Situasi dan Kondisi Jakarta dan Indonesia Pasca Demonstrasi

Jakarta, Rabu 3 September 2025

Oleh : Adharta
Ketua Umum
KRIS

Beberapa hari terakhir, suasana Jakarta masih berada dalam kondisi yang belum sepenuhnya pulih.
Meski inti demonstrasi telah selesai, namun sisa-sisa ketegangan sosial masih terlihat.

Di sejumlah titik, masyarakat masih berkerumun, sebagian tanpa tujuan jelas, sebagian lagi terbawa arus euforia massa.

Kerusuhan memang tidak lagi meluas, tetapi tetap ada titik-titik rawan yang memerlukan penanganan serius dari aparat keamanan.

Pidato Presiden yang menegaskan perlunya langkah tegas dari pemerintah menjadi sinyal kuat bahwa negara tidak boleh kalah dari kekacauan. Namun, yang menarik perhatian publik adalah munculnya insiden penjarahan, bahkan disebutkan beberapa anggota DPR dan seorang menteri ekonomi seperti Sri Mulyani ikut terdampak.

Hal ini menimbulkan tanda tanya besar: mengapa aparat seolah membiarkan, dan apakah ini bentuk strategi untuk menghindari korban jiwa?

Tulisan ini akan mencoba menimbang secara netral situasi tersebut, menguraikan untung dan rugi dari adanya demonstrasi, siapa yang diuntungkan dan dirugikan, serta langkah-langkah apa yang seharusnya ditempuh setelah demonstrasi berakhir.

Pada bagian tertentu saya akan memberikan pandangan pribadi sebagai bentuk refleksi.

Gambaran Situasi Jakarta dan Indonesia

Jakarta sebagai ibu kota selalu menjadi barometer stabilitas nasional.

Ketika Jakarta bergejolak, hampir pasti seluruh Indonesia merasakan dampaknya. Demonstrasi besar yang awalnya dimaksudkan untuk menyuarakan aspirasi, pada akhirnya sering berkembang menjadi kerumunan tanpa arah.

Di sinilah terjadi pergeseran: dari gerakan massa yang terorganisir menjadi kumpulan orang-orang yang sekadar ikut-ikutan.

Kerusuhan yang masih tersisa di beberapa titik menunjukkan adanya tiga kelompok berbeda:

  1. Pendemo murni mereka yang benar-benar datang untuk menyampaikan aspirasi.
  2. Massa oportunis – mereka yang hanya ikut-ikutan tanpa memahami isu.
  3. Kelompok anarkis – mereka yang memanfaatkan situasi untuk menjarah atau menimbulkan ketakutan.

Dari sisi aparat, kehadiran TNI dan Polri cukup efektif menekan eskalasi.

Namun kritik tetap muncul, terutama saat terjadi penjarahan di beberapa pusat ekonomi. Tindakan yang dianggap terlalu pasif atau membiarkan peristiwa terjadi menimbulkan kecurigaan bahwa ada kalkulasi politik maupun keamanan di balik itu.

Untung dan Rugi dari Demonstrasi

  1. Keuntungan

Meskipun kerusuhan membawa banyak kerugian, demonstrasi tetap memiliki sisi positif

Aspirasi tersampaikan: Demonstrasi adalah saluran demokratis untuk mengingatkan pemerintah bahwa ada suara rakyat yang harus didengar. Tanpa demonstrasi, aspirasi bisa terpendam.

Kontrol sosial
Demonstrasi menegaskan bahwa kekuasaan tidak absolut. Pemerintah dipaksa untuk mendengar dan menimbang kembali kebijakan yang diambil.

Kesadaran publik :

Isu yang tadinya hanya dibicarakan terbatas bisa menjadi pembicaraan nasional.

Misalnya, kebijakan ekonomi, ketidakadilan, atau korupsi.

Kebangkitan solidaritas: Dalam situasi tertentu, masyarakat bisa bersatu memperjuangkan hal yang dianggap benar.

  1. Kerugian

Namun, sisi negatif jauh lebih nyata terlihat, terutama jika demonstrasi berkembang menjadi kerusuhan

Kerusakan fasilitas umum: Gedung, jalan, transportasi, dan infrastruktur rusak, yang biaya perbaikannya ditanggung oleh negara (artinya rakyat juga yang menanggungnya dan membiayai).

Kerugian ekonomi: Aktivitas perdagangan terhenti, investor kehilangan kepercayaan, dan citra Indonesia di mata dunia menurun.

Ketidakamanan sosial

Penjarahan dan anarki menimbulkan rasa takut, terutama bagi masyarakat kecil yang paling rentan.

Polarisasi masyarakat: Demonstrasi sering memecah belah antara yang pro dan kontra.

Hal ini meninggalkan luka sosial yang tidak cepat sembuh.

Citra pemerintah melemah

Jika pemerintah dianggap lamban atau tidak tegas, wibawa negara ikut turun.

Secara pribadi, saya menilai keuntungan dari demonstrasi akan terasa jika berlangsung damai dan terorganisir.

Namun ketika berubah menjadi anarki, kerugian yang ditimbulkan jauh lebih besar daripada manfaatnya.

Siapa yang Diuntungkan ?

  1. Kelompok politik tertentu
    Demonstrasi besar sering dimanfaatkan oleh elit politik untuk menekan lawan atau mendongkrak citra diri.

Dalam kondisi kacau, pihak-pihak tertentu bisa menampilkan diri sebagai “penyelamat bangsa”.

  1. Kelompok anarkis dan kriminal
    Mereka mendapatkan keuntungan material langsung dari penjarahan.

Bagi mereka, kerusuhan adalah “kesempatan emas”.

  1. Media massa dan media sosial

Di era digital, setiap gejolak menjadi konten. Media bisa meraih rating, engagement, bahkan keuntungan iklan dari situasi kerusuhan.

Siapa yang Dirugikan ?

  1. Masyarakat umum
    Warga kecil paling merasakan dampak
    warung ditutup, jalan macet, transportasi terhenti, rasa takut meningkat.
  2. Pelaku usaha
    Dari pedagang kaki lima sampai pengusaha besar, semua kehilangan omset.

Investor asing pun bisa menarik modal karena merasa tidak aman.

  1. Pemerintah dan negara
    Citra stabilitas runtuh.

Jika dianggap gagal mengendalikan situasi, pemerintah akan kehilangan legitimasi.

  1. Generasi muda
    Mereka melihat contoh buruk tentang bagaimana konflik diselesaikan dengan kekerasan, bukan dialog. Ini bisa menjadi preseden berbahaya.

Pemdapat pribadi saya
yang paling dirugikan justru adalah rakyat biasa, yang tidak punya akses ke kekuasaan maupun keuntungan politik.

Mereka hanya ingin hidup aman, mencari nafkah, dan membesarkan keluarga.

Mengapa Penjarahan Terjadi?

Kasus penjarahan yang melibatkan fasilitas tertentu bahkan menimpa pejabat negara menimbulkan tanda tanya.

Ada beberapa kemungkinan

Aparat memilih strategi “biarkan” untuk menghindari bentrokan yang bisa menimbulkan korban jiwa.

Dalam kalkulasi keamanan, material bisa diganti, nyawa tidak.

Keterbatasan personel dan kendali. Dalam kerumunan besar, tidak semua titik bisa diawasi.

Kemungkinan infiltrasi kelompok tertentu yang sengaja menciptakan chaos untuk tujuan politik.

Opini saya pribadi
meskipun ada alasan strategis, membiarkan penjarahan jelas berbahaya.

Ini memberi pesan kepada publik bahwa hukum bisa dinegosiasikan, dan aparat seolah tidak berdaya.

Langkah-Langkah Setelah Demonstrasi Berakhir

Untuk keluar dari situasi ini, ada beberapa langkah yang harus diambil:

  1. Pemulihan keamanan total

TNI dan Polri harus memastikan tidak ada lagi sisa kerusuhan. Titik-titik rawan harus dijaga, tetapi dengan pendekatan humanis agar tidak menimbulkan luka baru.

  1. Proses hukum tegas
    Pelaku penjarahan dan anarki harus ditindak, tanpa pandang bulu. Proses hukum yang adil akan mengembalikan wibawa negara.
  2. Pemulihan ekonomi
    Pemerintah perlu memberikan stimulus bagi pelaku usaha kecil yang terdampak, serta memastikan distribusi barang dan jasa kembali normal.
  3. Dialog nasional
    Pemerintah harus membuka ruang komunikasi dengan berbagai elemen masyarakat, termasuk oposisi, agar aspirasi bisa tersalurkan dengan baik.
  4. Penguatan literasi publik
    Edukasi kepada masyarakat penting, agar mereka memahami bahwa demonstrasi boleh, tetapi harus damai. Jangan mau dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Refleksi Pribadi

Sebagai warga negara, saya merasakan kesedihan melihat Jakarta kembali bergejolak. Setiap kali kerusuhan terjadi, yang hancur bukan hanya gedung atau jalan, melainkan juga rasa percaya antarwarga bangsa.

Saya percaya, Indonesia terlalu besar untuk dibiarkan larut dalam konflik horizontal.

Namun, saya juga memahami bahwa demonstrasi adalah bagian dari demokrasi. Pemerintah tidak boleh alergi kritik.

Yang salah adalah ketika ruang dialog tertutup sehingga rakyat merasa hanya bisa didengar lewat jalanan.

Karena itu, menurut saya, langkah paling penting setelah ini adalah mengembalikan kepercayaan publik.

Pemerintah harus hadir bukan hanya dengan kekuatan aparat, tetapi juga dengan empati.

Aspirasi rakyat harus ditanggapi dengan kebijakan nyata, bukan sekadar pidato.

Penutup

Situasi Jakarta pada 3 September 2025 adalah pengingat bahwa demokrasi selalu memiliki dua sisi

Peluang dan ancaman.

Demonstrasi bisa menjadi sarana koreksi, tetapi juga bisa berbalik menjadi bumerang jika berubah menjadi anarki.

Keuntungan demonstrasi adalah tercapainya ruang kebebasan dan pengawasan terhadap pemerintah. Namun kerugian jauh lebih besar ketika keamanan, ekonomi, dan kehidupan masyarakat terganggu.

Yang diuntungkan hanyalah segelintir pihak, sementara mayoritas rakyat menjadi korban.

Langkah ke depan adalah memastikan bahwa kerusuhan benar-benar berakhir, hukum ditegakkan, ekonomi dipulihkan, dan dialog dibuka selebar-lebarnya
Dengan begitu, kita bisa belajar dari peristiwa ini dan bergerak menuju Indonesia yang lebih dewasa dalam berdemokrasi.

Saya percaya, dengan kesabaran, ketegasan, dan keterbukaan, bangsa ini akan mampu melewati badai.

📌 damai Indonesiaku

Www.kris.or.id
Www.adharta.com

Leave a comment