Menuju malam dana
Angke Heritage
26 Nopember 2025
Ileh : Adharta
Ketua umum
KRIS
Subuhnya
Gunung Putri
Wanginya bunga mawar
Sahabat baiku
Di sebuah sudut Gunung Putri yang tenang, berdirilah sebuah bangunan sederhana yang selama bertahun-tahun menjadi tempat umat Paroki Santo Vincentius a Paulo berkumpul.
Atapnya bocor, dindingnya mulai retak, dan kursi-kursi kayunya telah renta dimakan waktu.
Namun setiap Minggu, umat tetap datang dengan senyum
karena mereka percaya bahwa Tuhan hadir bukan dalam kemegahan bangunan, tetapi dalam ketulusan hati yang berkumpul di bawahnya.
Namun seiring berjalannya waktu, jumlah umat bertambah. Ruangan yang dulu cukup kini terasa sesak. Banyak umat harus mengikuti misa dari luar ruangan, bersandar di tembok, atau berdiri di bawah terik matahari. Setiap kali hujan turun, panitia paroki sibuk memindahkan umat agar tak kebasahan.
Di saat-saat itulah, keinginan untuk memiliki gereja baru yang lebih layak semakin menguat.
Kisah Cinta
Suatu sore, Dewan Paroki bersama para tokoh umat berkumpul.
Mereka duduk di kursi plastik, ditemani secangkir kopi biasa.
Tidak ada kemewahan, namun semangat mereka luar biasa besar. “Kita tidak membangun bangunan,” kata Romo dengan suara lembut, “kita sedang membangun sebuah rumah iman—rumah bagi anak cucu kita.”
Perjalanan pun dimulai. Panitia Pembangunan Gereja dibentuk, proposal disusun, dan umat bergerak dalam doa serta kerja bersama. Ada yang menyumbangkan tenaga, ada yang memberi waktu, ada yang menitipkan rupiah demi rupiah dari hasil jerih payahnya. Seorang ibu janda yang hidup sederhana menyelipkan amplop berisi uang kecil. “Tidak banyak, Romo,” katanya sambil tersenyum, “tapi ini dari hati.”
Tangis haru pun pecah. Karena gereja ini bukan soal angka besar, melainkan pembuktian bahwa cinta selalu menemukan jalannya.
Namun jalan pembangunan tak selalu mulus. Harga material naik turun, izin pembangunan memerlukan waktu, sementara dana yang terkumpul sering kali belum mencukupi kebutuhan tahap berikutnya.
Panitia pernah hampir menyerah. “Apakah kita sanggup melanjutkan?” tanya salah satu anggota dalam rapat yang sunyi.
Tetapi pada saat itulah seorang anak kecil, murid bina iman, datang membawa celengan plastik.
“Ini untuk gereja kita… supaya nanti saya bisa doa di tempat yang bagus.”
Kalimat polos itu menyayat hati semua yang mendengarnya. Semangat yang hampir padam kembali menyala.
Setiap batu yang diletakkan, setiap besi yang dipasang, seakan menyimpan kisah pengorbanan.
Para pekerja bekerja dengan sukacita, umat datang setiap minggu untuk melihat perkembangan yang perlahan tetapi pasti.
Ada harapan yang tumbuh, seperti tunas baru di tengah tanah yang kering.
Kini gereja itu mulai menampakkan wujudnya. Tiangnya kokoh, dindingnya berdiri tegak, dan altar masa depan tampak seperti memanggil umat untuk datang berlutut.
Belum selesai memang—masih banyak tahap yang harus dikerjakan. Tetapi harapan itu sudah nyata, sudah hidup, sudah berdenyut dalam hati setiap umat.
Dan di tengah perjalanan panjang ini, pintu tetap terbuka bagi siapa pun yang ingin mengambil bagian dalam karya mulia ini. Sebab setiap bantuan, sekecil apa pun, bukan hanya membangun gereja
tetapi membangun iman, kasih, dan masa depan umat.
Semoga Tuhan memberkati setiap tangan yang memberi, setiap hati yang peduli, dan setiap langkah menuju terwujudnya Gereja Santo Vincentius a Paulo yang baru.
Saya dan anda menanti mujizat dalam malam dana
Charity Night
Di Angke Heritage
Dalam kasih Nya aku menanti.
Adharta
Www.kris.or.id
Www.adharta.com
