Kaki Lima

Pedagang kaki lima di depan Pasar Tanah Abang ramai berjualan saat-saat menjelang lebaran.

Saya menyusuri jalan Muwardi I sepanjang jalan terlihat orang jualan di pinggir jalan. Saya sempat berhenti untuk makan Pecel Madiun. Setelah makan selesai minum baru terpikir tentang kebersihan. Apa mau dikata makanan sudah masuk dan mudah-mudahan tidak sakit perut saja. Inilah penjual “kaki lima”. Saya tidak mengerti dari mana asal kaki lima, tapi di Amerika sana ada istilah “five foot”. Penjual di atas trotoir yang lebarnya 5 kaki atau 1,5 meter saja dan biasanya di atas trotoir. Tapi, jangan pandang enteng. Martabak Holland di Surabaya, memiliki 17 outlet dengan omset 15 jutaan per hari!!! Per outlet.
Apa untung rugi Pedagang Kaki Lima (PKL)? Pertama investasinya tidak besar, tenaga tidak banyak, tetapi proporsi untung cukup besar, tetapi di balik itu kita bisa melihat kehidupan rohaninya. Sungguh luar biasa karena PKL ini melayani orang kecil, memberikan subsidi besar untuk mahasiswa dan memberikan peluang tenaga kerja.
Berbeda dengan perusahaan besar. Pada umumnya hanya memikirkan keuntungan saja tanpa melihat kiri-kanan. Bagaimana membantu rakyat kecil, orang miskin, mahasiswa, pelajar dlsb.
Sadar atau tidak sadar, PKL telah memberikan sumbangsih besar terhadap pembangunan bangsa dan negara. Coba tanya seluruh Alumni Trisakti (kampus. Barat) pasti kenal dengan Aneka Racun atau lokasi PKL jual makanan macam-macam. Mengapa disebut begitu karena memang kotor dan tidak higienis tapi telah menghasilkan ribuan insinyur, drs, dokter bahkan profesor.
Kehidupan kita sehari-hari juga banyak berpikir tentang investasi di akhir hidup kita. Peran kehidupan PKL tentu memberikan inspirasi besar dalam menjalankan visi dan misinya, terutama membantu orang kecil, miskin dan kurang mampu namun bisa menikmati makanan, minuman, pakaian dan peralatan dan sumber suka cita besar bisa dilihat di wajah mereka.
Buat Lingkungan Keluarga Kudus yang dikenal sebagai Lingkungan Pemulung karena dua tahun sekali membuat Basar Ramadan menjual barang bekas layak pakai. Dengan harga Rp. 100,- sampai Rp. 10,000.-, namun kegiatannya membuat pak Lurah, pak Camat, pak Walikota sampai Gubernur harus angkat topi, termasuk Romo Kardinal Julius yang pernah sempat mampir mengunjungi basar ini.
Option for the poor. Istilah yang sering digaungkan namun susah dijalankan, bagaimana misi kita? Sekolah mahal, buku dan peralatan mahal, apa lagi? Kalau saja terpikir sekolah murah ada asrama buat anak-anak tidak mampu dan bantuan buat masyarakat miskin dengan subsidi!!! Siapa yang mau berpikir seperti Pedagang Kaki Lima !!! … Mari !!!

3 thoughts on “Kaki Lima

  1. Melisa / 02PNM / 1601232166

    Menurut saya, pedagang kaki lima merupakan suatu kelengkapan kota-kota di seluruh dunia dari dahulu. Sebagai kelengkapan, pedagang kaki lima tidak mungkin dihindari atau ditiadakan. Yang harus dilakukan dalam menyikapi keberadaan PKL tersebut adalah melalui penataan, pembinaan dan pengawasan. PKL memiliki fungsi ekonomi, sosial dan budaya yang membentuk suatu kawasan perkotaan.

    Reply
  2. Kevin Makmur

    Kehidupan dari para PKL meberikan kita inspirasi bagaimana mereka menghidupkan diri dan keluarga nya dari hasil berdagang dengan waktu dan tempat yang seadanya maka dari itu bersyukur lah kita yang mampu berkarya dengan segala fasilitas yang ada dan telah disediakan 🙂

    Reply
  3. rizaldyfaroqi

    PKL memberikan kita suatu inspirasi bagaimana cara berkreativitas berdagang dalam skala yang kecil. Kita juga harus belajar dari sosok PKL bagaimana cara menghidupkan dirinya bersama dengan keluarganya. Bersyukur lah dengan kemampuan karya kita dengan fasilitas yang ada

    Reply

Leave a Reply to Kevin Makmur Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s