UNESCO designated Indonesian batik as a Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity on October 2, 2009.As part of the acknowledgment, UNESCO insisted that Indonesia preserve their heritage. Sebagai harta kekayaan bangsa, herritage Batik sangat bernilai.
Setiap Jumat, saya menyiapkan batik untuk seragam kantor. Aku mengangkat seragamku hari ini yang usiannya sudah setahun lebih. Ternyata robek. Aduh, sedih juga hari ini harus pakai batik tidak seragam, ya malu juga tapi tak apalah, maklum dan bisa dimaklumi, mudah-mudahan segera dapat ganti yang baru. Minggu lalu, saya menikmati penerbangan khusus percobaan BATIK Air. Saya rasa BATIK Air mengembang sebuah misi yang luar biasa, mulia dan anggun untuk memperkenalkan BATIK kepada dunia luar. Hal itu saya bandingkan dengan nama besar penerbangan lain yang lebih mengutamakan nilai komersial saja.
Batik berasal dari kata ’’amba’’ dalam Bahasa Jawa yang artinya menulis, dan kata ’’nitik’’ yang artinya titik. Amba itu juga bisa berarti menorehkan sejarah, seperti program ATT (Alkitab Tulis Tangan) Kitab Deuterokanonika, yang kelak akan menjadi Herritage Gereja Katolik di Indonesia dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, khususnya umat Katolik.
Saya sendiri termasuk penggemar BATIK. “Biar Aku Terus Ikuti Karya-NYA”. Kata ini jadi menarik buat kita semua dengan harapan bisa mencintai BATIK, karena dalam arti kata luas sebenarnya kita mengibarkan bendera untuk menuju damai sejahtera. Demikian saat kita memakai BATIK, kita selalu ingat bahwa kita sedang menyandang misi khusus bagi kebanggaan suatu bangsa dan negara.
Ada kisah menarik tentang BATIK. Suatu saat saya mengunjungi Jogja. Ketika itu saya masih mahasiswa. Kami menuju suatu tempat pembuatan batik. Di sana ada 10 orang membatik dan satu diantaranya gadis bule bernama Irene (19th saat itu), yang masih muda. Dia orang Polandia. Dari negaranya, ia jauh-jauh hanya mau belajar batik. Teman-teman saya agak gusar karena janjian kita cuma sebentar, tapi sudah lebih satu jam. Saya masih duduk dekatnya dan memandang hasil karyanya. Akhirnya teman-teman saya semua ikut duduk. Saat jam makan kami disuguhi Gudeg (tok) dan Krupuk melarat, tapi karena lapar kita makan lahap. Saat makan saya coba membuat lelucon (sebagai imbalan makan). Apa bedanya batik dan tenun? Kata saya kalau batik dibuat dulu baru diwarnai, kalau tenun itu diwarnai baru dibuat! Apa bedanya gadis Jawa dan gadis Bule? Hahahaha….. Semua tertawa mengerti apa yang saya maksudkan (sensor ya)
Tetapi buat saya, BATIK memang harus kita lestarikan sebagai kekayaan bangsa dan negara, sekaligus juga buat kita semua bisa mengerti apa itu BATIK. ” Biar Aku Terus Ingat Karya-NYA “. Jangan lupa, doaku bersamamu.
salam kenal. batik sebagai kitab bisa kita di bantu menjelaskan