Alor Surga di Timur Nusantara

Oleh : Adharta

Ketua Umum

KRIS

Kalabahi

Kamis

2 Oktober 2025

Kisah kasih

Diatas pulau Alor

Pagi itu, udara Kalabahi begitu segar, langit biru cerah tanpa awan, seakan menyambut setiap langkah kami.

Dari Hotel Pelangi, saya, istri, dan keluarga besar yang berjumlah dua puluh orang dengan empat mobil, bersiap memulai perjalanan menuju salah satu keajaiban alam Pulau Alor: Pantai Mali, yang terletak tak jauh dari bandara. Tujuan utama kami adalah melihat dari dekat penghuni laut yang unik dan langka, si lembut penjelajah samudera dugong.

Dalam bahasa Mandarin, dugong dikenal sebagai 美人鱼 (Měi rén yú), yang secara harfiah berarti ikan putri cantik atau mermaid.

Saya jelaskan kepada Hwa Dung, Guanjie, dan Guanyi bahwa masyarakat lokal sering menyebutnya sebagai “ikan duyung” atau “ikan orang cantik.”

Nama yang indah, sama indahnya dengan makhluk itu sendiri.

Dugong adalah lambang harmoni antara manusia dan laut, simbol betapa kayanya Pulau Alor yang masih menyimpan keaslian alamnya.

Alam yang Memikat

Alor bukanlah sekadar pulau biasa.

Ia adalah permata di ujung timur Nusa Tenggara Timur, surga yang belum sepenuhnya terjamah modernitas.

Pantai-pantainya masih alami, lautnya sebening kristal, terumbu karangnya menari-nari dalam warna, dan masyarakatnya hidup dengan keramahan khas daerah timur.

Ketika kami tiba di Pantai Mali, mata kami disuguhi panorama pasir putih bersih yang berpadu dengan air laut biru toska.

Ombak kecil berkejaran di tepi pantai, sementara di kejauhan terlihat bayangan hijau perbukitan yang menambah kesan megah.

Tidak heran jika banyak orang mengatakan: “Jika belum sampai Alor, berarti belum merasakan surga dunia.”

Dan memang benar. Setiap jengkal tanah Alor menyimpan pesona.

Bukan hanya lautnya, tapi juga pegunungan, perkebunan, dan desa-desa yang masih menyimpan tradisi leluhur.

Musim Buah yang Menggoda

Kebetulan, perjalanan kami kali ini berlangsung saat musim mangga dan kelapa.

Pohon-pohon di sepanjang jalan tampak berbuah lebat.

Mangga yang ranum berwarna kuning keemasan jatuh bergantungan, mengundang untuk dipetik. Kelapa muda segar pun menjadi pelepas dahaga terbaik dalam cuaca hangat tropis.

“Wah, luar biasa,” kata salah satu anggota keluarga sambil menikmati segarnya kelapa muda yang baru saja dibelah. Tidak ada minuman modern yang mampu menandingi kesegaran alami itu.

Menjelajah Pantai Pulau Buaya

Sehari sebelumnya, kami sempat menikmati indahnya pantai di depan Pulau Buaya, sebuah lokasi wisata yang kini dimiliki oleh Bapak Kornelius Retika. Pantai itu begitu tenang, air lautnya sebening kaca hingga ikan-ikan kecil terlihat jelas berenang di bawah permukaan. Anak-anak berlarian di pasir, sementara orang dewasa bersantai menikmati hembusan angin laut.

Menikmati Kuliner Khas Alor

Tak lengkap rasanya menikmati perjalanan tanpa mencicipi makanan khas daerah. Alor kaya dengan sajian tradisional yang menggugah selera.

Kami disuguhi berbagai hidangan yang bukan hanya mengenyangkan, tetapi juga menyimpan cerita panjang warisan nenek moyang.

Ada kue rambut, dengan bentuknya yang unik menyerupai helaian halus, manis legit di lidah.

Kue cucur yang gurih dan harum, kue wajik dengan rasa manis ketan yang melekat, singkong goreng sederhana namun nikmat, hingga pisang goreng yang hangat renyah. Jangan lupakan lumpia Alor dengan isian khas, serta mie Alor yang menggoda selera. Semua itu berpuncak pada sajian utama: ikan bakar segar yang baru diambil dari laut. Rasanya sungguh luar biasa—lezat, murni, dan otentik.

Kuliner Alor bukan sekadar makanan, melainkan sebuah perayaan atas kesederhanaan hidup yang berpadu dengan kekayaan alam.

Jejak Keluarga di Kalabahi

Selain keindahan alam, perjalanan kali ini juga membawa kami menelusuri jejak sejarah keluarga. Saya berkesempatan mengunjungi rumah kakek saya, Ong King Tjao, yang merupakan salah satu pendiri kota Kalabahi. Rumah itu kini telah menjadi cagar budaya, simbol peran serta keluarga dalam pembangunan kota. Berdiri di depan rumah bersejarah itu, hati saya dipenuhi rasa syukur sekaligus haru.

Kami juga menyempatkan diri untuk mengunjungi makam nenek saya, yang kami panggil Putri Ina Lipu. Beliau bukan orang sembarangan—salah satu putri raja Alor yang dikenal dengan kecantikan dan keanggunannya. Berziarah ke makam beliau menjadi momen refleksi, mengingatkan kami pada akar dan identitas yang melekat kuat di tanah kelahiran ini.

Pesona Budaya dan Masyarakat

Selain panorama alam, Pulau Alor juga mempesona dengan budaya masyarakatnya. Tarian tradisional, musik sasando, dan tenun ikat khas Alor adalah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Setiap helai kain tenun dibuat dengan tangan, penuh makna dan simbol yang menceritakan sejarah, status sosial, hingga doa yang terselip dalam motifnya.

Masyarakat Alor hidup dalam kebersahajaan, dengan nilai kekeluargaan yang kuat. Mereka menyambut tamu dengan senyum hangat, membuat setiap pengunjung merasa seperti pulang ke rumah sendiri.

Pulau yang Tak Terlupakan

Perjalanan ke Alor bukanlah sekadar liburan, melainkan sebuah pengalaman spiritual. Setiap sudutnya menyimpan kisah, setiap hembusan angin membawa kenangan, dan setiap langkah menegaskan rasa cinta pada tanah kelahiran.

Bagi saya pribadi, Alor bukan hanya indah karena laut, pantai, atau gunungnya. Ia indah karena menyimpan sejarah keluarga, akar kehidupan, dan identitas yang tak tergantikan. Dari rumah kakek yang kini menjadi cagar budaya, hingga makam nenek yang mulia, semuanya menegaskan bahwa Alor bukan sekadar tanah, melainkan tanah tumpah darah yang memberi arti sejati pada kata pulang.

Penutup

Pulau Alor adalah surga yang nyata. Keindahan alamnya begitu memikat, kulinernya menggoda, budayanya kaya, dan masyarakatnya ramah. Tak berlebihan jika saya mengatakan: “Jika belum sampai Alor, berarti belum merasakan surga dunia.”

Bersama keluarga, saya menyadari bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang wisata, tetapi tentang merawat kenangan, menghormati leluhur, dan mensyukuri anugerah Tuhan. Di Alor, kami tidak hanya berlibur, tetapi juga kembali ke akar, kembali ke asal, dan kembali pada rasa cinta yang paling murni untuk tanah kelahiran.

Leave a comment