Tempat persinggahan selama kuliah dan menjadi kenangan terindah saat selesai sekolah itulah indekost.
Tahun 1976 saya masuk Jakarta setamat SMA. Tugas pertama kali adalah mencari kos, yang susah sekali pada saat itu, karena tidak seperti sekarang sudah komersial. Kalau dulu cari kos, tuan rumah harus kenal sama kita, karena kita tinggal bersama mereka. Kita makan minum selalu bersama, seperti bagian dari keluarga. Mencari kos sama seperti mencari jodoh karena saya kurang tahu Jakarta, maka saya bersyukur diantar oleh Pastor Kepala Paroki di Surabaya Romo Siswadi, CM (almarhum). Kebetulan beliau mau ke Jakarta untuk mengunjungi Pastor Kepala Paroki santo Kristoforus sahabat beliau. Akhirnya kami dibantu oleh Pastor Haryanto Pr (alm) yang kebetulan tugas di paroki. Saya diantar romo dengan naik moge honda ke beberapa umat dan ternyata ada umat berbaik hati menerima saya tapi rumahnya di Jalan Tanah Abang V/36. Rumahnya kecil sekali tapi nyaman. Saya akhirnya bersahabat dengan Romo Haryanto Pr sampai beliau kembali ke rumah Bapa ( tugas terakhir di Paroki Santo Bonaventura Pulo Mas).
Saya sering bercerita bahwa saya sungguh beruntung. Saya bisa datang ke Jakarta diantar pastor lagi dan kenal dengan Paroki Santo Kristoforus.
Setahun kemudian saya pindah kos ke Jalan Komando Tomang Utara (sekarang Jalan Mandala Utara seberang warung Abang Adek). Waktu itu Ketua Lingkungan Bapak Bong Joseph. Di sana saya berkenalan dengan banyak sekali teman muda-mudi Katolik. Ada Ibu Lirya Tjahya ( kini Ketua Kombas Paroki Santo Kristoforus), Ibu Lina adiknya, Ibu Dr. Diana Yahya, Ibu Ir. Ratna Suryadi, Bapak Wiwin, Bapak Ir. Adi Tohari, Bapak Toto, Bapak Iwan yang sekarang menjadi tokoh-tokoh Gereja Paroki Santo Kristoforus.
Indokost adalah saat yang jauh dari keluarga dan jauh dari sahabat-sahabat lama. Saya harus berjuang untuk masak sendiri, cuci sendiri, semuanya serba sendiri. Berbeda dengan di rumah. Semua sudah serba ada dan tinggal perintah saja. Namun demikian sebagai gantinya aku mendapat banyak kawan terutama dari gereja dan lingkungan.
Saya sampaikan kisah ini ke beberapa teman dan akhirnya air mata sering menetes, bila ingat saat itu. Nasib anak kos adalah uang dikirim pada akhir bulan. Ambilnya harus di kantor pos (belum ada ATM). Kita nunggunya 3 jam lebih. Kalau uang terlambat datang, malu mau pinjam teman, tapi perut lapar menuntut makan. Oleh karena itu, saya berkunjung selalu ke rumah Ibu Soetikno FA (Alm) waktu itu Ketua Wilayah dan selalu makan siang di sana. Saya juga ke rumah Pak Bong atau ke rumah Ibu Lirya Tjahya untuk makan di sana. Sebenarnya mereka tahu saya lapar tapi selalu dihibur bahkan kadang-kadang suruh bungkus buat makan malamnya.
Saat itu belum ada handphone atau telepon. Kadang-kadang di kos ada surat yang bunyinya Adharta besok sayur asam kesukaanmu sudah siap, salam Ibu Tikno (kenangan ini akan kuingat sampai akhir hayatku nanti)
yang rumahnya di Jalan Tawakal No. 16. Ada masih banyak keluarga tempat persinggahan saya cari makan. Lumayan hemat uang makan dan uang jajan jadi bisa ditabung buat pacaran. Itu kisah tersendiri bersama istri saya tercinta salah seorang muda-mudi Katolik di Tomang Utara juga. Demikian waktu saya menikah seperti halnya reuni besar dari Paroki Kristoforus.
Saat sekarang rumah kos mudah didapatkan, tapi kisah persahabatan dan kekeluargaan sulit didapatkan. Buat adik-adik yang sekarang sedang indekost, saya sarankan supaya bisa dekat dengan ketua lingkungan, sebagai pengganti orang tua kita. Sebaliknya para ketua Lingkungan, carilah anak-anak kos, karena mereka kelak akan menjadi tokoh-tokoh gereja dan menjadi kekuatan gereja kita sebagai tugas pelayanan.
Semoga kita semua yang pernah mengalami tinggal di rumah kos, bisa berbagi kasih saat kita sudah menjadi keluaga dan hidup dalam masyarakat. Semoga Tuhan memberkati semua anak kos, sehingga bisa mandiri, bersama dan penuh dedikasi untuk masa depan kita, bangsa dan negara juga gereja. Salam dan doa.
Kost adalah tempat dimana saya mendapatkan arti penting persahabatan itu sendiri. Ada suka, ada duka, dan juga selalu ada tawa. Banyak pengalaman dan juga berjuta kenanangan.
Semoga Indekost ini juga akan menjadi latihan kemandirian dan memberikan banyak pengalaman bagi diriku.Semoga !
kost itu adalah dimana pembelajaran kita untuk hidup mandiri dan memanage keuangan, kehidupan, pergaulan dan diri kita. ini bagus untuk mengembangkan diri kita
Kost adalah salah satu tempat dimana kita belajar untuk hidup mandiri. Kost an juga salah satu tempat untuk ngumpul bareng bersama teman & bertemu dengan teman – teman baru, sehingga tidak ada salahnya saat kita kuliah atauapun kerja, kita nge-kost agar kita semakin mandiri.
Gunakanlah waktu sebaik – baiknya itulah gambaran yang wajib kita lakukan karean waktu tidak akan bisa kembali lagi jadi gunakan dan ambilah peluang untuk mengembangkan serta mengekplorasi diri sebaik baiknya disaat mengemban pendidikan karena merupakan bekal di kehidupan kita saat berkeluarga
Kost merupakan satu pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan. Pengalaman baru dimana membentuk kemandirian kita karena semua hal hanya akan dikerjakan oleh diri sendiri.
kost merupakan tempat dimana kita harus bisa mengatur diri kita sendiri, tidak ada lagi mama yang selalu cerewet dalam mengingatkan hal hal simple, tidak ada lagi papa yang selalu memarahi kita apabila kita berbuat salah. maka dari itu kita harus bisa mengatur diri kita sebaik mungkin dan memanfaatkan kepercayaan yang diberikan orang tua kepada kita. karena kepercayaan mahal harganya