Monthly Archives: November 2025

Gray divorce

Oleh : Adharta
Ketua Umum
KRIS

Kelapa Gading
Jumat
28 Nopember 2025

Cerpen no 025

Kisah Cinta di hari tua

“Setelah Rambut Memutih”

Tidak ada yang pernah membayangkan bahwa di usia 67 tahun, Kisno dan istrinya, Mariana, akan duduk berhadapan di ruang sidang pengadilan agama.

Mereka menikah lebih dari empat dekade tepatnya 45 tahun.

Pada usia itu, sebagian orang merayakan pernikahan emas, memberi doa panjang untuk kesetiaan, bukan mengakhiri cerita.

Di ruang tunggu pengadilan, Mariana memegang map cokelat berisi dokumen salinan akta nikah, fotokopi KTP, dan berlembar lembar bukti yang hampir tidak lagi penting untuk usia mereka.

Tangannya bergetar, bukan karena dingin, tetapi karena ingatan.
Di hadapannya, Kisno duduk kaku, menunduk seolah barisan kata telah lama habis dalam kepalanya.

Tidak ada teriakan. Tidak ada kemarahan. Yang ada hanyalah diam
diam yang panjang, dingin, dan melelahkan.
Kenangan yang Mengendap
Di rumah, foto pernikahan mereka masih tergantung. Pada foto itu, Mariana tersenyum malu-malu dengan kebaya putih.
Kisno muda berdiri tegak di sebelahnya, dada membusung penuh bangga.
Mereka membangun hidup dari nol. Rumah pertama mereka kecil, hanya dua kamar dan dapur yang bocor setiap hujan.
Tetapi di rumah kecil itulah mereka tertawa, bertengkar, berbaikan, dan memeluk anak-anak mereka ketika demam tengah malam.

Kisno bekerja keras. Ia jarang ada di rumah membuat Mariana belajar mengasuh anak sendirian.
Ia tidak pernah mengeluh di depan suami, tetapi diam-diam ia sering menangis ketika lelah terlalu larut.
Namun waktu berjalan dan luka kecil yang tidak pernah dibicarakan berubah menjadi tembok.

Setelah Anak-Anak Pergi
Anak pertama menikah dan pindah ke luar kota. Anak kedua bekerja di luar negeri, sesekali pulang setahun sekali. Rumah menjadi sunyi terlalu sunyi bagi dua orang yang sudah lupa cara berbicara dari hati ke hati.

Pada masa pensiun, ketika tidak ada lagi alasan untuk sibuk, barulah mereka sadar: mereka hanyalah dua orang asing yang tinggal di rumah yang sama.

Percakapan mereka berubah menjadi:
“Sudah makan?”
“Lampu garasi masih nyala.”
“Telepon dari anak.”
Tidak pernah lagi
“Apa yang kamu rasakan?”
“Masihkah kamu mencintaiku?”

Hari Ketika Semua Pecah
Pagi itu sederhana. Seperti pagi biasanya: teh panas dan roti tawar.
Mariana berkata pelan, tanpa menatap
“Aku lelah, Kis.”
Kisno tidak menjawab.
Ia menunggu kalimat berikutnya dan kalimat itu datang seperti pisau yang lama ditunda.
“Aku ingin bahagia… bukan begini.”

Kisno menarik napas. Lalu ia berkata, tanpa suara bergetar:
“Aku juga.”
Dan sejak hari itu, mereka berhenti berusaha.
Seperti dua kapal yang pelan-pelan melepaskan tali di dermaga yang sama, lalu membiarkan arus membawa mereka ke arah yang berbeda.
Kesedihan Anak-Anak
Ketika kabar itu sampai kepada anak-anak mereka, tangis pun pecah.

Bukan karena haus akan drama, tetapi karena takut kehilangan rumah yang mereka kenal sejak kecil.
Anak bungsu menelepon sambil terisak:
“Mama, 45 tahun bukan main-main… apa Mama yakin?”
Mariana hanya menjawab:
“Nak… ada masa dalam hidup ketika tinggal bersama luka lebih menyakitkan daripada berpisah.”

Anak sulung menyalahkan ayah:
“Kenapa Ayah diam? Kenapa tidak minta maaf? Tidak berusaha?”
Dan Kisno hanya berkata:
“Ayah sudah kehilangan caranya.”

Pada suatu malam, cucu pertama—usia lima tahun—bertanya polos:
“Kakek sama Nenek tidak sayang lagi?”

Pertanyaan itu menusuk lebih dalam daripada putusan pengadilan.
Karena di lubuk hati mereka, cinta itu tidak pernah mati hanya berubah bentuk menjadi sesuatu yang asing dan sulit dijelaskan.
Setelah Kata “Cerai” Diucapkan
Mereka pindah ke rumah masing-masing.
Mariana tinggal di rumah kecil yang ia beli dengan tabungannya sendiri.
Di rumah itu, ia mulai belajar hidup pelan: merawat tanaman, membaca buku, menulis jurnal.
Namun setiap malam pukul sembilan, ia masih menoleh ke kursi kosong di sebelah sofa
tempat Kisno biasa duduk saat menonton berita.
Sementara Kisno tinggal di apartemen dekat masjid. Ia mulai rutin ikut pengajian.
Ia belajar memasak sendiri
walaupun pada awalnya nasi buatannya keras seperti kerikil.
Kadang-kadang, tanpa sadar, ia menyiapkan dua gelas teh, lalu menatap gelas satunya lama-lama sebelum akhirnya menuangnya ke wastafel.

Dua Kursi Kosong di Acara Keluarga
Lebaran pertama setelah perceraian adalah yang paling menyakitkan.
Dulu, keluarga mereka selalu ramai. Kini, satu per satu anak dan cucu datang terpisah:
Sebagian ke rumah Kisno, sebagian ke rumah Mariana.
Tidak ada lagi foto keluarga utuh. Yang ada hanya potret terpisah seperti lembar buku yang robek.
Setelah semua pulang,
Mariana duduk sendirian, memandang meja makan panjang.
Ia berbisik ke udara:
“Seharusnya hari tua bukan begini…”

Di tempat lain, Kisno menatap langit malam dari balkon apartemen.
Ia menggenggam cincin pernikahannya yang masih tersimpan cincin yang tidak ia lepas, walaupun sudah tidak berguna secara hukum.
Ia berkata pelan, seperti berbicara kepada seseorang yang tidak lagi ada di sana:
“Maaf… aku tidak tahu bagaimana mencintai dengan cara yang kau harapkan.”

Setitik Cahaya
Waktu berjalan.
Tidak ada yang benar-benar sembuh, tetapi luka-luka itu mulai membentuk ruang baru
ruang untuk menata diri.
Suatu hari, di pesta ulang tahun cucu mereka, tidak ada pilihan selain duduk di meja yang sama.
Ada kikuk.
Ada jarak. Namun ada juga sesuatu yang lain: pengakuan akan sejarah panjang yang tak bisa dihapus.
Ketika semua orang sibuk bernyanyi, cucu bungsu menyodorkan boneka kecil pada mereka berdua dan berkata:
“Pegang sama-sama ya… biar nggak pisah lagi.”

Tangis pun jatuh bukan hanya dari mereka, tetapi dari anak-anak yang melihat betapa rapuhnya manusia ketika cinta berubah menjadi kenangan.
Mariana menatap Kisno sejenak.
Ia tersenyum bukan senyum kembali cinta, tetapi senyum lega seperti akhirnya mengerti:
“Ada cinta yang ditakdirkan untuk dikenang, bukan diperjuangkan lagi.”

Dan Kisno mengangguk pelan.
Tak ada janji untuk kembali.
Tak ada permintaan memulai dari awal.
Yang ada hanyalah pengakuan bahwa 45 tahun itu tidak sia-sia meski tidak berakhir seperti dongeng.

Akhir Kisah Cinta

Gray Divorce bukan sekadar perpisahan dua tubuh tua.
Ia adalah pecahan kisah panjang tentang cinta, luka, waktu, dan pilihan.
Kadang, pernikahan bertahan bukan karena dua orang selalu saling mencintai tetapi karena dua hati memilih untuk tetap tinggal.
Namun ketika pilihan itu tak lagi sanggup dijalani, maka perpisahan bukan hanya akhir tetapi juga bentuk lain dari merawat diri, merawat sisa hidup, dan merawat damai yang pernah hilang.
Karena cinta, pada akhirnya, tidak selalu berarti bersama.
Kadang, cinta berarti melepaskan
dengan doa, penghargaan, dan air mata yang jatuh diam-diam.

Www.kria.or.id

Www.adharta.com

Pentingnya “Terima Kasih”

Oleh : Adharta
Penasihat PPG
Ketua umum
KRIS

Angke Heritage
Rabu
26 Nopber 2025

VICO Night
Dalam kenangan

Saudara saudaraku
Sahabatky yang terkasih,

selamat malam dan salam sejahtera dalam kasih Kristus.

Malam ini adalah malam yang berbeda.
Malam yang bukan sekadar pertemuan, bukan sekadar acara formal, bukan sekadar Charity Night atau penggalangan dana.
Malam ini adalah malam penuh rahmat
Malam Dana, VICO Night: Vincentius a Paulo Compassion Night, di mana kasih diwujudkan, iman diteguhkan, dan pengharapan dinyalakan.

Saya, Adharta dalam pelayanan sebagai Penasihat PPG dan Ketua Umum KRIS
berdiri di hadapan Anda bukan sebagai seseorang yang ingin menyampaikan kata-kata indah, tetapi sebagai seseorang yang ingin mengucapkan dua kata sederhana, namun penuh kuasa dan makna
Terima kasih.
Terima Kasih
Dan
Terima kasih
untuk Anda Semua

Terima kasih kepada semua sahabat, umat, relawan, donatur, pelayan, panitia
Media Eljohn dan Media lainnya
baik yang menyumbangkan materi, waktu, tenaga, pikiran maupun doa

Anda semua adalah bagian dari karya Tuhan malam ini.

Dalam kebersamaan ini, sebenarnya telah terjadi tiga hal besar

Pertama
Kita berhasil mengumpulkan dana bagi pembangunan Gereja Santo Vincentius a Paulo
Sebuah kontribusi nyata dari umat yang peduli dan memiliki hati bagi Allah. Hasil yang terkumpul cukup signifikan bukan hanya karena jumlahnya, tetapi karena kasih di baliknya.

Kedua adalah Doa menyatukan kita dalam iman, harapan, dan kasih
Doa yang bukan sekadar rangkaian kata, tetapi ungkapan ketundukan kepada Tuhan yang menjadi pusat malam ini.

Inilah liturgi hidup doa yang bergerak melalui tindakan belas kasih.

Ketiga
Kita membangun komunitas baru
Malam ini memperkenalkan Gereja Santo Vincentius a Paulo kepada masyarakat luas
dan seperti sebuah pesta pernikahan, kita menyaksikan kelahiran relasi baru.
Dalam gambaran iman, Yesus adalah mempelainya dan Gereja adalah mempelai perempuan.

Dan malam ini, kita semua menjadi saksi kasih itu.
Sebuah Sentuhan Pribadi
Sahabatku, ada satu hal kecil yang ingin saya bagikan.
Entah mengapa, saya menemukan bahwa nama saya
Adharta
dalam bahasa Irlandia ternyata memiliki sebuah arti yang unik dan lucu.
Silakan nanti cek di Google Translate.

Saya yakin, setelah Anda temukan, Anda akan tersenyum.
Dan bagi yang tahu duluan mungkin Anda pantas mendapatkan hadiah dari saya

Nama hanyalah nama, tetapi maknanya dapat menjadi doa.
Begitu pula kata terima kasih sederhana, tetapi memiliki kekuatan rohani yang sangat besar.

Makna
“Terima Kasih”
Ada dua bagian besar dari makna kata

“Terima kasih” dan izinkan saya membaginya secara lebih mendalam.

Pertama
Pentingnya Arti “Terima Kasih” Kasih Tanpa Batas
Terima kasih adalah ungkapan cinta tanpa syarat.
Ketika seseorang berkata terima kasih, yang ia lakukan bukan hanya menghargai orang lain
tetapi juga mengakui bahwa ia tidak hidup sendirian.
Setiap kali kata “Terima kasih” keluar dari hati seseorang, seluruh
malaikat bersorak memuji Tuhan,
karena kata itu adalah bahasa kasih yang paling universal.

Terima kasih adalah bentuk kerendahan hati.
Ia mengatakan:
“Aku tidak bisa melakukan ini sendirian.”
“Aku menghargaimu.”
“Aku melihatmu.”
“Aku bersyukur.”

Dalam dunia yang sering penuh kesibukan, ambisi, persaingan, bahkan permusuhan
kata terima kasih adalah undangan untuk berhenti sejenak, menyadari bahwa hidup adalah anugerah.

Kedua
Arti Pentingnya Terima Kasih

Sumber Ketenangan dan Sukacita
Ketika kita mengucapkan terima kasih, sesuatu terjadi di dalam diri kita.
Hati menjadi lebih ringan, pikiran menjadi lebih damai, dan jiwa terasa lebih penuh.
Apabila ada
Kebahagiaan yang disimpan sendiri maka hasilnya hanyalah kesepian.

Tetapi kebahagiaan yang dibagikan akan menjadi berkat.
Itulah sebabnya orang membuat pesta.
Bukan untuk menunjukkan kemewahan atau keberhasilan,
tetapi untuk membagi sukacita.

Demikian juga malam ini malam ini bukan hanya tentang donasi.
Bukan hanya tentang meja, dekorasi, atau angka nominal.
Malam ini adalah pesta kasih.
Malam berbagi sukacita.

Dan itulah arti terdalam dari kata terima kasih
ketika syukur menjadi tindakan,
dan kasih menjadi nyata.

Teriring Doa dan Syukur
Sebelum saya menutup, izinkan saya mengajak kita merenung sejenak.
Jika malam ini kita dapat memberi itu karena Tuhan telah lebih dulu memberi kepada kita.
Jika malam ini kita dapat berbagi itu karena kasih telah lebih dulu menyentuh kita.

Dan jika malam ini kita dapat bahagia itu karena kita tidak hanya menerima, tetapi juga belajar memberi.

Semoga kata “Terima kasih” tidak pernah menjadi kata yang sekadar kita ucapkan.

Biarlah ia menjadi:
Nafas rohani
Bahasa cinta
Jembatan persaudaraan
Dan benih harapan bagi gereja

Damai sejahtera serta suka cita menyertai anda dan keluarga

Adharta

Www.kris.or.id
Www.adharta.com

Doa Malam Vico Night

Atas nama bapa
Dan putera dan roh kudus
Amin

Ya
Allah Bapa yang Mahakudus,
pada malam penuh rahmat ini kami berhimpun
dalam satu iman, satu harapan,
untuk memohon berkat-Mu
atas karya suci pembangunan
Gereja Katolik Vincentius a Paulo,
Gunung Putri – Bogor.

Kami serahkan kepada-Mu para donatur,
yang dengan hati murah dan tulus
menyambut panggilan kasih dari-Mu.
Limpahkanlah rezeki, kesehatan, dan damai
agar setiap persembahan mereka
menjadi dupa harum yang naik ke hadirat-Mu.

Kami doakan Pastor Kepala,
para pelayan umat,
serta seluruh umat paroki yang Kau percayakan.
Teguhkanlah mereka dalam iman,
kuatkanlah dalam pengharapan,
dan satukanlah dalam cinta kasih Kristus
yang mengalir tanpa akhir.

Kami mohonkan pula berkat-Mu
bagi panitia dan semua pendukung acara
yang bekerja tanpa pamrih.
Sucikan niat mereka
dan jadikan setiap usaha
sebagai bagian dari karya keselamatan-Mu.

Ya Tuhan,
Ya Allahku

jadikanlah malam ini persembahan syukur,
di mana hati kami menyatu
dalam kerinduan akan Rumah-Mu.
Semoga dari kebersamaan ini tumbuh benih berkat
yang kelak berdiri menjadi Gereja-Mu yang kudus,
tempat kami memuji dan memuliakan nama-Mu.

Bunda Maria
Bunda penolong
Dekaplah kami
Dan bungkus doa kami bust puteraMu yang pasti akan menolong kami

Terima kasih
Roh kudus
Roh pembimbing kami
Satukanlah langkah kami dalam suka cita surgawi

Dalam nama bapa
Dan putera dan Roh Kudus

Amin

Adharta
Penasihat PPG
Ketua umun
KRIS

VICO NIGHT H-1

Kisah Keluarga

Penggalangan Dana Pembangunan Gereja Santo Vincentius a Paulo

H-1

Menuju VICO Night

Oleh : Adharta
Penasihat PPG
Ketua Umun
KRIS

Pengharapan yang paling besar karena ada hari esok

Sahabat baikku
Penggalangan Dana Gereja Santo Vincentius a Paulo
Tingal 1 hari lagi

hari itu adalah hari yang telah lama kita nantikan, hari yang mungkin tidak akan terlupakan sepanjang hidup kita
VICO Night,

malam ketika harapan, doa, dan cinta kasih umat bersatu demi sebuah mimpi suci

Pembangunan Gereja Santo Vincentius a Paulo.

Ketika matahari sore mulai turun hari ini, ada rasa yang sulit dijelaskan.

Seakan-akan langit pun ikut memandang persiapan kita dengan penuh harap.
Dan di balik semua kesibukan, ada sebuah cerita yang selama ini menjadi alasan mengapa gereja ini harus berdiri.

Sebuah kisah sederhana, namun cukup kuat untuk membuat siapa pun meneteskan air mata.

Beberapa bulan lalu, seorang anak kecil bernama Maria, usianya baru delapan tahun, datang bersama ibunya ke tanah tempat gereja itu akan dibangun.
Ia tidak membawa apa pun, hanya sebuah rosario kecil dari plastik yang sudah mulai pudar warnanya.

Maria merunduk, lalu memeluk ibunya sembari berbisik lirih,
“Mama… kapan kita punya gereja sendiri?

Aku ingin berdoa untuk Papa tanpa kehujanan lagi.”

Sang ibu hanya tersenyum, tapi air matanya jatuh tanpa bisa ia cegah.

Suaminya
ayah Maria
meninggal dunia dua tahun lalu karena sakit.

Maria
Anak kecil itu selalu berdoa untuk almarhum ayahnya, namun selalu di tempat seadanya kadang di bawah tenda, kadang di sudut ruangan rumah umat lain, kadang bahkan hanya di pinggir jalan saat mengikuti prosesi.

Ketika relawan pembangunan gereja mendekat dan menanyakan apa yang sedang ia lakukan, Maria mengulurkan rosario kecilnya.
“Ini satu-satunya harta yang aku punya,” katanya.

“Kalau ini bisa bantu bangun gereja… aku kasih.”

Semua orang terdiam.
Tidak ada kata-kata yang cukup kuat untuk menggambarkan momen itu.

Rosario plastik itu kini disimpan dengan sangat hati-hati
bukan karena nilainya, tetapi karena air mata dan harapan yang menyertainya.

Karena dari seorang anak kecil, kita belajar
cinta bukan soal besar kecilnya pemberian, tetapi seberapa besar hati yang kita sertakan.

Hari ini, ketika kita tinggal satu hari menuju VICO Night,
kisah itu menggema kembali.
Maria omengingatkan kita bahwa gereja yang hendak kita bangun ini bukan hanya bangunan fisik.

Gereja ini adalah rumah doa bagi setiap Maria yang sedang berjuang menguatkan imannya.

Gereja ini adalah tempat bagi para orang tua yang datang membawa syukur dan luka hidup mereka.

Gereja ini adalah ruang teduh bagi mereka yang letih, patah, dan membutuhkan kehadiran Tuhan dalam keheningan.

Dan mungkin, tanpa kita sadari, gereja ini juga akan menjadi tempat bagi kita sendiri suatu hari nanti
saat kita jatuh, saat kita kehilangan, saat kita merasa kosong, atau saat kita membutuhkan secercah cahaya dari surga.
Dimana saja

Di balik layar persiapan acara, para panitia telah bekerja tanpa lelah.
Ada yang datang paling awal dan pulang paling akhir.
Ada yang diam-diam menanggung kekurangan dana demi menutup celah agar acara ini tetap berjalan.

Ada yang menjual barang pribadi, ada yang menyisihkan gaji bulanannya, ada pula yang berdoa semalaman agar Tuhan menyertai setiap langkah.

Semua itu dilakukan bukan untuk dipuji, bukan untuk dikenang, melainkan karena cinta yang tulus bagi Tuhan dan sesama.

Banyak dari kita mungkin tidak menyadarinya, namun setiap orang yang membantu
sekecil apa pun kontribusinya
telah menjadi bagian dari sejarah rohani yang kelak akan diceritakan turun-temurun:
bahwa pada suatu masa, umat Santo Vincentius a Paulo pernah bersatu, bergandeng tangan, dan membangun rumah Tuhan dengan air mata, pengorbanan, dan cinta yang luar biasa.

Esok malam, ketika lampu-lampu menyala, ketika musik mulai mengalun, ketika setiap tamu mengambil tempat duduknya, mari kita ingat satu hal

VICO Night bukan sekadar acara.
Ini adalah momentum iman.
Momentum harapan.
Momentum cinta kasih yang hidup.
Dan ketika kita memberi, kita bukan hanya membantu membangun sebuah gereja.
Kita sedang membangun masa depan iman.

Kita sedang membangun tempat di mana anak-anak seperti Maria bisa berlutut dan berdoa tanpa takut kehujanan.
Kita sedang membangun ruang bagi jiwa-jiwa yang membutuhkan keheningan untuk bertemu Tuhan.

Kita sedang membangun warisan rohani bagi generasi yang belum lahir.
Tinggal satu hari lagi.
Satu hari menuju malam di mana air mata mungkin akan jatuh, bukan karena kesedihan, tetapi karena haru melihat betapa besar kasih Tuhan yang bekerja melalui kita semua.

Semoga hati kita tergerak.
Semoga pengorbanan kita berkenan.
Dan semoga Gereja Santo Vincentius a Paulo benar-benar berdiri
bukan hanya dari batu dan semen, tetapi dari cinta, iman, dan air mata umatnya.
Amin.

Salam dan berkat
Bersama Bapa Uslup
Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM
Hadir bersama anda

Adharta

Www.kris.or.id
Www.adharta.com

Kisah Keluarga

Oleh : Adharta
Ketua Umum
KRIS

Kisah keluarga ini belum lengkap karena tidak diceritakan termasuk anak Cucu
Tapi paling tidak sudah bercerita tentang kakak adik mungkin di kemudian hari bisa di buat buku termasuk anak cucu dan cicit
Semoga

Sahabatku semua yang terkasih

Di dunia yang begitu luas dan hiruk-pikuk, satu tempat yang tak pernah berubah adalah keluarga.

Dan bagi saya, keluarga adalah anugerah terbesar yang Tuhan titipkan.

Kami bersepuluh bersaudara
lima laki-laki dan lima perempuan
dan hidup dalam suasana sederhana, damai, dan penuh kasih.

Masing-masing dari kami membawa cerita, pergumulan, dan keunikannya sendiri, namun tetap terikat oleh satu hal cinta keluarga yang tidak pernah putus.

Akar Cerita
Papa dan Mama
Kisah kami tidak bisa dimulai tanpa menceritakan dua sosok yang menjadi fondasi kehidupan kami
Papa dan Mama.

Papa, Johnny Ongko (Ong Soei Ping)
lahir dan besar di Fuzhou, Tiongkok. Hidupnya penuh perjuangan sejak muda. Beliau ikut Kakek merantau ke Indonesia dan akhirnya bekerja di PELNI.
Dari Surabaya hingga pulau-pulau kecil di timur Indonesia, Papa hidup bersama laut.
Ombak, angin, dan pelabuhan menjadi sahabatnya.
Beliau penyayang, tegas, dan memiliki ketekunan yang luar biasa.
Tuhan memberinya umur panjang
95 tahun
dan di sepanjang hidupnya, Papa tak pernah kehilangan kerendahan hati.

Mama, Magdalena,
(Tjia Soei Tju)
sosok perempuan lembut namun kuat. Beliau mengasuh kami dengan kasih yang tak terhingga. Beliau mendidik kami untuk saling mengasihi, saling menjaga, dan tidak meninggalkan satu sama lain.
Hobbynya masak memasak
Mie rebus Lumpia kue perut ayam bubur asin
Wah semua masak sendiri
Tangannya dingin
Kerja Roti menjahit membuat makanan
Jualan sejak kami kecil kecil
Bikin kue kering

Mama pergi di usia 73 tahun, namun kasihnya tetap mengalir dalam darah kami sampai hari ini.

Kalabahi, Pulau Alor
Tempat Semua Dimulai
Kami semua lahir di Kalabahi, Pulau Alor, NTT. Di sana Papa pernah menjadi Kepala PELNI.

Pulau kecil itu, dengan angin asin laut dan debur ombak yang lembut, adalah saksi bisu dari masa-masa awal keluarga kami. Kenangan kami bertebaran di sana
tawa, tangis, menyanyi bo lele bo
Mau faliye
Semua kebersamaan, dan mimpi-mimpi kecil kami.
Di Alor, kami hidup dalam ketercukupan, bukan kemewahan. Namun justru dari situlah tumbuh rasa syukur, kemandirian, dan semangat untuk selalu berjuang.

Mari mengenal kakak adikku

Kakak Nomor 1 July Ongko

Kakak perempuan tertua kami, July, adalah seorang suster perawat di Rumah Sakit Adi Husada Surabaya. Hidupnya dikhususkan untuk melayani sesama. July adalah pelita bagi orang sakit, dan setiap orang yang mengenalnya pasti merasakan ketulusan hatinya.
Namun Tuhan memanggilnya terlalu cepat karena Asma berat
July meninggal di usia 30 tahun karena asma. Kepergiannya meninggalkan luka, namun juga teladan
bahwa hidup yang singkat bisa menjadi berkat bagi banyak orang.

Kakak Nomor 2 Ming atau George Artha
Kakak kedua kami, Ming atau George
tinggal di Jakarta. Beliau seorang ayah dengan empat anak.
Salah satu anaknya, Dr. Ir. Ridwan, dikenal sebagai ahli manajemen yang disegani.
Kakak Ming adalah sosok yang bijaksana, pendiam namun penuh perhatian. Ia seperti penopang yang selalu ada ketika keluarga membutuhkan.
Penggemar kepala Ikan Medan baru di Griya Sunter

Kakak Nomor 3 Christina
Christina, tinggal di Kupang, adalah ibu dari Tony Dima, MM, Ketua KRIS NTT. Christina adalah perempuan kuat, penuh kasih, dan menjadi figur penting dalam jaringan keluarga kami terutama di Nusa Tenggara Timur.
Dialah penghubung, jembatan antara kami yang tinggal berjauhan. Ia selalu membawa cerita, kabar, dan kehangatan dari timur.

Kakak Nomor 4 Herline (Ay Hoa)
Nama yang indah, Herline, dan begitulah hidupnya. Ia adalah pengusaha tangguh, cekatan, dan pekerja keras yang tinggal di Surabaya.

Namun pada usia 51 tahun, Tuhan memanggilnya pulang. Kepergiannya menyisakan kekosongan yang besar, namun juga kenangan tentang kegigihan dan keberanian seorang perempuan yang pantang menyerah.

Kakak Nomor 5 Risal
Risal, Penasihat KRIS, tinggal di Bandung.

Seorang pengusaha kapal dan ahli bahan peledak.
Beliau aktif di gereja, suka bercanda, dan dikenal sebagai “gudang cerita”.
Jika keluarga adalah sebuah pesta, Risal adalah suara tawa yang paling keras.
Sosok yang membuat keluarga menjadi hangat.

Kakak Nomor 6 Steve
Steve, yang ulang tahunnya dirayakan hari ini, tinggal di Surabaya.
Beliau lulusan Teknik Mesin Trisakti tahun 1973. Attitudenya sederhana
rajin, tekun, dan tak pernah mengeluh.
Hobbynya cari makan enak ya
Kalau ke Surabaya tidak lupa aku diajak ke Tahu Campur di Kalasan
Kalau ada pak Dahlan Iskan
Sama doyan annya Duren

Hubungannya dengan gereja begitu erat hingga banyak orang mengenalnya sebagai sosok yang selalu siap membantu. Hidupnya adalah bukti bahwa kesetiaan pada pelayanan membawa kedamaian.

Kakak perempuan Nomor 7 Elianora

Elianora, pengusaha logistik di Surabaya, adalah pribadi yang kuat, tegas, namun berhati lembut.
Beliau menjaga keluarga dengan mata dan hati seorang kakak perempuan sejati.

Saya Anak ke-8
Saya sendiri adalah anak ke-8.
Tinggal di Jakarta, lulusan Teknik Sipil Trisakti tahun 1977, dan MBA Prasetiya Mulya tahun 1984. Jalan hidup membawa saya menjadi Ketua Umum KRIS.
Saya tidak sempurna, namun satu hal pasti saya mencintai keluarga saya. Segala perjuangan saya hari ini adalah warisan dari Papa dan Mama
ketekunan, kasih, dan kerendahan hati.

Adik laki laki Nomor 9 Freddy
Freddy, tinggal di Kupang, adalah Penasihat KRIS.

Beliau aktif di Gereja Bethany dan pemilik Hotel Ima Kupang.

Freddy dan istrinya, Mariana, adalah pilar KRIS NTT. Mereka mendukung program stunting di TTU, membantu penanganan COVID-19, dan tak pernah menolak jika diminta membantu.

Freddy adalah gambaran adik yang setia pada keluarga dan Tuhan
Dan masyarakat.

Adik perempuan Nomor 10 Monalisa
Adik saya
Yang bungsu, drg. Monalisa, tinggal di Singapura.
Jika ada urusan rumah sakit, perawatan, atau kesehatan di Singapura, dialah “peta hidup” yang tahu semuanya.
Ia cerdas, perhatian, dan selalu menjadi tumpuan keluarga saat ada yang sakit.

Sejak saya sakit operasi berulangkali di Singapura
Drg Monalisa selalu mendampingi istri saya Magdalena
Dalam suka dan kesulitan aku mauki bersama Drg Monalisa
Mulai operasi Jantung sampai terakhir pasang ICD

Kekuatan Kami
Hidup Rukun & Damai

Meski perjalanan hidup kami penuh badai
kehilangan orang tersayang, perjuangan ekonomi, merantau ke banyak kota

kami tetap hidup rukun dan damai.
Kesederhanaan hidup membuat kami mengerti arti saling menopang.

Kami tidak kaya harta, tetapi kami kaya cinta.

Kami tidak selalu sempurna, tetapi kami selalu bersama.
Kenangan yang Tak Terlupakan
Ada banyak kenangan kecil yang menjadi perekat keluarga

Papa menggandeng kami ke pelabuhan, memperlihatkan kapal-kapal besar sambil bercerita tentang ombak dan badai.

Mama memasak hidangan sederhana, namun rasanya seperti cinta yang dituangkan di piring.
Malam-malam di Kalabahi, kami duduk di teras rumah, melihat bintang yang seakan jatuh ke laut.

Tawa kami saat berkumpul; tangis kami saat kehilangan
doa kami yang tak pernah putus.
Itulah kekayaan sejati keluarga kami.

Akhir kata
Keluarga besar kami adalah bukti bahwa cinta tidak selalu lahir dari kemewahan, tetapi dari hati yang saling menjaga.
Kami lahir dari kesederhanaan, namun tumbuh dengan kekuatan untuk saling menopang.

Saya bangga menjadi bagian dari keluarga ini.
Saya bangga memiliki kakak dan adik yang rukun, penuh kasih, dan satu hati.

Dan setiap kali saya melihat ke belakang, saya tahu apa pun yang telah saya capai hari ini di KRIS, di pekerjaan, dalam hidup adalah karena saya dibesarkan oleh keluarga yang penuh cinta.
Inilah keluarga kami.

Inilah warisan Papa dan Mama.
Inilah kisah buat anak anak dan cucu cucu
Kelak kalian semua mewarisinya

Aliran air mata suka cita menutup kisahku

Adharta

Www.kris.or.id
Www.adharta.com

VICO NIGHT H-2

Menjelang Vico Night
Angke Heritage PIK2

Oleh : Adharta
Penasihat PPG
Ketua Umum
KRIS

Jembatan antara dua Cinta dan Kasih

Gunung Putri
23 Nopember 2025

Cinta itu menerima apa adanya

Kasih itu memberi dengan tulus

Pertemuan antara Cinta dan Kasih
Ibarat
Bulan menyinari Bumi di Malam hati
Dan Matahari menghangatkan Bumi dengan Terang KasihNya

Sahabatku
Dalam dua hari ke depan, kita akan menyambut Vico Night, sebuah malam kehormatan yang dipersembahkan bagi karya pelayanan dan solidaritas sesama.

Namun hingga saat ini, kami menyadari bahwa donasi yang masuk masih sangat terbatas, dan penjualan dan dustribusi tiket masih sangat terbatas sekitar baru mencapai 50%.
Kondisi ini mendorong kami untuk menyampaikan ajakan dengan penuh ketulusan dan rasa hormat.

VICO Night bukan hanya sebuah acara seremonial.
VICO atau Vincentius a Paulo Compassion

adalah komitmen dalam ruang di mana kepedulian diterjemahkan menjadi tindakan nyata
di mana setiap kontribusi akan memberikan harapan bagi mereka yang tengah menghadapi kesulitan hidup.

Dalam momen ini, kami hendak mengajak para sahabat dan donatur untuk membuka hati, melihat lebih jauh dari sekadar angka, dan menyadari bahwa setiap dukungan kecil maupun besar memiliki nilai kemanusiaan yang sangat berarti.
Melalui kehadiran Anda, melalui donasi yang Anda berikan, kita sedang membangun
sebuah jembatan pengharapan
Antara CINTA dan KASIH
Dimana nantinya
Kita menunjukkan bahwa dalam kehidupan sosial, kepedulian bukan hanya slogan, melainkan komitmen yang diwujudkan dengan ketulusan.

Kami percaya bahwa kebesaran sebuah acara tidak hanya diukur dari kemeriahannya, tetapi dari seberapa besar dampak yang mampu dihasilkan bagi mereka yang membutuhkan uluran tangan.

DOAKU

Tuhan yang Maha Pengasih,
kami memohon bimbingan-Mu agar hati kami selalu peka terhadap penderitaan sesama.

Kuatkan kami untuk mengambil bagian dalam karya kebaikan ini, dan berkatilah setiap donasi, yang datang dari para Donatur para Tamu yang akan hadir
Dimana kami tahu bentang jarak ke PIK2 cukup jauh dan Macet namun
setiap langkah, dan setiap niat baik yang terlahir dari keikhlasan.

Semoga VICO Night
Engkau jadikan malam yang membawa cahaya, Terang kedamaian, dan manfaat bagi banyak jiwa yang membutuhkan

Kabulkanlah doa kani

Amin.

Adharta

Www.adharta.com

Www.kris.or.id

VICO NIGHT H-3

Vincentius a Paulo memanggil Anda

Oleh : Adharta
Penasihat PPG
Ketua Umum
KRIS

H-3
Menuju VICO Night

Sahabatku
Temanku falam Kasih Karunia Tuhan Kita Yesus KRISTUS

Mari turut membangun Gereja

Suara hati berseru
Di antara desir angin pagi dan cahaya yang menatap perlahan,
hadirlah sebuah panggilan lembut dari Gunung Putri.

Gereja kecil Vincentius a Paulo, yang sedang dibangun dengan harapan, akan mulai
menyimpan doa-doa yang belum selesai diukir,
Kami sedang menanti dan
menunggu sentuhan kasih dari hati Anda yang tergerak.

Setiap batu bata yang ditata bukan sekadar bangunan,
melainkan wujud iman yang tumbuh,
tempat jiwa-jiwa bersandar,
tempat anak-anak belajar mencintai Tuhan,
tempat keluarga berkumpul dalam mencari damai.
Dan di sanalah, uluran tangan para Dermawan
menjadi cahaya yang menuntun perjalanan rohani banyak orang.

Kami mengajak Anda para sahabatku
penyayang, pelayan kasih
untuk menjadi bagian dari karya agung ini.

Bersama kita menguatkan fondasi,
bersama kita merajut harapan umat,
bersama kita menghadirkan rumah Tuhan
yang berdiri kokoh bagi generasi hari ini dan esok.

Dan sebagai ungkapan syukur serta kebersamaan,
kami mengundang Anda hadir dalam
VICO Night,

(Vincentius A Paulo Compassion Night)

Sebuah malam persaudaraan dan kepedulian,
di Angke Heritage,
Rabu 26 November 2025.

Mari hadir, berbagi sukacita,
dan bersama menyalakan cahaya kasih
yang tidak pernah padam.

Kami Menanti Anda

Adharta

Catatan
Undangan masih tersedia
Hubung
Call Centre
08119620888
Tuhan memberkatii

VICO NIGHT H-4

menuju VICO Night 2025, sebuah malam penuh persahabatan, harapan, dan karya kasih.

Pada Rabu, 26 November 2025, kita berkumpul di Angke Heritage PIK2 untuk sebuah tujuan mulia: mendukung pembangunan Gereja Santo Vincentius a Paulo.

Oleh : Adharta Penasihat PPG Ketua Umum
KRIS

Kota Intan
Jumat
21 Nopember 2025

Sahabatku
Saya
Mengundang Anda semua untuk hadir dalam perjalanan iman yang indah ini.

Kisah Cintaku
Selama proses penggalangan dana yang hanya berlangsung 20 hari, saya ingin cerita bahwa saya mengalami hal yang luar biasa.

Bayangkan, hampir 30 sahabat baru hadir dalam hidup saya
bukan karena saya mencarinya, tetapi karena para sahabat memperkenalkan sahabat mereka yang lain.

Ada yang Katolik, ada pula yang non-Katolik, semua datang dengan satu niat
ingin membantu membangun Gereja.
Sanyo Vincentius a Paulo

Benarlah pepatah itu:

“A friend of my friend is my friend.”

Dan saya merasakannya setiap hari penuh suka cita dan penuh kebahagiaan

Suatu sore, saya menikmati makan malam nasi uduk
Kota Intan di Jalan Samanhudi tempat yang tidak pernah sepi.

Tiba-tiba telepon saya berdering tanpa henti.

Biasanya orang lebih sering menghubungi lewat WA, tapi malam itu berbeda.

Telepon datang dari Singapura, Australia, bahkan Eropa.

Saya tersenyum sendiri: betapa besar sukacita ketika nama saya diperkenalkan dari satu sahabat ke sahabat lainnya.

Namun ada juga kabar yang membuat hati terenyuh. Seorang sahabat di Eropa menelpon dengan suara bergetar, mengabarkan bahwa ia harus menjalani cuci darah karena gagal ginjal.
Ia mengalami ketakutan luar biasa dan bahkan panic disorder.

Kami berbicara cukup lama, dan saya mencoba menenangkannya.
Saya berkata,

“Kalau kita ingin berbahagia di Surga, ada satu syarat.”

Ia bertanya, “Apa itu?”
Saya jawab, “Kita harus bahagia dulu di dunia.”

Kami tertawa bersama karena ia tahu bahwa sebulan lalu saya pernah berkata, “Kalau mau bahagia, sering-seringlah memberi kolekte Terutama sumbanglah untuk membangun Rumah Tuhan.”

Sebelum menutup telepon, ia berkata,
“Adharta, jangan lupa bahagia, ya.”
Dan kata-kata itu menempel di hati saya.

Begitu pula dengan sekretaris saya, Rizka, yang mengingatkan bahwa memori handphone saya dan email sudah penuh.
Ia berkata, “Nanti Bapak tidak bahagia lho kalau semua foto dihapus.”
Saya tersenyum.

Memang benar tertawa adalah salah satu sumber kebahagiaan.

Malam ini, izinkan saya berbagi sebuah joke lelucon kecil bisa buat anda tertawa lebar

Ada seorang gadis cantik yang patah hati. Ia ingin menangis sepuasnya tapi malu.
Maka ia pilih pergi ke rumah duka dan menangis di depan sebuah peti mati sepuas puasnya bahkan mau menghabiskan air matanya

Tiba tiba Dua ibu datang menghampirinya dan berkata,
“Adik ketiga, jangan sedih.

Bagianmu juga sudah sudah kami siapkan dan kami memang menantikan kedatangan mu memang bapak sudah bilang ada yang ketiga jadi jangan khawatir bagian mu telah disiapkan: sepuluh miliar rupiah dan rumah di Pondok Indah.”

Si gadis berhenti menangis… dan langsung pingsan.

Memang benar: Jika kita tertawa, dunia ikut tertawa

Tetapi jika kita menangis, dunia bisa saja menertawakan kita.

H-4
menuju VICO Night.
Undangan masih 50%.
Mari kita viralkan.
Mari kita ajak teman teman untuk beli undangan sebanyak mungkin.

Mari kita buat panitia, Romo, para sahabat, dan bahkan Bapa Uskup ikut tertawa bahagia.

Viva Paroki Vincentius a Paulo

Bravo Panitia ViCO Night

Smile with me

Adharta

Www.kris.or.id

Www.adharta.com

VICO Night H-5

26 November 2025
Angke Heritage PIK 2

Pentingnya Membangun Gereja dan Gereja Membangun

Oleh: Adharta Penasihat PPG, Ketua Umum KRIS

Saudara-saudari
Sahabatku
yang terkasih,
Izinkan saya mengajak Anda berkhayal sejenak.

Bayangkan kita terbang ke sebuah planet yang jauh dari Bumi.
Di sana hidup makhluk yang mirip manusia mereka punya tubuh, ekspresi, perasaan, dan jumlah mereka banyak.
Kita tinggal beberapa waktu bersama mereka lalu kembali ke Bumi membawa sebuah pelajaran penting..

Selama hidup bersama mereka, kita melihat tiga hal mendasar.

Pertama, mereka memiliki budaya.
Karena di mana ada komunitas, di situ ada kebudayaan
bahasa, gerak, cara hidup, nilai, dan simbol yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Kedua, mereka berkembang biak. Kehidupan tidak berhenti
ada kelahiran, pertumbuhan, dan masa depan yang perlu dijaga.

Ketiga, mereka berkomunikasi dan membangun rumah tangga. Mereka hidup berdampingan, saling terhubung, dan membutuhkan relasi yang sehat agar komunitas mereka tidak hancur.

Dari tiga hal itu, saya melihat satu benang merah yang sama dengan kehidupan kita di Bumi: keberlangsungan hidup hanya mungkin terjadi bila ada kepercayaan, empati, dan kebersamaan.
Inilah yang saya sebut sebagai TEA
T – Trust (Kepercayaan)

E – Empathy (Empati)

A – Associate (Kebersamaan/Persekutuan)

Tanpa kepercayaan, komunitas itu akan punah.
Tanpa empati, mereka akan saling melukai.
Tanpa kebersamaan, tidak mungkin ada kedamaian.

Dan nilai-nilai ini juga yang menjadi dasar mengapa membangun gereja sangat penting, serta mengapa gereja juga membangun kita.

Gereja bukan hanya bangunan fisik.
Gereja adalah pusat budaya iman kita, tempat generasi dilahirkan secara rohani, dan ruang di mana setiap keluarga bertumbuh dalam cinta Tuhan. Gereja adalah rumah perjumpaan
ruang yang memulihkan, menguatkan, dan mengarahkan hidup.

Hari ini, Gereja Santo Vincentius a Paulo sedang berjuang mewujudkan rumah Tuhan yang layak, indah, dan kuat bagi umat. Namun perjuangan ini tidak mudah.

Target 400 tamu untuk VICO Night belum tercapai, dan waktu semakin singkat. Penggalangan dana yang dilakukan panitia pun masih jauh dari cukup.

Di sinilah kita diajak untuk menjadi bagian dari sebuah karya kasih.

Kita tidak hanya membangun tembok, tetapi membangun masa depan iman.

Kita tidak hanya menyumbang uang, tetapi menanam harapan bagi generasi.

Vincentius a Paulo Compassion Night
Atau VICO Night
pada 26 November 2025
Angke Heritage
Nanti bukan sekadar gala dinner.
Ini adalah panggilan untuk membuka hati, memperluas cinta, dan menguatkan komunitas umat Allah.
Ini adalah kesempatan untuk mengatakan,
“Saya hadir. Saya peduli. Saya ingin menjadi bagian dari karya Tuhan.”

Mari para donatur, sahabat gereja, dan pecinta karya pelayanan.
Mari kita wujudkan gereja ini rumah yang akan membentuk budaya iman, menumbuhkan generasi, dan menyatukan keluarga-keluarga dalam kasih Kristus.

Bersama, kita membangun gereja.
Dan bersama, kita dihidupkan oleh gereja.

Terima kasih
Sahabatku
Aku menanti

Www.kris.or.id

Www.adharta.com

Pembangunan Gereja Santo Vincentius a Paulo – Gunung Putri, Bogor H-6

Oleh : Adharta
Penasihat PPG
Ketua Umum
KRIS

Sebuah sore
Saya duduk menikmati makanan ringan
Bersama Istri saya Magdalena
Ada Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM fi dampingi Vikjen Pastor Yohanes Parto OFM

Senang bisa berdiskusi beberapa hal tentang pembangunan Gereja juga Umat dan kegiatan Keuskupan lainnya

Pada kesempatan tersebut Bapak Uskup menyampaikan perlu adanya keterlibatan Umat secara langsung dalam setiap kegiatan Pembangunan dan mengerti permasalahan yang dihadapi setiap gereja

Sore ini sayaenghadiri rapat Panitita Penggalangan dana
Pembangunan Gereja Santo Vincentius a Paulo di Gunung Putri Bogor

Saya sampaikan bahwa pembangunan sebuah gereja
adalah sebuah perjalanan panjang yang lahir dari doa, pengharapan, dan cinta umat. Di tanah yang dipenuhi harapan itu, para keluarga, anak-anak, orang muda, dan para lansia menanti hadirnya sebuah rumah doa yang layak—rumah di mana mereka dapat merayakan Ekaristi, menemukan penghiburan, dan membangun kehidupan rohani yang lebih kokoh.
Namun perjalanan ini tidak mudah. Hingga saat ini, pembangunan baru mencapai sekitar 30%, dan progres nyaris terhenti karena keterbatasan dana.

Setiap bata yang tersusun adalah hasil keringat para panitia, uluran kasih para donatur, dan iman umat yang berharap agar Gereja ini dapat segera berdiri.

Tetapi tanpa dukungan baru, langkah pembangunan terancam berhenti.
Di tengah perjuangan itu, kami juga melihat banyak kisah yang menggugah hati.

Ada seorang ibu lansia yang setiap hari mendoakan agar gereja mereka segera selesai—karena ia ingin sebelum menutup usia, ia masih bisa berlutut dalam keheningan, memuji Tuhan di rumah-Nya sendiri.

Ada pasangan muda yang berkata, “Kami ingin anak kami bertumbuh dalam lingkungan gereja yang kuat.”

Ada pula para OMK yang dengan sukarela membantu kerja panitia, percaya bahwa mereka sedang membangun warisan iman bagi generasi berikutnya.
Kisah-kisah kecil ini mengingatkan kita bahwa Gereja bukan sekadar bangunan, tetapi wadah kasih Tuhan bagi umat-Nya.

Dan kasih itulah yang memanggil kita untuk berbagi.
Karena itu, kami mengajak seluruh umat, sahabat, dan para dermawan untuk ambil bagian dalam perjuangan mulia ini.

Uluran tangan Anda akan menjadi cahaya bagi ribuan hati yang merindukan hadirnya Gereja Santo Vincentius a Paulo.

Seetiap kontribusi, sekecil apa pun, akan menjadi bagian dari sejarah iman yang tak ternilai.

Waktu semakin terbatas, tetapi harapan itu masih tetap membara. Melalui kerja sama dan kemurahan hati kita semua, pembangunan ini dapat kembali berjalan dan diselesaikan demi pelayanan umat.
Sebagai wujud syukur dan persatuan hati, kami mengundang Anda untuk hadir dalam acara penggalangan dana

VICO NIGHT
(Vincentius a Paulo Compassion Night)

26 November 2025
Angke Heritage PIK 2
Waktu : …….Selesai

Acara ini bukan hanya momen untuk membantu, tetapi juga kesempatan untuk merayakan kasih, mendengar kisah inspiratif, dan bersatu dalam misi membangun rumah Tuhan yang kita cintai.

Semoga Tuhan lmenyentuh hati kita untuk berbagi.
Kiranya Tuhan memberikan berkat-Nya, membimbing dan melindungi seluruh panitia, serta melimpahkan rahmat-Nya kepada para donatur dan semua yang berperan dalam usaha mulia ini.

Tuhan memberkati anda semua

Adharta

http://www.kris.or.id
http://www.adharta.com

Rekening
BCA
167 208 7672
An
PGPM
Vincentius a Paulo