Tradisi Imlek atau tahun baru adalah kunjung-kunjung saudara tua.
Setelah semalam suntuk urusan tutup tahun, kini saatnya saling berkunjung. Tradisi di negara tirai bambu adalah mengunjungi orang yang lebih tua, keluarga atau sahabat, sambil keliling untuk memberi selamat. Hal ini mirip dengan tradisi mudik di tanah Jawa. Cuma mobilitas hanya lokal saja dan tidak harus keluar daerah.
Seorang sahabat yang cukup lanjut usia di Cina menceritakan bahwa tradisi kunjung-kunjung ini memang sudah lama sekali bahkan usianya sudah lebih tua dari peradaban manusia sendiri. Sebab, di sana semua orang bekerja dan setiap pekerja tidak tinggal sama-sama, baik orang tua maupun anak, bahkan suami istri pisah hanya bertemu setahun sekali. Tentu bikin anak juga susah karena di sana cuma boleh 1 keluarga punya anak 1 tidak boleh lebih. Ini menyebabkan di Cina termasuk melahirkan anak kembar prosentasi terbesar di dunia.
Kunjungan setahun sekali ini juga karena faktor alat komunikasi karena dulu tidak ada alat komunikasi. Oleh karena itu berita-berita dikumpulkan, lalu setahun sekali jumpa lalu diceritakan. Biasanya kalau keluarga besar selalu ada juru bicara dan juru tulis. Saya masih ingat sewaktu saya masih kecil kalau kumpul keluarga lalu sang juru bicara mulai bercerita. Momen ini dipakai juga untuk saling mencari jodoh. Karena kumpul-kumpul biasanya timbul perjodohan. Demikian kalau kumpul juga bicara bisnis. Salah satu kekuatan ekonomi keluarga Tionghoa karena eratnya tali silaturahmi sehingga saling bantu membantu dan tolong menolong. Kalau ada keluarga susah sepertinya wajib untuk dibantu.
Waktu tahun 90-an saya pernah menghabiskan waktu malam imlek di Ta Sia di utara Shen Zhen. Kami sekeluarga kumpul dan tiga hari tiga malam makan terus. Boleh dibilang tiada waktu tanpa makan, sehingga perut jadi begar, tapi pengalaman pertemuan itu membuat saya menjadi ikut disadarkan. Padahal di sana tidak ada agama, tapi berdoa terus walau tidak teratur tapi kesan pengharapan, kesatuan dan semangat kebersamaan sangat terasa nuansa liturgisnya. Pada saat makan mereka membuat ritual dengan sedikit nyanyian untuk mengenang para orang tua yang sudah meninggal. Lalu, pemberian baju untuk bayi dan anak. Semua membuat suasana indah sekali, Di situ tidak dijumpai perasaan saling iri, benci atau tidak suka, sehingga betul-betul terasa keakrabannya.
Saya rasa tradisi kunjung-kunjung bisa diterapkan ke wilayah atau lingkungan. Para petinggi gereja mengunjungi umat. Para ketua wilayah dan ketua lingkungan bisa menyapa umat, sehingga tidak ada rasa saling curiga, rasa iri, dan kebencian. Semua bisa berubah menjadi suasana cinta. Sedangkan di suasana kerja mari kita membiasakan diri saling membantu, saling mendukung dan saling mengisi.
Semoga kita bisa memahami kehadiran kita dalam hidup bersosial di mana saling silaturahmi dan kunjung-mengunjungi menjadi bagian dari kehidupan kita. Dari sana kita kita juga bisa mengerti sebenarnya hidup menggereja itu adalah harus saling mengunjungi, bukan hidup sendiri -sendiri. Tuhan memberkati.
Dengan kunjung – mengunjungi dan berkumpul baik dengan teman, keluarga, atau sanak saudara, akan menimbulkan suasana kehangatan dan meningkatkan kedekatan dan keakraban. Melalui kedekatan dan keakraban ini, kita dapat menjalin hubungan yang baik karena di dunia ini, kita manusia tidak dapat hidup sendiri pasti membutuhkan orang lain.
memang benar ada tradisi mengunjungi keluarga dan sahabat ketika imlek..
dengan berkunjung, kita berbagi suka cita dengan orang-orang yang kita sayangi..
serta menjalin dan menjaga relasi dan hubungan yang harmonis..