Mengedepankan dialog sebelum menghadapi perbedaan pendapat.
Beberapa pekan terakhir, kita mendengar bahwa gencarnya para tokoh mengungkapkan pendapatnya mengenai DIALOG. Dialog atas perbedaan pendapat maupun penyamaan visi dan misinya, supaya tidak terjadi perpecahan dan menimbulkan efek negatif terhadap suatu usaha.
Pengertian dialog sendiri adalah bagaimana dua pihak atau beberapa pihak mengadakan pembicaraan sebagai suatu pembicaraan tingkat tinggi dan bernilai strategis dimana diusahakan mendapatkan suatu kesepakatan bersama yang dapat dijalankan kedua belah pihak atau beberapa pihak dengan hasil yang win-win solution atau menguntungkan pihak masing masing atau tidak ada pihak yang dirugikan.
Pertanyaan yang timbul : Mengapa harus diadakan dialog? Kalau kita sudah sepakat sebenarnya semua tinggal mengikuti saja aturan permainan!
Saya memberikan pandangan terhadap Gereja yang berdialog. Pertama berdialog dengan agama lain sebagai interreligius, lalu dialog sesama gereja Kristus dan dialog dengan kebudayaan dan terakhir Ddialog dengan umat sendiri.
Jadi, dialog diperlukan untuk bagaimana kita bisa melakukan sesuatu kerja sama. Hal itu dalam rangka saling menghargai dan menghormati, terutama keberagaman sebagai suatu realitas yang ada. Di sana kita memberikan bukti kesetiakawanan terutama bagi orang miskin, lemah dan mereka yang tersingkir, sekaligus menyatakan kesaksian hidup dari Yesus Kristus sendiri yang menghadirkan wajah gereja. Jadi bisa dikedepankan kehidupan bersaudara, harmonis, adil dan sejahtera.
Dalam dunia usaha kita juga mengenal solusi dengan dialog. Kendati sedikit berbeda dengan urusan gerejani, karena dunia usaha sering mengedepankan keuntungan materi daripada kepentingan persaudaraan atau pertemanan. Kalau kita banyak berdialog tentu akan menghasilkan suatu kekuatan tersendiri, dan justru bisa menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Mgr. Julius Kardinal Darmaatmadja mengutarakan mengenai dialog sebagai suatu dasar berbasis persaudaraan, sehingga didasari dengan kekuatan-kekuatan saling membangun. Kita bisa menuju manusia masa depan yang lebih manusiawi dan hidup.
Bapa Suci Paus Benediktus XVI dalam dialog Nostra Aetate, yang boleh dibilang menjadi Magna Carta sebagai sebuah peristiwa historis, dan memiliki arti penting bagi kemanusiaan sejagad. Sebagai teks Magisterium Gereja Katolik, Sri Paus ingin menekankan adanya dialog terutama melalui otoritas tinggi gereja.
Pengalaman pribadi saya membangun sebuah dialog tidaklah mudah karena memerlukan beberapa persyaratan, seperti komitmen tinggi rasa tanggung jawab, kemampuan mengorganisir dan tentu saja melaksanakaan dengan konsisten.
Didasari oleh pengertiaan bahwa hidup harus saling hormat menghormati, dengan prinsip persaudaraan dan tidak lupa dasar iman, pengharapan dan kasih sehingga menjadi dasar kemampuan kita bisa berdialog dalam kehidupan kita. Pengalaman juga menjadi bagian dari bagaimana kita bisa berdialog dengan baik.
Semoga kasih karunia Tuhan dapat memberikan kita semua kemampuan berdialog dengan jiwa besar agar hidup itu saling mengharagai dan saling dukung. Tuhan bersamamu. Selamat memasuki masa puasa dari hari Rabu Abu.
1701293351_Andre Jonathan : dialog dibutuhkan manusia untuk menjalin komunikasi dengan sesama. tanpa kita berdialog dengan seseorang kita tidak akan bisa menjalin komunikasi yang baik. dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti berbicara/berdialog dengan sesama kita. kemampuan kita untuk berdialog/berkomunikasi dengan sesama menentukan seberapa bisa kita bersosialisasi dan beradaptasi dengan orang yang baru kita kenal maupun yang sudah. berdoa sendiri merupakan berdialog dengan Tuhan. komunikasi itu sangatlah penting.