Charity Dinner
Angke Heritage – PIK 2
Pembangunan Gereja Katolik Santo Vincentius a Paulo
Oleh : Adharta
Penasihat PPG
Ketua Umum KRIS
Jakarta, Minggu 16 November 2025
Hari ini adalah hari yang sarat rasa perpaduan antara sukacita harapan menjelang sebuah karya besar dan sekaligus duka cita yang dalam menekan dada.
Sejak pagi, kabar meninggalnya Ibu Uga Wiranto, mantan Ketua PMI DKI, datang seperti petir di siang bolong. Beliau adalah sosok yang pernah berjasa, penuh dedikasi, dan menjadi bagian dari perjalanan pelayanan kemanusiaan di Jakarta.
Belum selesai hati ini mengolah rasa kehilangan itu, menyusul kabar lainnya: Ibu Felicia Halim, sahabat sekaligus figur yang sudah seperti ibu saya sendiri, berpulang menghadap Tuhan.
Dalam suasana itu, istri saya, Ibu Lena, mengirimkan sebuah video kenangan. Di video itu masih terlihat Bapak Nobi, Ibu Feliciana Halim, dan Ibu Lena sendiri, tersenyum sambil bernyanyi bersama lagu “Sail Over Seven Seas.”
Lagu yang biasa membawa nostalgia, hari ini justru memecah pertahanan hati saya.
Ketika suara itu terdengar, rasa kehilangan seperti membentuk ruang sunyi di dalam dada
sunyi yang hanya bisa dijawab dengan doa.
Namun kehidupan tidak berhenti. Tanggung jawab pelayanan tetap berjalan.
Hari ini, dari pagi hingga siang, sampai Malam
saya bersama Ketua Panitia Malam Dana Bapak Fandy, didampingi Bapak Dwi Helly selaku Ketua Acara serta Bapak Lendy Yustena sebagai Ketua Persiapan Undangan dan Komunikasi, berkumpul di rumah saya jalan Hemat 1 no 17 Jelambar Jakarta Barat
Kami membahas persiapan Charity Dinner minggu depan nnati
Kami menyusun undangan, memastikan daftar tamu dan donatur, mengatur alur acara, serta mematangkan detail teknis agar malam penggalangan dana Rabu tanggal 26 November 2025 di Angke Heritage PIK 2 berjalan lancar dan penuh makna.
Di tengah rapat, pikiran saya terus terbagi dua.
Di satu sisi, saya harus memastikan acara berjalan sempurna demi pembangunan Gereja Katolik Santo Vincentius a Paulo
sebuah tonggak penting bagi kehidupan iman umat.
Di sisi lain, hati saya terus dirundung duka karena kehilangan sahabat-sahabat yang begitu berarti.
Dalam keheningan batin itu, beberapa rekan lama, khususnya dari PMI DKI, kembali menghubungi saya.
Kehilangan seseorang sering kali membuka kembali tali persaudaraan yang lama terlipat.
Saya pun menyempatkan diri menghubungi Ketua PMI DKI yang baru, Bapak Mardani, sosok yang menggantikan sahabat lama saya, Bapak Rustam Effendy, mantan Walikota Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Perbincangan singkat kami sarat penghormatan terhadap mereka yang telah mendahului kita, sekaligus menjadi pengingat bahwa hidup ini begitu rapuh dan setiap momen pelayanan adalah anugerah.
Waktu berjalan semakin cepat. Tak terasa kini H-9 menuju Charity Dinner. Persiapan teknis semakin rapat, sementara harapan umat terhadap pembangunan gereja semakin besar.
Dalam situasi seperti inilah saya kembali merasakan betapa kuat hubungan antara Gereja, umat, dan duka cita.
Gereja bukan hanya bangunan fisik yang berdiri megah, tetapi rumah Roh Kudus yang terbentuk dari hati umat yang berkumpul, berdoa, berbagi kasih, dan saling menopang dalam suka maupun duka.
Duka cita mengingatkan kita bahwa manusia bukan penguasa waktu; bahwa hidup dapat berubah sewaktu-waktu
dan bahwa hanya dalam Tuhan kita menemukan kekuatan untuk melanjutkan langkah.
Justru pada masa-masa kehilangan seperti ini, makna Gereja menjadi nyata. Gereja adalah tempat kita kembali, tempat kita menangis, tempat kita merasakan pelukan rohani Tuhan melalui umat-Nya.
Dari duka cita lahir empati dari empati lahir pelayanan; dari pelayanan lahir karya besar yang memperkuat persekutuan.
Karena itu, sebagai Penasihat PPG dan sebagai sesama umat, saya ingin mengajak seluruh umat Paroki Santo Vincentius a Paulo, di mana pun berada, untuk bersama-sama menundukkan hati, berlutut, dan memejamkan mata sejenak.
Marilah kita melantunkan doa bersama agar proses pembangunan Gereja, serta program penggalangan dana pada Charity Dinner nanti, diberi kelancaran, diberkati, dan dijauhkan dari segala hambatan.
Kita doakan pula jiwa Ibu Uga Wiranto dan Ibu Felicia Halim, agar Tuhan menerima mereka dalam damai abadi.
Dalam setiap air mata, ada harapan.
Dalam setiap kehilangan, ada panggilan untuk semakin dekat kepada Tuhan.
Dan dalam setiap pelayanan, ada kesempatan untuk menghadirkan kasih Allah di tengah dunia.
Semoga Tuhan memberkati langkah kita bersama.
Salam dalam Doa
Adharta
Www.kris.or.id
Www.adharta.com
