebagai wujud syukur atas hal tersebut. Teman saya juga melakukan hal yang sama. Dan bisa dibilang hal tersebut sudah menjadi budaya di lingkungan kita.
Amin.. Saya jarang ingat ketika teman mentraktir saya, apalagi ditraktir Tuhan. Semoga saya selalu ingat untuk berdoa dan berterima kasih kepada Allah SWT.
Ditraktir? Semua orang menyukai kata ini, saya sendiri pun senang karena makan gratis. Tetapi saya kadang malu kalau sering di traktir apalagi yang mau mentraktir cewek, saya bakal cepat-cepat membayar, kecuali di mentrakir karena ada hal special atau dompet kosong yah tidak jadi cepat-cepat, tapi melambat-lambat.
Ditraktir mungkin semua orang akan suka bila mendengar kata hal itu. tapi bagaimanakah dengan “mentraktir”? semua orang sebagian pasti akan keberatan kecuali memank ada yang diminta. Tapi yang patut kita camkan adalah Tuhan telah memberi kita berkat2 dan itu gratis, kuncinya cmn 1, kita slalu bersyukur atas “traktiran” Tuhan, maka apapun yg kita minta, tdk akan d tolak.
Siapa yang ditraktir, memiliki hutang, tetapi siapa yang mentraktir memiliki tabungan (Adh) . mentraktir seperti memberikan pinjaman yang suatu saat nanti akan dibayarkan oleh orang yang berbeda. sedangkan di traktir mendapatkan sesuatu secara cuma cuma namun sebenarnya disini berhutang.
Traktir, hal yang terkesan mudah dilakukan akan tetapi sulit dilakukan. Terlihat simple akan tetapi kompleks didalamnya. Semua kembali lagi kepada hati dan niat masing-masing dalam mentraktir seseorang. Niat baik maka dibalas niat baik begitu juga sebaliknya. maaf apabila ada salah-salah kata hanya opini saya.
Apabila kita memberi sesuatu kepada orang lain, maka berilah dengan ikhlas. Jika kita pamrih atau mengharapkan suatu imbalan, maka pemberian tersebut bisa tidak berkah. Mudah-mudahan, apabila kita memberi dengan ikhlas maka kita akan dapat sesuatu yang “lebih” dari Tuhan. Sebagaimana Tuhan memberi kita nikmat bernapas, itu hal yang gratis, oleh karena itu manusia harus beribadah kepada Tuhan untuk membalasNya.
Saya juga pernah mendengar sebuah kalimat yang bertulis bahwa lebih baik memberi daripada menerima. Ini juga menandakan lebih baik kita mentraktir orang lain daripada ditraktir, karena jika kita ditraktir maka pasti dalam pikiran kita akan berpikir harus membalas traktiran tersebut. Tapi kalau kita mentraktir orang lain maka tidak mungkin kita berpikir bahwa kita akan ditraktir kelak dan tidak merasa berhutang. Seperti hubungan kita dengan Tuhan, Dia sudah 24jam menjaga kita lantas bagaimana cara kita membalasnya? Caranya mudah yaitu cukup meluangkan waktu 1 jam bahkan 1 menit bagi Tuhan untuk mengingat Dia dan mengucap syukur padaNya. Walaupun sebenarnya itu tidaklah sepadan tapi yang Tuhan lihat bukan seberapa banyak yang kita berikan tapi hati kita. Selain itu Tuhan sendiri saat datang menjadi manusia, Ia datang untuk melayani bukan dilayani.
ditraktir dan mentaraktir. dua-duanya adalah siklus yang mengalir di kehidupan kita… kita ditraktir walaupun kita merasa gratis tetapi dalam pikiran itu adalah utang kita ke mereka, jadi harus dilunasi begitupula sebaliknya apa yang kita berikan kepada orang lain akan diberikan kembali kekita.
jadi sebagai manusia yang saling membutuhkan satu sama lain, maka jangan ragu lah mendekatakan diri (salah satu cara yaitu mentaraktir) kepada yang lain karena suatu hari apa yang kita berikan akan kembali lagi kepada dirikita sendiri, siklus berjalan tidak ada yang untung dan tidak ada yang rugi.
Saya setuju dengan kalimat “Siapa yang ditraktir, memiliki hutang, tetapi siapa yang mentraktir memiliki tabungan”. Seperti Tuhan yang memberikan kecerdasan kepada kita, kita memiliki hutang untuk membagi ilmu kita kepada orang lain. Jadi ada hukum timbal balik, kita ditraktir dengan diberi kecerdasan, kita juga membayar hutang dengan membagi ilmu kita kepada orang lain.
Topik yang menarik. Ada quote yang menyebutkan “ Not How Much You Get but How Much You Give” itulah yang sering saya dengar. Benar, setiap pemberian yang diberikan kepada kita maka kita harus membalasnya kasarnya bisa dibilang berhutang tetapi pada saat kita memberi kita harus ikhlas dan tanpa mengharapkan apapun. Pada saat kita membalas hutang itu bearti kita menghargai dan berterimakasih kepada mereka. Begitupun kepada Tuhan yang selalu memberkati dan menjaga kita semua dengan kasih, sudah patutnya kita untuk selalu bersyukur kepda Tuhan.
Traktir di tafsirkan kita sebagai pemberian sesuatu kepada orang lain atau kita memberikan sesuatu untuk orang lain.Traktir juga memiliki arti dalam rohani contohnya Tuhan memberikan dan menciptakan sesuatu untuk kita baik untuk di makan atau di jaga tanpa mengharapkan imbalan,walaupun masih banyak individu yang tidak bisa mensyukuri apa yang telah di berikan Tuhan dan tidak bisa menjaga sesuatu yang di berikan Tuhan,seperti Hutan tempat untuk para makhluk hidup berkembang biak tapi di hancurkan untuk kepentingan lain tanpa memikirkan dampak bagi hutan tersebut dan isi nya.
mentraktir dan ditraktir adalah duahal yang berbeda namun memiliki dampak masing-masing kekitanya. saat kita ditraktir orang maka tandanya kita telah berutang kepada mreka dengan demikian kita harus membayar utang tersebut dengan mentraktir mereka kembali.
karena manusia adalah makhlup sosial, maka daripada itu kita harus menjaga hubungan baik antar satu dengan yang lainnya dengan cara mentraktir. karena semua yang kita berikan akan kembali kepada kita sendiri.
sebenarnya mentraktir juga tidak hanya masalah menanti pembalasan dari yang kita traktir. tetapi juga dapt melatih diri kita untuk lebih berbagi dan tidak pelit. karena di agama manapun mengajarkan berbagi, dan niscaya tuhan yang akan membalasnya dengan hal yang lebih
Artikel ini menarik karena menghubungkan antara mentraktir atau ditraktir, sebenarnya jika seseorang mentraktir kita, dia seharusnya sudah berpikir secara tidak langsung bahwa kelak nantinya kita juga dapat melakukan hal yang sebaliknya, kecuali memang dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Setiap hari kita sudah ditraktir oleh Tuhan, tetapi Tuhan tidak berharap banyak kepada kita. Dia hanya berharap bahwa kita saling mengasihi 1 sama lain dan taat kepada-Nya.
menurut saya, apa yang dikatakan di posting tersebut sangatlah benar.
karena, di bumi ini kita menggunakan prinsip tabur tuai. tabur tuai adalah
apa yang kita lakukan di bumi ini, akan kita tuai di kemudian hari.
Saya menangapinya lebih ke berbagi. Mentaktir juga dpt membantu tmn kita yg kekurangan untuk dpt mengurangi pengeluaran tetapi tetap tidak boleh di biasakan agar orang tidak menjadi malaa atw letergantungan
mentraktir memiliki tabungan suatu hari ketika dia tidak mempunyai uang bisa ditraktir orang lain, sdangkan ditraktir yang mendapat gratisan serta merasa memiliki keharusan untuk membalas yang mentraktir suatu hari nanti.