Andi dan Lily mengambil keputusan untuk menikah. Pada saat di penghulu, waktu mengucapkan Ijab, Lily mengatakan: “Saya menerima Andi menjadi suami saya, sebenarnya saya mengambil risiko dalam perkawinan ini”. Saat itu juga Imam pencatat menghentikan upacara ini dan menunda Ijab karena pengantin wanita berada dalam tekanan. Akhirnya upacara ditunda 1 jam lebih setelah kedua keluarga berunding. Akhirnya sang pencatat minta maaf karena kata mengambil resiko bukan karena tekanan tapi justru kepasrahan.
Risiko, secara ilmiah memang dipelajari dengan Risk Management. Kalau kita berjudi di roullette pasang atau taruh hitam merah atau besar kecil maka resiko kita 50 : 50 persen. Di sana risiko bisa diidigitalisasi. Nah, kalau perkawinan bisa didigitalisasi maka resiko paling kecil adalah 50 : 50. Tentu saja risiko kegagalan 50 persen harus ditutupi dengan usaha kedua belah pihak. Salah satu cara menghapus risiko kegagalan adalah saling memaafkan. Jadi, risiko 50 persen kegagalan bisa diantisipasi oleh pengampunan!
Dalam usaha, kehidupan kita juga selalu menghadapi resiko. Risiko, selain bisa dihitung juga bisa dibayar. Misalnya, melalui asuransi, apakah asuransi kerugian, kecelakaan sampai asuransi jiwa kita bisa membayarnya. Risiko itu bisa kita bayar melalui pengorbanan, terutama dalam iman, pengharapan dan kasih. Tiga nilai itu kerap menjadi menjadi asuransi terbesar dalam kehidupan kita, khususnya untuk hal-hal yang tidak bisa dikalkulasi dengan angka dan perhitungan matematis.
Risiko pun bisa dialihkan. Dalam tradisi Cina, seorang anak yang sakit-sakitan maka bisa di kwepang, atau dicarikan orang tua lain (saya juga sakit-sakitan dan diangkat anak oleh tante saya), atau dibuatkan ritual cisuak, melepas merpati. Dulu kala di pegunungan Tengger ada upacara di mana seorang gadis masih perawan di ceburkan ke dalam kawah berapi dan lahar panas agar para rakyat terhindar dari mara bahaya. Kalau di Cina supaya panen berhasil maka ada ritual pengorbanan. Kisah persembahan korban juga dialami oleh Abraham yang harus mengorbankan Ishaak agar memiliki keturunan sebanyak bintang di langit dan sebanyak pasir di laut. Dalam kehidupan harian, risiko pun bisa dialihkan dengan suara hati. Nurani kita seperti radar. Kalau kita tahu jalan itu sempit dan jiwaku akan mati, kenapa kita tidak pilih jalan yang besar dan hidupku Glory? Itu syair lagu. Di dalam dunia ada dua (2) jalan. Hati kecil kita bisa membedakan baik dan buruk. Kebanyakan kita lebih senang memilih buruknya daripada baiknya. Kata teman akrabku soalnya yang buruk itu enak-enak sih!
Risiko bisa juga ditebus. Dalam kehidupan, kita banyak sekali risiko yang ditebus. Pernah temanku tanya aku. Apakah aku harus bayar denda atau nyogok saat ditangkap polisi karena masuk Bus Way? Aku bilang kalau nyogok itu risikonya gak hilang tapi bayar denda di BRI artinya sudah menebus kesalahan. Yesus menebus segala DOSA yang mendatangkan risiko kematian jiwa, roh, dan raga dengan nyawa-Nya sendiri. Penebusan ini ditulis dan bisa dirasakan lebih dari separuh penduduk bumi. Tiada seorang pun yang menyangkal peristiwa penebusan risiko kita itu.
Mengambil Risiko
4 Replies
