Kisah Perjuangan Pembangunan Gereja Santo Vincentius a Paulo – Gunung Putri, Bogor

Oleh : Adharta
Ketua Umum KRIS

Bandung
Sabtu
9 Nopember 2025

Sahabatku

Keindahan sebuah persahabatan bisanya fi mulai dengan sebuah kenangan
Kegiatan apa saja
Reuni atau pertemuan khusus
Bahkan kegiatan gerejani

Di sebuah sudut wilayah kabupaten Bogor, tepatnya di Gunung Putri, berdiri sebuah komunitas umat Katolik yang selama puluhan tahun hidup dalam kerinduan yang sama memiliki rumah Tuhan sendiri. Sebuah gereja yang bukan hanya tempat berdoa, tetapi juga simbol kebersamaan, pengharapan, dan iman yang tak pernah padam.

Kerinduan itu dimulai lebih dari dua puluh tahun lalu, ketika jumlah umat Katolik di Gunung Putri masih sedikit dan misa mingguan harus diadakan berpindah-pindah dari rumah umat, aula sekolah, hingga bangunan sewaan.

Setiap minggu, panitia liturgi menyiapkan altar sederhana, memasang salib kayu, menata kursi, dan berusaha menciptakan suasana sakral di ruang-ruang yang sementara.

Namun dalam hati setiap umat, tersimpan impian besar:

“Suatu hari, kami akan punya gereja sendiri.”

Tahun demi tahun berlalu, umat bertambah banyak.
Dari puluhan keluarga, kini lebih dari 500 kepala keluarga bergabung dalam komunitas Paroki Gunung Putri.
Setiap misa Minggu menjadi bukti nyata iman yang hidup anak-anak mengenakan pakaian putih sederhana untuk pelayanan, para ibu menyiapkan konsumsi dengan penuh cinta, dan para bapak mengatur parkir di tengah terik matahari.

Meski tanpa gedung gereja permanen, semangat mereka tak pernah luntur.

Namun di balik semangat itu, perjuangan panjang sedang berjalan.

Usaha mendapatkan izin pembangunan gereja bukan perkara mudah.

Dokumen demi dokumen disiapkan, persyaratan administrasi dilengkapi, koordinasi dengan berbagai pihak dilakukan dengan sabar.

Kadang proses terasa seperti berjalan di tempat bertahun-tahun lamanya menunggu persetujuan, mengurus lahan, mencari dukungan, dan menyusun proposal.
Tetapi doa tidak pernah berhenti. Dalam setiap perayaan Ekaristi, selalu ada satu intensi khusus yang tak pernah absen:
“Tuhan, semoga Gereja kami segera terwujud.”

Suatu hari, di tengah semangat yang nyaris padam, kabar baik datang. Lahan yang sudah lama diupayakan akhirnya siap menjadi tempat berdirinya rumah Tuhan.

Kabar itu menyebar cepat, membawa sukacita besar. Umat bersukacita bukan karena bangunan itu segera ada, tetapi karena harapan mereka akhirnya menemukan wujud nyata.
Namun, perjalanan masih panjang.
Setelah izin dan lokasi tersedia, tantangan berikutnya muncul bagaimana menghimpun dana untuk membangun gereja yang layak?
Inilah saat di mana semangat gotong-royong umat Katolik di Gunung Putri benar-benar diuji dan dibuktikan.

Tak hanya mengandalkan bantuan dari luar, umat setempat mengulurkan tangan mereka sendiri.
Ada yang menyumbang bahan bangunan, ada yang membantu tenaga, ada pula yang memberi sebagian dari penghasilan kecil mereka dengan sukacita.

Anak-anak muda mengadakan garage sale, para ibu menjual makanan di bazar, dan para bapak ikut menjaga semangat dengan kegiatan kerja bakti. Semua dilakukan dengan satu tujuan: agar rumah Tuhan itu bisa berdiri.

Dari Keuskupan Bogor, dukungan rohani datang tak henti.
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM, senantiasa mendoakan dan menyemangati umat Gunung Putri agar tidak menyerah.
Beliau percaya bahwa pembangunan sebuah gereja bukan sekadar proyek konstruksi, melainkan karya iman tempat Tuhan membentuk karakter umat-Nya melalui proses panjang dan penuh makna.

“Gereja bukan dibangun oleh uang saja, tapi oleh cinta dan kesetiaan umat,” begitu pesan Bapak Uskup dalam salah satu kunjungannya.

Kata-kata itu menjadi nyala kecil yang terus menjaga semangat umat di tengah perjuangan.
Kini, setelah lebih dari dua dekade perjalanan, langkah besar itu akhirnya dimulai.

Panitia Pembangunan Gereja Santo Vincentius a Paulo resmi terbentuk, dan rencana pembangunan memasuki tahap nyata.
Desain arsitektur yang indah dan penuh makna telah disusun menampilkan unsur sederhana namun elegan, dengan ruang ibadah yang mampu menampung seluruh umat, serta area pelayanan pastoral dan kegiatan sosial.
Setiap sudut rancangan gereja mengandung harapan agar dari tempat ini lahir generasi Katolik yang beriman kuat, penuh kasih, dan siap melayani.
Sebagai bagian dari perjuangan ini, umat dan panitia mengadakan Charity Dinner atau malam dana pada hari Rabu tanggal 26 November 2025 di Restoran Angke Heritage, PIK 2. Jakarta
Acara ini bukan sekadar jamuan, melainkan peristiwa iman yang menyatukan banyak hati.

Para donatur, sahabat, dan tokoh masyarakat diundang untuk ambil bagian dalam kisah kasih pembangunan gereja kecil ini termasuk tokoh nasional Prof. Dr. Purnomo Yusgiantoro, mantan Menteri Pertahanan Republik Indonesia, yang dengan rendah hati turut memberikan dukungan dan semangat.
Beliau menyampaikan pesan yang sederhana namun mendalam: bahwa pembangunan gereja adalah bagian dari pembangunan manusia seutuhnya. Karena di dalam rumah ibadah, nilai-nilai moral, kemanusiaan, dan kebangsaan bertumbuh bersama.
Kehadiran gereja bukan hanya untuk umat Katolik, tetapi juga menjadi sumber kedamaian dan persaudaraan bagi seluruh masyarakat sekitar.
Malam itu nanti, di bawah cahaya hangat dan alunan musik lembut, setiap tamu undnagan diajak merasakan keindahan perjalanan ini. Ada rasa haru dijelaskan ketika panitia memperlihatkan tayangan foto-foto lama gambar umat yang berdoa di ruang sempit, anak-anak yang melayani di bawah tenda, serta para lansia yang dengan mata berbinar berkata, “Saya ingin sempat melihat gereja ini berdiri.”
Ini harapan dan penantian
Air mata dan senyum berpadu menjadi satu
tanda bahwa perjuangan ini bukan sekadar membangun tembok dan atap, tetapi membangun harapan.
Pembangunan Gereja Santo Vincentius a Paulo adalah kisah tentang kesetiaan kesetiaan umat kepada Tuhan, dan kesetiaan Tuhan kepada umat-Nya.

Di balik setiap bata yang akan diletakkan, ada doa yang dipanjatkan.
Di balik setiap rupiah yang disumbangkan, ada cinta yang tulus.
Dan di balik setiap langkah yang ditempuh, ada tangan Tuhan yang menuntun.

Kelak, ketika lonceng gereja pertama kali berdentang dan misa perdana dirayakan di dalamnya, umat Gunung Putri akan menatap langit dengan mata berkaca-kaca, bersyukur karena penantian panjang telah berakhir.
Namun sesungguhnya, perjalanan ini tak benar-benar selesai karena Gereja bukan hanya bangunan, tetapi hidup di dalam hati setiap orang yang percaya.
Inilah kisah iman yang lahir dari kesederhanaan, tumbuh dari harapan, dan berbuah dalam kasih.
Sebuah kisah yang akan dikenang bukan karena megahnya gedung yang berdiri, melainkan karena besarnya hati mereka yang membangunnya.

Dan dari Gunung Putri, sebuah doa mengalun pelan:
“Terima kasih, Tuhan, Engkau telah mendengar kerinduan kami.
Berkatilah Gereja-Mu yang akan kami bangun, agar menjadi tempat di mana kasih-Mu tumbuh dan berbuah untuk dunia.”

Salam dalam berkat Tuhan

Adharta
0816707101

Www.kris.or.id
Www.adharta.com

Leave a comment