Lift

Lift me up or I am staying

Semalam saya menghabiskan waktu di kantor dengan rapat seharian non stop. Apa lagi diisi dengan urusan tamu. Rasanya sungguh melelahkan, namun malamnya saya menyempatkan diri menonton film di Premiere Emporium bersama sahabat-sahabat dan seorang pastor. Filmnya End of Watch. Kisah kehidupan keras para polisi jalanan namun diselingi kisah cinta dan kehidupan rohani polisi asal Mexico yang keluarganya fanatik Katolik.
Saya sangat tertarik dialog dalam keluarga juga dialog sepasang partner polisi tentang kehidupan keluarga dan janji-janji sepasang sahabat : ”Saat engkau mati, aku pasti akan memelihara anak-istrimu”! Sebaliknya, sahabatnya bilang : ”Jangan kuatir aku siap mengangkat semua bebanmu”! (dieja dengan bahasa sangat kasar tapi penuh makna). Dialog yang penuh dengan canda, tetapi menunjukkan sifat kerohanian yang sangat baik. Kisah kesetiaan dan penuh perhatian kehidupan keluarga Katolik dalam situasi pekerjaan berisiko.
Saya bekerja di perusahaan dengan spesialisasi di bidang heavy lifting dan transportasi alat-alat berat dan project logistic. Amat menarik soal dinamika tentang urusan lifting karena semua pekerjaan hampir tidak mungkin dikerjakan oleh alat, tetapi harus dibantu dengan alam pula. Pemikiran tentang tenaga potensial seperti halnya Queen Tower Chandra Asri yang beratnya 660 ton harus diberdirikan. Kalau mau pakai Crane hampir tidak mungkin, tetapi akhirnya tower tersebut berdiri juga. Selain lifting dan sliding juga menggunakan sistim engsel putar dan hydraulic system.
Ada kalanya harus mengangkat mesin 300 ton ditaruh di atas pondasi dengan ketinggian 3 sampai 4 meter. Semakinn berat bebannya, semakin menarik usahanya, tentu saja biayanya semakin mahal. Beberapa proyek kami juga menghadapi kendala cuaca, offroad, remote area sampai pedalaman yang masih penuh hutan belantara. Di sini, faktor ketelitian, pengalaman dan kerja keras serta koordinasi tim sangat diperlukan.
Pembangunan Jembatan Barito tahun 1994-1997, yang saat itu menjadi jembatan terpanjang di Indonesia mengunakan semua faktor di atas tadi. Semua proses pembangunan hampir menggunakan lifting service. Perhitungan akurasi karena sungai. Selain pasang surut ada arus keras pula.
Pembangunannya memakan waktu 4 tahun oleh tenaga ahli. Semua adalah putra Indonesia. Mereka berhasil dengan sukses dan Jembatan Barito itu diresmikan President Soeharto pada 27 April 1997.
Kenangan indah terukir di sana. Kesulitan banyak menambah pengalaman dan pengetahuan tentang alam.
Hidup juga sama halnya dengan urusan angkat-mengangkat. Sejak pagi tadi saya sudah memikirkan ingin mengangkat semua masalah yang saya hadapi, tetapi belum menemukan alat angkut yang cukup kuat mengangkat masalah-masalah itu. Oleh karena itu, kita memerlukan trik alam agar semua masalah bisa diangkat atau semuanya akan diam saja.
Cara mengangkat masalah ini yang perlu di bahas. Kalau masalah ringan atau rutin angkat dengan kedua tangan cukup, artinya bisa diselesaikan tanpa bantuan. Lalu, masalah cukup berat mungkin bisa minta bantuan istri, suami, anak, orang tua atau sahabat. Bagaimana dengan masalah yang mungkin tidak bisa diangkat oleh kemampuan manusia? Apakah ditinggal diam atau harus diangkat?
Ada kata menyebutkan : “Tuhan tidak akan memberikan beban lebih dari kemampuan kita”! Nah, pertanyaannya sampai dimana kemampuan kita? Apakah dengan tangan, bantuan atau alat Bantu?
Saya memberikan beberapa solusi jika kita harus mengangkat beban berat melebihi kemampuan kita.
Pertama, bersahabatlah dengan alam. Jaman dahulu orang sakti menyelesaikan masalah dengan bertapa. Kalau kita sekarang boleh berpuasa saja ya. Banyak berdoa dan siap lahir batin menghadapi segala risiko terberat. Jujur dengan hati sanubari. Melalui alam kita banyak melihat. Bagaimana air mengalir. Lihat Terusan Panama, di mana air bisa mengalir ke atas. Kita juga bisa menyaksikan bagaimana air mengalir menimbulkan listrik yang di kirim sampai ke tangan Anda. Bagaimana angin meniup kapal layar. Let’s nature solve your problem!
Kedua
, bersahabat dengan masalah dan beban itu sendiri. Jika punya beban jangan kita lari. Mari kita hadapi kalau bisa bernegosiasilah dengan beban. Seorang sahabat saya mencari hutang kiri kanan karena kehidupannya memerlukan biaya. Dia lupa bahwa solusinya cuma penghematan. Hidup sederhana menjadi solusi terbaik.
Ketiga, menggali akar permasalahan. Jika beban berat sekali kita harus mencari akar permasalahan (core problem). Seperti halnya rayap, jika mau mengatasinya harus membunuh ratunya dengan sendirinya semua musnah. Menggali akar permasalahan memerlukan keahlian sendiri. Kalau tidak mampu bisa minta bantuan psikiater atau psikolog yang bisa lebih mudah menemukan akar permasalahan dengan melakukan konsultasi.
Ria dan Andre (nama samaran) sudah dipastikan cerai dengan satu anak perempuan. Segala usaha mempersatukan sudah tidak bisa. Jalan buntu. Andre sangat stres, karena dia sudah berusaha mengatasinya. Permasalahan utama karena kedua keluarga tidak sepaham. Campur tangan orang tua memicu permasalahan ekonomi menjadi overloaded. Andre masih dalam suasana berbeban berat dan sedang berjuang mencari jalan keluar dan berusaha mengangkat bebannya.
Saya memberikan solusi pendekatan alamiah. Andre setuju dan sedang berusaha. Semoga berhasil!
Kita semua pasti memiliki beban permasalahan. Tuhan memberikan alat-alat dan kemampuan buat kita untuk mengangkatnya. Pakailah!

52 thoughts on “Lift

  1. Katrine

    Saya setuju dengan quotes “Tuhan tidak akan memberikan beban lebih dari kemampuan kita”. Tuhan yang menciptakan kita, maka dari itu Tuhan pasti tahu kemampuan kita dan Tuhan pasti sudah menyiapkan segala jalan keluar untuk masalah kita. Maka dari itu kita tidak harus putus asa apabila menghadapi masalah.

    Reply

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s