Buruk rupa cermin dibelah,
Jam sudah menunjukkan jam 16.30. Semua sibuk untuk acara anniversary perusahaan. Semua perempuan siap-siap dengan dandannya. Tapi di salon ini kacanya cuma lima. Ada juga yang mau di make up tanpa cermin. Sayang waktunya tidak cukup. Tim penerima tamu 10 orang tiba di Hotel Mulia. Para tamu sudah pada hadir dan penerima tamu hiruk-pikuk.
Cermin, menjadi simbol kecantikan. Para gadis, ibu-ibu, tante-tante yang pasti di dalam tasnya ada kaca. Cermin akan membuatnya PD (percaya diri). Saya cuma senyum-senyum membayangkan kalau di dunia ini tidak ada cermin (cermin batu ditemukan 6000 SM di Turki)
Tahun 80-an saya pertama kali ke Shang Hai, Cina. Di salah satu tempat yang saya kunjungi adalah taman Le Yen (dulu pusat logistik terbesar di Cina untuk distribusi bahan makanan ke seluruh daratan Cina). Setiap ruangan untuk pertemuan selalu ada 2 meja altar. Satu untuk tempat persembahan (sepertinya untuk sembahyang). Satu meja lagi ada beberapa keperluan rapat, alat-alat tulis, tapi sebelah kiri ada guci dan sebelah kanan ada cermin. Hampir setiap tempat di dalam lokasi 100ha lebih nampak identik
(Di sini Anda bisa menikmati asal mula Xiao lung pao Nan Xiang – sekarang di mana mana ada Nan Xiang, dan Anda bisa baca kisahnya)
Saya juga menyempatkan diri mengunjungi Soong Ching Ling Memorial Residence (madame generalissimo Chiang Kai Shek). Ia lahir 5 Maret 1898 dan meninggal 23 Oktober 2003 (di usia 105 tahun). Luar biasa kehidupan beliau sebagai politikus unggul, painter, dan negosiator yang belum ada lawannya dengan prinsipnya battle without gun.
Di saat memasuki ruang penghormatan, hal yang sama saya lihat selalu ada guci dan cermin!!! Hal ini membuat saya sungguh penasaran.
Dengan usaha cukup lama, akhirnya bertemu dengan ahli yang bisa menjelaskan, mengapa hampir seluruh gedung (jaman dulu) selalu ada altar yang ditaruh guci cermin (ping-cing)
Guci :simbol kedamaian. Cermin : simbol cinta murni (Kalau ada yang bisa terjemahkan Ping An Cing Ay). Luar biasa makna Guci dan Cermin, yang sehari-hari hanya kita lihat sebagai benda biasa, mungkin lebih dekat pada wanita, lalu saya mendapat penjelasan lanjut:
Guci, seperti perut gendut (simbol Budha ketawa) artinya dapat menampung masalah orang lain, dan dengan senyuman (indahnya Guci dilambangkan sebagai senyum). Jika kita bisa memahami orang lain artinya Damai Sukacita besar akan kita terima, tapi kalau kita tidak bisa mengerti orang lain cilakalah dunia.
Cermin, untuk melihat diri kita sendiri sebagai tanda cinta. Kalau kita bisa mengerti diri kita (kaya lagu Nico : Siapakah aku ini Tuhan) maka kita akan mengerti arti cinta. Cermin menjadi simbol Cinta, karena tahu segala kelemahan kita dan salah kita. Dengan menyadari segala kesalahan kita itu adalah sumber dan puncak dari Cinta (bisa baca : Love is Understanding).
Saya juga bisa mengartikan Gereja sebagai Cermin kehidupan. Semakin sering kita ke gereja, semakin sering kita melihat dan mengenal diri kita yang kita lihat dalam cermin Gereja.
Suatu tradisi yang sungguh luar biasa dari bangsa Cina. Sang pakar tadi bilang dengan melalui Cinta dan Damai, negara Cina akan menjadi negara kuat, bangsa yang besar. Benar! Kini semua makhluk di muka bumi harus mengakui Cina (lihat Olimpiade, dahulu bangsa Asia hanya bisa senyum melihat kejayaan Eropa dan Amerika, sekarang mereka tertegun melihat Cina)
Kiranya kisah Guci dan Cermin bisa kita bawa dalam kehidupan rumah tangga, keluarga dan persahabatan kita. Mari mengerti orang lain, mau mengerti diri sendiri. Tuhan memberkati kita semua. Damai dan Cinta sertamu.
