Siapa yang merasa tersesat, itu pertanda dia mulai benar.
Siapa yang berprasangka, dia akan tersesat!
Semalam saya bersama beberapa sahabat duduk menikmati kopi Luwak, melewati Minggu sore yang indah sambil berdiskusi bisnis. Biasanya jarang sekali saya mau karena hari Minggu biasanya jatah untuk cucu, tapi apa boleh buat ini emergency, apalagi didampingi dua pastor sahabatku sehingga suasana bisnis berubah jadi liturgis. Masih sekitar berbicara bisnis, saya teringat strategi approach dan win win solution, yang saya pelajari. Ada pepatah mengatakan “Siapa berprasangka, dia akan tersesat”! Ada juga kita petik tulisan pendeta besar Nus Remas, yang dikirim via BBM ke saya :
“God says that not only you are accepted, you’re valuable. You can be rich or poor, but it has nothing to do with your value as a person.
“Come to the Lord, the living stone rejected by people as worthless but chosen by God as valuable.” (1 Peter 2:4).
Batu bangunan tertentu, dipakai sebagai petunjuk, tapi kalau sudah ada tanda-tanda lain, maka batu itu akan dibuang orang, namun batu itu jadi batu penjuru agar orang tidak tersesat lagi. Suatu reformasi luar biasa, di mana orang yang berprasangka bahwa Batu Penjuru yang sudah tidak berguna dan dibuang ternyata dipakai Tuhan. Bahkan ia memiliki nilai sangat bagus. Memang benar sekali kita tidak bisa begitu saja berprasangka karena justru dapat menyesatkan kita, tetapi sebaliknya kalau kita merasa tersesat maka kita akan mulai dari awal dan mengetahui persis jalannya.
Acara malam tadi malam dilanjutkan dengan nonton film Bourne Legacy, sebuah film drama action bercerita tentang kehidupan spionase. Sebuah dialog diakhir film antara Aaron dan Marta, “Apakah kita tersesat?”, tanya Marta. “Iya kita tersesat!”, jawab Aaron. “Tapi biarkan kita tersesat, mungkin itu petunjuk kita supaya tidak tersesat!”, lanjutnya
Sampai malam saya merenung tiga kondisi tersesat dan dijelaskan oleh Pendeta Nus perihal tersesat itu. Sungguh berbahagia karena kita semua bagai orang yang tersesat dan disini nilainya bagus bagi kehidupan rohani kita.
“Thy Word is a lamp unto my feet and the light unto my path”. Tersesat, pasti kita semua pernah mengalaminya, apalagi tersesat dalam arti kata kehidupan rohani. Tersesat seakan-akan suatu keadaan di mana Tuhan memberikan kesempatan kepada kita agar mengetahui jalan hidup kita. Seperti batu yang dibuang orang kini menjadi batu penjuru. Semoga kita semua bisa menemukan jalan kita dan tidak tersesat.
