Kalau malu bertanya, sesat di jalan.
Selamat pagi yang indah,
Sekarang kalau di dalam mobil tidak ada GPS (Global Positioning System) serasa ada yang tertinggal. Walaupun sebenarnya kalau dalam kota saja kita bisa menguasai arah. Para sopir mobil (driver) pun tidak ketinggalan minta dibelikan GPS.
Suatu saat di Brisbane Australia, aku diundang makan oleh adik besan saya di daerah Runcorn. Aku setir sendiri bersama Pak Santo dan Ibu, Pak Eri dan Ibu serta istriku. Sehabis schooling di Gold Coast, sebenarnya saya buta jalan-jalan di Brisbane, tapi dengan adanya GPS mudah sekali menjangkau lokasi. Saat pulang, dua jam lebih baru sampai hotel masalahnya karena ada perbaikan jalan. Jalannya ditutup sedangkan kita gaptek. Padahal di pinggir jalan sudah ditulis Detour. Akhirnya kita ngerti kalau di GPS harus dipencet detour agar mendapat arah jalan yang benar.
Kisah yang sama terjadi saat ingin mengikuti misa peringatan 7 hari meninggalnya istri Pak Putut (pencipta lagu Bapa Kami). Lokasi rumahnya di Jalan Arimbi, Cijantung. Karena percaya GPS maka sombong dikit sama istri kalau aku tahu jalan. Apa yang terjadi dengan GPS? Kami diantar ke jalan Arimbi Pondok Gede. Ya ampun. Misa jam 7.30 malam. Kita sudah terlambat. Saya sama Ibu Lily Widjaja sudah putus asa. Akhirnya putar kembali. Dalam hati biarlah terlambat wong udah lapar nian, jadi ingin tiba terus makan. Tapi, apalah jadinya ternyata setelah kami sampai misa baru dimulai jam 9.00 karena romonya juga terlambat (saya tidak tahu apakah romonya diklecehin sama GPS juga kalee)
Misa selesai jam 10 malam lebih. Lalu, kita pulang dan tidak mau pakai GPS lagi. Mending tanya orang saja. Jaman modern, semua serba ketergantungan teknologi. Coba saja BB hang atau handphone ketinggalan pasti gelisah. Itu ada kisah Mgr. John Liku Ada (Uskup Agung Makasar). Beliau tadinya sama sekali tidak mau pakai telepon genggam. Suatu saat beliau menuju luar kota Makassar. Beliau nyetir sendiri malam-malam lalu mobil mogok. Ia tidak mendapat pertolongan. Saat subuh baru ada orang melihat bapa uskup keleleran. Nah, sekarang bapa uskup pake BB udah canggih yaa.
Dalam kehidupan kita di zaman modern ini juga memang harus menyediakan GPS Rohani (istilah saya) karena yang manual sudah ketinggaalan jaman, Alkitab elektronik di HP, Puji Syukur di BB. Bisa ngajarin kita nyanyi lagi. Juga bisa detour dan membimbing kita ke jalan yang benar kaya Masmur 23 saja.
Pada tahun 2003 dalam rangka peringatan 40 tahun Sacrosanctum Consilliun (Konstitusi Liturgi), Saya jadi ketua panitia. Di acara penutupan saya sampaikan bahwa sudah saatnya sekarang seluruh imam, biarawan dan biarawati juga menggunakan fasilitas telepon genggam (aplikasi teknologi dalam Liturgi), tapi ada seorang suster angkat tangan. Ia bertanya bagaimana dengan kita-kita yang sudah ada kaul kemsikinan, sedangkan HP kan barang Mewah? Saya mengingat ucapan Mgr. Julius Kardinal Darmoatmodjo, bahwa semua peralatan yang dipakai untuk melayani orang miskin bisa dibebaskan dari kaul kemiskinan. Apalagi alat-alat komunikasi untuk pengentasan kemiskinan seperti : Radio SSB, Radio FM dan sekarang dengan Handphone. Susternya gembira sekali kayaknya ngumpet-ngumpet susternya udah pakai HP untung belum ketahuan.
Penggunaan GPS memang menjadi andalan, karena dengan mudah kita dapat menemukan jalan yang dituju atau alamat di mana kita akan pergi. Tentu saja GPS juga bukan barang mewah, khususnya untuk para pastor di pedalaman. Sekarang GPS sudah ada di BB jadi ga perlu beli lagi.
Bagi kehidupan kita sehari hari, Lembaga Alkitab sudah menerbitkan Alkitab elektronik (versi benar) yang bisa di download bebas biaya (gratis) kecuali kalau dari tabloid market (bayar $2.00). Kata sahabat-sahabatku bahwa Alkitab Electronic sama dengan GPS. Tinggal pencet saja tahulah kemana kita tuju. Karena dilengkapi fitur-fitur canggih termasuk searching ayat, penjelasan, arti dan lain sebagainya.
Tuhan memberkati dan terima kasih sudah memberikan teknologi buat kami manusia sehingga lebih mudah mengenal-Mu Tuhan, bukan sebaliknya.
sama seperti hidup, kita juga butuh “GPS” agar bisa menuntun kita untuk selalu berjalan dijalan yang benar.
Betul sekali. “GPS” itu sangat di perlukan untuk memberikan tahukan arah dan tujuan dalam kehidupan kita. Agar kita tidak salah jalan, dan tersesat nantinya. Tapi jangan sepenuhnya berharap pada gps, terkadang kita harus juga dapat menentukan arah kita sendiri. Yang positif tentunya.