Pada akhir tahun kedua belas (tahun Gregorian) hari keduapuluh empat AKU akan memberkati-Mu juga pohon-pohon ara, pohon zaitun dan seluruh makhluk di bumi (Naskah Kuno Bangsa Romawi)
Salam damai NATAL mendampingi sahabat semua. Tahun kalender Masehi diciptakan pada abad ke-6 oleh Santo Dionysius dan dikenal dengan nama Tahun Masehi yang kita gunakan sampai sekarang atau disebut juga Anno Domini (Tahun Tuhan). Tahun-tahun pertama memang sulit sekali, para ahli mencari bagaimana menentukan Tahun Masehi, atau tahun dimulai perhitungan 1 walaupun berbagai data menunjukkan bahwa mulai tahun 1 tidak bertepatan dengan kelahiran Tuhan YESUS, tetapi para ahli sepakat bahwa dokumen sejarah kuno menunjuk angka 1 Masehi bertepatan pada Tahun kelahiran Yesus Kristus. Walau Kalender Romawi sendiri itu baru dicatat setelah 15 tahun dari tahun Masehi pada pemerintahan Kaisar Tiberius dan ditulis oleh Lukas 3:1-2 dan data inilah kelak akan menjadi dokumen awal penulisan TAHUN. Dokumen lain diambil dari Lukas 2 :1-2 dimana Gubernur Kirenius dari Siria menjalankan program Sensus Penduduk.
Tradisi NATAL setiap tahun
Banyak tradisi perayaan Natal di Eropa yang merupakan pengembangan kemudian dengan menyerap unsur berbagai kebudayaan. Pohon natal di gereja atau di rumah-rumah mungkin berhubungan dengan tradisi Mesir atau Ibrani kuno. Ada pula yang menghubungkannya dengan pohon khusus di taman Eden (lihat Kejadian 2:9). Tetapi dalam kehidupan pra-Kristen Eropa memang ada tradisi menghias pohon dan menempatkannya dalam rumah pada perayaan tertentu. Tradisi “Pohon Terang” modern berkembang dari Jerman pada abad ke-18. Terdapat pula tradisi mengirim Kartu Natal, yang dimulai pada tahun 1843 oleh John Collcot dari Inggris. Biasanya dengan gambar yang berhubungan dengan kisah kelahiran Yesus Kristus dan disertai tulisan: Selamat Hari Natal dan Tahun Baru. Dewasa ini orang memakai teknologi informasi (email) berkirim kartu Natal elektronik. Juga dalam rangka perayaan Natal dikenal di Indonesia tradisi Sinterklass, yang berasal dari Belanda. Tradisi yang dirayakan pada tanggal 6 Desember ini, berhubungan dengan St. Claus (Santa Nikolas), seorang tokoh legenda, yang mengunjungi rumah anak-anak pada malam dengan kereta salju terbang ditarik beberapa ekor rusa kutub membagi-bagi hadiah. Dalam dunia modern, perayaan Natal secara sekuler lebih menekankan aspek saling memberi hadiah Natal, sehingga ada yang beranggapan Santa Nikolas makin lebih penting daripada Yesus Kristus. Dalam tradisi Sinterklass Belanda – tokoh yang digambarkan oleh suatu iklan minuman Amerika sejak tahun 1931 sebagai seorang tua gendut, bercambang putih dan berpakain merah dengan sepatu bot, ikat pinggang hitam, dan topi runcing lembut ini – menjadi bagian dari acara keluarga (untuk mendisiplin anak-anak) dengan mengunjungi rumah-rumah disertai pembantu berkulit hitam (Zwarte Pit) yang memikul karung berisi hadiah untuk anak yang baik; tetapi karung itu juga tempat anak-anak nakal dimasukkan untuk dibawa pergi. Yang sering kita lihat juga Natal dimeriahkan dengan banyak cahaya lampu berkelap-kelip. Selain untuk menambah semarak perayaan, ini juga memiliki pemahaman cahaya yang ada, maksudnya adalah Kristus akan mengusir kuasa kegelapan.
Berbeda dengan tradisi perayaan Natal di Eropa, perayaan Natal ritus timur banyak mengandung aspek rohani seperti puasa, bermazmur, membaca Alkitab (termasuk dimeriahkan dengan Menulis Alkitab Tulisan Tangan Deuterokanonika), dan puji-pujian. Di Gereja-gereja Arab, boleh dibilang tidak ada perayaan Natal tanpa didahului puasa. Gereja Ortodoks Syria melakukan persiapan Natal dengan berpuasa selama 10 hari. Sementara di Gereja Ortodoks Koptik puasanya lebih lama lagi, yaitu sejak minggu terakhir November. Jadi, sekitar 40 hari. Waktu iftar (buka puasa) pada tanggal 7 Januari pagi. Puasa pra-Natal ini disebut dengan puasa kecil (Shaum el-Shagir). Meskipun agak berbeda dalam tradisi, secara prinsip cara ini tidak jauh berbeda dengan cara berpuasa Gereja-gereja lain (Persiapan Puasa menyambut NATAL sudah hampir dilupakan umat, tetapi masih dijalankan para Imam, biarawan dan biarawati). Khusus di Gereja Santo KRISTOFORUS di Jakarta Barat, memulai menyambut Natal dengan NOVENA Ayam Berkokok atau NOVENA Kanak-kanak YESUS yang biasanya dimulai minggu kedua Desember berakhir sembilan hari berturut turut berakhir sehari sebelum NATAL. Acara ini sudah berlangsung sembilan tahun lamanya dan sangat bagus sekali, yang dihadiri oleh ribuan umat dan MISA dipimpin oleh konselebran 15 – 20 orang pastor.
Makna LILIN NATAL
Dalam masa Natal, Lilin menggambarkan atau memberikan gambaran tentang] Kristus yang dilambangkan sebagai terang bagi dunia yang gelap. Di dalam Alkitab pun tertulis tentang terang, di dalam Perjanjian Lama, Yesaya 9 : 1-6, “terang yang besar”, sedangkan di dalam Perjanjian Baru, Yohanes 1 :1-18,” terang manusia”.
Bukan hanya di dalam peribadatan saja, di rumah-rumah dan di toko-toko kerap dihias dengan lampu-lampu yang kelap-kelip. Hal ini muncul sejak zaman patristik sebagai gambaran akan terang yang mengalahkan kegelapan. Penggunaan lilin dan lampu-lampu kelap-kelip merupakan pengaruh dari pesta cahaya Orang Yahudi.
Semoga Makna Natal bisa memberikan kekuatan yang membangkitkan kebahagiaan kita yang selalu menghitung dari Tahun ke Tahun, apa yang telah kita perbuat untuk membagikan kebahagiaan kita buat sesame. Lebih banyak mana? Kita menyenangkan hati orang atau menyusahkan hati orang? Lebih banyak mana kita membuat orang tertawa atau orang menangis? Saya rasa tiba saatnya kita menghitung TAHUN, sejak kita dilahirkan, sejak kita kanak-kanak, sejak kita dewasa, sejak kita kawin, sejak kita memiliki anak-anak, sejak kita menjadi kakek dan nenek, dan sejak kita mendekati ajal dan kembali kita kepangkuan bapa di surga.
Salam damai NATAL selalu bersamamu.
Catatan : Sedikit Kisah NATAL di atas dikutip dari Tulisan Romo Magnis Suseno