Oleh : Adharta
Ketua Umum
KRIS
Singapura
No Yoru
September Medio
Sahabat ku Terkasih
Hidup sering kali berjalan dalam lingkaran waktu yang penuh misteri. Ada peristiwa yang pernah kita alami di masa lalu, lalu suatu hari seolah terulang kembali, membawa kita pada perasaan dejavu. Begitu pula perjalanan kesehatan saya. Pada tahun 1980, saya datang ke Singapura untuk berobat. Saat itu, saya ditangani oleh seorang dokter yang penuh dedikasi, Dr. John A Tambyah, di Rumah Sakit Mount Elizabeth Orchard. Dibantu Dr. Ong yang menjadi MOH Singapura.
Dari sana, akhirnya perjalanan saya membawa saya ke Mount Alvernia Hospital, sebuah rumah sakit yang mungkin kecil jika dibandingkan dengan nama-nama besar lain di Singapura, tetapi memiliki kehangatan, pelayanan, dan kasih yang sungguh luar biasa.
Kini, setelah 45 tahun berlalu, tepatnya Selasa, 16 September 2025, saya kembali menapaki jejak yang hampir sama. Kali ini bukan hanya untuk berobat, tetapi menjalani sebuah operasi penting: pemasangan ICD (Implantable Cardioverter Defibrillator) di jantung saya. Kehadiran istri tercinta, Lena, dan adik saya yang juga seorang dokter gigi, drg. Monalisa, menjadi pengawal penuh kasih yang membuat langkah saya terasa lebih ringan.
- Check-in di Mount Alvernia Hospital
Pagi itu, pukul 10.00, kami tiba di Mount Alvernia. Rumah sakit ini memang tidak sebesar rumah sakit megah lain di Singapura, tetapi ada sesuatu yang berbeda. Dari saat pertama kali memasuki lobi, saya merasakan suasana tenang, bersih, penuh keramahan. Seakan-akan setiap orang yang bekerja di sana bukan sekadar menjalankan tugas, melainkan benar-benar menghadirkan sentuhan kasih dan kepedulian. Kiri kanan saya melihat Salib tergantung simbol ke katolikan sangat hangat dan nyata. Saya ditangani langsung oleh Dr. Devinder Singh, seorang dokter spesialis jantung yang tidak hanya cerdas secara medis, tetapi juga bijak dalam tutur kata dan menenangkan hati pasien. Didampingi tim medis yang sigap, saya diarahkan untuk bersiap menjalani operasi. - Masuk Ruang Operasi theatre
Tepat pukul 11.45, saya dihantar menuju ruang operasi, atau theatre seperti yang biasa disebut di sana. Lima perawat menyambut saya dengan senyum dan ketangkasan yang menumbuhkan keyakinan. Mereka menyiapkan semua perlengkapan dengan teliti, namun tetap hangat dalam sikap. Kehadiran para dokter lain yang mendampingi Dr. Devinder Singh menambah keyakinan bahwa saya berada di tangan yang tepat. Beberapa menit kemudian, dokter anestesi menyapa saya dengan penuh kelembutan, lalu meminta saya untuk rileks. “Santai saja,” katanya, sambil menyuntikkan obat bius. Dalam waktu kurang dari satu menit, kesadaran saya menghilang, seolah saya tertidur dalam damai. - Proses Operasi
Operasi pemasangan ICD berlangsung sekitar 75 menit. Dalam rentang waktu itu, tubuh saya tidak sadar, namun hati saya yakin bahwa Tuhan bekerja melalui tangan para dokter dan perawat. Ketika akhirnya saya terbangun, ada rasa lega dan syukur yang begitu besar. Segala proses telah selesai dengan baik. Dr. Devinder Singh kemudian menjelaskan kembali kepada saya tentang fungsi ICD. Dengan sabar, beliau menunjukkan tayangan di layar besar televisi yang ada di ruangan. ICD adalah sebuah alat kecil, mirip dengan pacu jantung, yang ditanamkan di dalam tubuh untuk mencegah kematian mendadak akibat gangguan irama jantung berbahaya. Ketika jantung berdetak tidak normal, ICD segera memberikan terapi listrik kecil untuk mengembalikan irama jantung ke keadaan normal. Saya merasa tenang mendengar penjelasan itu, alat ini bukan hanya sebuah mesin, melainkan sahabat baru dalam tubuh saya, yang akan menjadi penjaga setia kehidupan. - Kembali ke Ruang Perawatan
Usai operasi, saya tidak ditempatkan di ruang ICU. Bukan karena keadaan saya tidak serius, melainkan karena semua ruang ICU saat itu penuh. Bahkan kamar VVIP yang biasanya menjadi pilihan, juga sedang tidak tersedia. Namun, justru di situlah saya melihat betapa Mount Alvernia mengedepankan kemanusiaan di atas formalitas. Saya ditempatkan di kamar kelas dua, sekamar berdua, tetapi khusus dikosongkan untuk saya seorang diri. Keputusan itu bukan sekadar soal fasilitas, tetapi juga soal penghormatan terhadap pasien. Saya merasa dijaga dengan penuh perhatian, meski tidak dalam ruangan termewah. Di situlah letak keunikan Mount Alvernia:
sederhana, namun sungguh luar biasa.
Rumah Sakit Kecil dengan Hati yang Besar, Mount Alvernia bukan rumah sakit yang mengejar kemegahan gedung atau kemewahan fasilitas. Sejak berdirinya pada tahun 1961, rumah sakit ini didirikan oleh para biarawan biarawati Fransiskan dari Kongregasi Divine Motherhood, dengan tujuan melayani sesama berdasarkan nilai-nilai Kristen dan ajaran Katolik. Pelayanan yang mereka berikan selalu menekankan kasih, kepedulian, dan kehangatan. Itulah yang membedakan Mount Alvernia dari rumah sakit lain. Di balik gedung yang tidak terlalu megah, tersimpan semangat pelayanan tanpa pamrih. Setiap tenaga medis bekerja bukan hanya untuk menyembuhkan penyakit, tetapi juga untuk menguatkan jiwa. Dan saya mengalaminya sendiri, sukacita dan rasa syukur
Hari itu menjadi salah satu momen paling penting dalam hidup saya. Saya tidak hanya menjalani sebuah prosedur medis, tetapi juga merasakan kasih Tuhan yang hadir melalui manusia-manusia pilihan-Nya. Dari dokter, perawat, hingga staff rumah sakit, semuanya adalah instrumen Tuhan yang bekerja dengan sepenuh hati. Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang memberikan kesempatan kedua dalam hidup saya. Saya bersyukur kepada istri saya, Lena, yang selalu mendampingi dengan cinta dan kesetiaan. Saya bersyukur kepada adik saya, drg. Monalisa, yang dengan keahliannya sekaligus kasih sayangnya, menjadi penyokong semangat saya. Saya juga bersyukur kepada Dr. Devinder Singh dan seluruh tim medis, yang menjalankan pekerjaannya dengan ketelitian dan kasih.
Tentang ICD: Penjaga Kehidupan
Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) adalah sebuah inovasi medis yang luar biasa. Bagi penderita gangguan irama jantung, alat ini ibarat penjaga tak terlihat yang selalu siaga. Ketika jantung berdetak terlalu cepat atau kacau, ICD segera memberikan kejutan listrik kecil agar irama kembali normal. Alat ini telah menyelamatkan jutaan nyawa di seluruh dunia, termasuk saya. Dengan adanya ICD, saya merasa lebih tenang dan percaya diri menjalani hidup. Saya tahu ada teknologi yang menjaga, namun lebih dari itu, saya tahu Tuhanlah yang mengizinkan teknologi itu ada demi keselamatan manusia.
Tidak lupa tim Pastoral Care hadir memberikan semangat baru, memberikan Doa, dan juga sangat nyata wartakan kasih Tuhan
Hari itu, Selasa 16 September 2025, akan selalu saya kenang sebagai hari sukacita. Bukan hanya karena saya selamat dari operasi, tetapi karena saya kembali diingatkan bahwa hidup adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri setiap hari.
Terima kasih, Mount Alvernia Hospital.
Terima kasih, Dr. Devinder Singh dan tim medis
Terima kasih kepada seluruh perawat yang telah melayani dengan kasih.
Terima kasih Dr. Nicolas Wanahita sebagai adviser kesehatan saya
Terima kasih Asuransi Prudential yang menanggung seluruh biaya perawatan saya yang jumlahnya tidak sedikit
Terima kasih Bapak Michael Richard seharian pusing mengatur financial Advicer dengan pihak Rumah Sakit dan Dokter
Terima kasih bagi semua keluarga dan sahabat yang tidak lelah mengawal dengan Doa yang dipimpin Bapak Zeno Christensen, Bapak Vincent, Bapak Teddy, Ibu Monica Joseph, Ibu Sandra, dan Tim Doa Jumat Pertama WMS. Special thanks kepada istri saya drg. Lena, dan adik saya drg. Monalisa, yang tidak pernah meninggalkan saya. Rumah sakit kecil ini mungkin tidak sebesar gedung-gedung megah lainnya, tetapi bagi saya, Mount Alvernia adalah tempat besar dalam kasih, besar dalam pelayanan, dan besar dalam arti kehidupan.
Semoga kisah ini menjadi saksi betapa kasih dan pelayanan tulus mampu memberikan harapan baru bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Adharta
Www.kris.or.id
Www.adharta.com
