Pergumulan Cinta Perjalanan Hati

Cerpen 017

Oleh : Adharta
Ketua Umum
KRIS

Beijing Medio Oktober 2020

Ditulis
Buat sahabatku
Maria

Awal dari Cinta

Langit Beijing sore itu seperti kanvas raksasa berwarna jingga keemasan.
Di tengah hembusan angin musim semi yang lembut,
Maria berdiri di depan cermin kamarnya, mengenakan cheongsam putih bersulam bunga peoni sebagai simbol cinta dan keberuntungan.

Hari itu adalah hari pernikahannya.
Di luar, musik lembut mengalun dari restoran klasik di Jalan Wangfujing, salah satu sudut paling hidup di jantung kota Beijing.
Lampion merah bergoyang perlahan, memantulkan cahaya ke wajah-wajah bahagia.

Kelvin, pria yang telah merebut hatinya sejak tahun pertama kuliah, berdiri menunggu di altar kecil yang dihiasi bunga sakura. Senyumnya menenangkan seperti matahari pagi.

Mereka mengucap janji di hadapan keluarga dan sahabat, dengan tawa dan air mata yang bercampur jadi satu.
Malam itu, pesta berlangsung hingga larut.
Di antara suara biola dan denting gelas anggur, Maria merasakan dunia berhenti sejenak seolah seluruh kebahagiaan dunia berhimpun di dadanya.

Perjalanan hidup
Cinta di Negeri Tirai Bambu

Maria bukan wanita biasa.
Da lulusan Beijing University dengan predikat summa cum laude, dan begitu lulus, ia langsung diterima di perusahaan BUMN besar sebagai supervisor muda.

Kariernya melesat cepat, dan banyak yang mengaguminya bukan hanya karena kecerdasan, tapi juga kerendahan hatinya.

Sementara Kelvin, lulusan psikologi, memilih jalan berbeda.
Ia bergabung sebagai konselor militer membantu para prajurit yang terluka secara mental setelah bertugas di medan perang.

Pekerjaan itu membuatnya sering absen dari rumah, tapi setiap kali pulang, ia selalu membawa senyum yang sama: hangat, tulus, penuh cinta.

Dua tahun pertama pernikahan mereka adalah masa-masa yang indah.
Mereka tertawa di dapur kecil, berbagi mie panas saat hujan turun, dan menulis surat cinta kecil di dinding rumah.

Ketika Maria mendapat promosi, Kelvin merayakannya dengan menari di ruang tamu sambil memutar lagu Mandarin lama.

“Cintaku padamu tidak butuh alasan,” kata Kelvin suatu malam, menatap Maria yang tertidur di pangkuannya.

“Kalau hidupku berakhir esok, aku ingin tahu bahwa aku pernah membahagiakanmu.”

Maria tersenyum dalam tidur. Ia tak tahu, kalimat itu kelak menjadi kenangan terakhir yang terus terngiang di hatinya.

Maria berkata
Kalau aku tiada kelak kamu orang pertama yang ada disisiku

Rencana Tuhan berbeda dengan Kita

Luka di Tengah Keindahan
Empat tahun berlalu.
Maria dan Kelvin dikaruniai seorang putra mungil bernama Sandy
bayi dengan mata bulat seperti ayahnya dan senyum lembut seperti ibunya.
Hidup mereka terasa sempurna. Setiap sore, Maria menunggu di balkon sambil memeluk Sandy, menantikan Kelvin pulang dengan seragam militernya yang berdebu.

Namun takdir sering kali tidak memilih waktu yang baik untuk memberi ujian.
Suatu pagi, telepon berdering.
Suara di seberang terdengar berat dan kaku.

“Maaf, Nyonya Kelvin…
suami Anda mengalami kecelakaan saat bertugas.
Ia tidak selamat.”

Dunia Maria runtuh dalam sekejap.

Suara di sekelilingnya lenyap.
Ia jatuh berlutut, memeluk telepon yang dingin, seakan dari sana ia bisa menarik kembali suara suaminya.
Malam itu, salju turun tipis di luar jendela putih dan senyap, seperti menutupi semua warna kehidupannya.
Hari-hari setelah itu berubah menjadi kabut.

Maria berhenti bicara.
Ia datang ke makam Kelvin setiap hari, duduk diam di bangku batu, membaca ulang surat-surat cinta lama.
“Kenapa kamu pergi begitu cepat?” bisiknya berulang kali.

Satu tahun berlalu. Ia masih menatap foto pernikahan mereka setiap malam.
Senyum Kelvin seolah hidup, tapi tak lagi bisa disentuh.

Panggilan jiwa

Angin dari Selatan
Suatu hari, ibunya menelepon dari Jakarta.
“Maria, datanglah ke sini sebentar.
Bawa Sandy. Udara di sini hangat, mungkin bisa menyembuhkanmu.”
Maria diam lama, menatap langit Beijing yang kelabu.
Akhirnya, ia mengemas beberapa pakaian dan terbang bersama Sandy menuju Indonesia.

Jakarta menyambut mereka dengan cahaya matahari yang lembut dan aroma hujan di sore hari.
Maria tinggal di rumah orang tuanya di Menteng.
Setiap pagi ia berjalan bersama Sandy ke taman kecil, mendengarkan suara anak-anak tertawa, sesuatu yang sudah lama tak ia rasakan.
Hari-hari di Jakarta terasa asing tapi perlahan menenangkan. Maria mulai belajar bahasa Indonesia dari tetangga dan sopir rumah.

Dalam waktu tiga bulan, ia sudah bisa berbicara dengan lancar dengan logat lembut dan intonasi yang membuat orang jatuh hati.

Hingga suatu hari, kabar datang dari Beijing:
Perusahaan tempatnya bekerja ingin membuka kantor perwakilan di Indonesia, dan mereka menginginkan Maria memimpin proyek itu.

Maria terdiam. Ada perasaan yang campur aduk rindu, takut, tapi juga panggilan hati yang kuat.

Mungkin ini cara Kelvin memintanya untuk bangkit.

Sebuah kebangkitan dari Luka

Maria menerima tawaran itu.
Ia kembali bekerja dengan tekad baru.

Dalam waktu singkat, ia berhasil menjembatani banyak investasi antara Tiongkok dan Indonesia. Media menulis tentangnya sebagai
“Wanita Baja dari Beijing”
cerdas, tegas, dan berjiwa pemimpin.
Namun di balik sorot kamera dan senyum profesional, Maria tetap menyimpan kesedihan yang dalam.
Setiap malam, setelah semua orang tidur, ia menatap langit Jakarta dan berbisik,
“Kelvin, kau lihat? Aku sudah belajar tersenyum lagi.”

Anaknya, Sandy, tumbuh menjadi anak yang lembut dan penuh kasih.
Ia sering memeluk ibunya dari belakang sambil berkata,
“Papa pasti bangga sama Mama.”

Dan setiap kali mendengar itu, air mata Maria jatuh perlahan bukan karena sedih, tapi karena hatinya mulai berdamai.

Suatu malam, Maria bermimpi.
Kelvin datang dengan pakaian putih, menatapnya dari kejauhan.

“Jangan lagi menangis, Maria,” katanya pelan. “Cintaku kini menjadi angin yang menemanimu setiap langkah.”

Saat terbangun, Maria merasa dada yang selama ini berat tiba-tiba terasa ringan.
Ia menatap foto pernikahan mereka di meja, dan untuk pertama kalinya dalam lima tahun, ia tersenyum tanpa air mata.

Sebuah Perjalanan Hati

Lima belas tahun telah berlalu sejak hari pernikahan itu.
Maria kini dikenal sebagai salah satu tokoh investor Tiongkok di Indonesia yang paling berpengaruh.
Ia tak pernah menikah lagi. Hatinya telah tertambat pada satu cinta yang abadi cinta yang tak lagi berupa kehadiran fisik, tapi menjadi cahaya yang membimbing setiap langkahnya.

Suatu pagi, Maria berdiri di depan cermin, kini dengan rambut yang sedikit beruban.
Sandy sudah dewasa, dan hari itu ia hendak berangkat ke Beijing untuk kuliah lagi.
Sebelum pergi, Sandy mencium tangan ibunya dan berkata,
“Mama, aku ingin ke makam Papa nanti.
Ada pesan untukku?”
Maria tersenyum lembut.
“Katakan padanya… aku sudah belajar tertawa tanpa dia, tapi tak pernah berhenti mencintainya.”

Ketika pesawat lepas landas, Maria duduk di taman, memandangi langit biru Jakarta. Di antara dedaunan yang bergoyang, ia merasakan hembusan angin lembut menyentuh pipinya
seolah ada tangan yang dulu pernah memeluknya dengan kasih.
Ia menatap langit, menutup mata, dan berbisik,
“Kelvin… perjalanan hatiku belum berakhir. Aku masih berjalan di jalan yang sama
jalan cinta yang kau mulai.”
Langit tampak lebih terang hari itu.
Mungkin karena cinta memang tak pernah benar-benar pergi.

Ia hanya berganti wujud — dari pelukan menjadi angin, dari kenangan menjadi kekuatan, dari air mata menjadi cahaya.

Adalah hati yang bernyanyi

Untuk Mereka yang Pernah Kehilangan
Hidup tak selalu memberi apa yang kita pinta.
Kadang, ia mengambil sesuatu yang paling kita sayangi untuk mengajarkan arti cinta sejati cinta yang tidak berhenti ketika maut datang, tapi terus hidup dalam setiap detak hati yang berani melangkah lagi.
Maria adalah saksi bahwa luka bisa menjadi jalan menuju cahaya.
Bahwa cinta sejati bukan tentang memiliki selamanya, tapi tentang mampu mencintai meski harus melepaskan.
Dan bagi setiap pasangan muda yang sedang berjuang di antara badai hidup

kebahagiaan bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan kekuatan untuk terus melangkah, bahkan ketika hati hancur.
Karena di ujung setiap kesedihan, selalu ada secercah harapan…
yang menunggu untuk ditemukan kembali.

✨ “Perjalanan hati bukan tentang sejauh apa kita berjalan, tapi seberapa dalam kita belajar mencintai bahkan dalam kehilangan.” ✨

Www.kris.or.id
Www.adharta.com

Leave a comment