Natal dan Cerita di Tengah Hujan dan Badai

Oleh : Adharta
Ketua Umum
KRIS

Cerpen no 0033

Hari yang menegangkan

Natal tahun ini datang dengan cerita yang tak akan mudah kami lupakan.

Anak-anak saya bersepakat membuat acara Natal sederhana di rumah.
Kami memilih potluck setiap orang membawa hidangan, bukan sekadar makanan, tetapi juga kasih dan kebersamaan.

Menjelang sore, rencana kecil pun dibuat: membeli kado Natal untuk anak-anak mantu dan cucu-cucu tercinta.

Mall Central Park dipilih, jaraknya hanya sekitar dua kilometer dari rumah.
Biasanya, perjalanan singkat itu hanya memakan waktu lima belas menit.

Namun malam itu berbeda.
Langit runtuh oleh hujan deras, seakan menumpahkan seluruh isinya. Jalanan lumpuh.

Perjalanan yang biasanya ringan berubah menjadi perjuangan selama dua setengah jam. Lampu rem memerah di mana-mana, klakson bersahut
sahutan, dan jarum jam terus bergerak tanpa belas kasihan.

Waktu menunjukkan pukul 19.30, padahal acara seharusnya dimulai pukul 18.00.
Belanja kado pun dilakukan terburu-buru. Keluar dari area parkir Central Park justru lebih menyiksa
dua jam hanya untuk bergerak beberapa meter. Dalam kepenatan itu, kami mencoba tetap sabar. Natal, bukankah memang tentang menunggu?

Besan saya dan Ola akhirnya turun lebih dulu, mencoba memanggil Gojek motor.

Antrean panjang, lebih dari tiga puluh meter.

Hujan mulai agak mereda juga Tiba-tiba, seorang gadis dengan sepeda motor menghampiri.
Ia menawarkan tumpangan. Karena mengira itu Gojek, besan saya langsung menaikkan Ola cucu saya yang paling kecil, dan beliau duduk di belakang.

Mereka diantar sampai depan rumah.
Saat hendak dibayar, gadis itu tersenyum dan berkata pelan,
“Saya bukan Gojek, ibu tadi Kebetulan lewat saja. Dan lihat Ibu dan asi kecil Ola saya jadi iba dan niat tulus untuk antar larena kalau tunggu belum tentu 1 jam bisa dapat gojek”

Kami semua tertegun.
Jika ini bukan malaikat, lalu harus disebut apa?

Di dunia yang sering terasa keras dan terburu-buru, masih ada kebaikan yang datang tanpa nama dan tanpa pamrih.
Seperti palungan di Betlehem saat semua penginapan penuh, kasih Tuhan menemukan tempatnya di kandang sederhana.

Tanpa kandang itu, bayangkan Sang Bayi harus lahir di tengah jalan, kedinginan, sendirian.
Malam terus berjalan.

Senly dan Elle cucu saya nomor 3 terpaksa turun dari mobil, berjalan kaki hingga Aaprtemen Grand Tropik aamping Ciputra Mall
sebelum akhirnya mendapatkan taksi.

Dea menantu saya menemani Pandu, baru bisa keluar dari Central Park pukul 21.00. Letih, kesel , dan lapar
namun tidak kehilangan harapan.
Walau larut, acara tetap berlangsung. Tukar kado dilakukan dengan tawa yang tulus.

Makan malam dihadiri Pak Lendy, Pak Dwi, pak Bobby, dan Fandy (bukan Kawanua), dan Ibu Monik. Ibu Betsy

Di tengah keterlambatan dan kekacauan, rumah justru terasa penuh. Bukan oleh kesempurnaan, melainkan oleh cinta Kasih bersamw

Natal tahun ini mengajarkan kami: menyambut kelahiran Yesus tidak selalu dalam keadaan ideal.

Ada kekurangan, kelemahan, kesulitan, dan macet yang panjang.
Namun kami percaya, seperti hujan yang akhirnya reda, semua akan berlalu dengan baik.
Besok pagi, saya dan istri, bersama Pak Budi Hidayat dan Ibu Hian, akan berangkat ke Yogyakarta diantar Pak Zeno ke Stasiun Gambir.

Kereta Taksaka Luxurious pukul 08.50 akan membawa kami menghadiri perayaan 55 tahun Wedding Anniversary Bapak Wintaka dan Ibu Aryati di Hotel Marriott Yogyakarta,
27 Desember 2025 malam.

Natal ini mungkin basah dan melelahkan,
tetapi di dalamnya ada senyum, tawa, dan kebaikan kecil
yang membuat iman tetap hangat.

Selamat Natal
Damai sejahtera dan penuh Suka Cita buat semua sahabat

Adharta

Www.kris.or.id

Www.adharta.com

Leave a comment